Pages

LIBUR

Perjalanan hidup yang sangat melelahkan, ya sangat melelahkan, dengan berbagai problematika yang terjadi. Betapa tidak ketika idealisme yang kita punya harus berhadapan dengan realita yang berbagai corak dan warnanya, bukan hanya masalah halal dan haram saja, juga supaya kita tidak terperdaya dan tergiur oleh indahnya dunia yang sangat menggoda.
Ketika idealisme kita memerintahkan untuk diam disaat orang lain ramai berbicara dengan berbagai retorikanya dan kemampuan bahasanya untuk melegitimasi apa yang diperbuatnya, di saat harus mengatakan “tidak” di hadapan mereka semua yang berkata “iya”. Idealisme kita menyuruh untuk hanya tersenyum untuk menghadapi cemoohan dan caci maki dari mereka yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan dan diputuskan. Yang bisa dilakukan hanyalah membaca pikiran di balik pikiran.
Tapi terkadang idealisme kita juga tergeser secara tidak sadar terbawa arus pikiran orang orang yang ada di sekeliling yang telah banyak mempengaruhi pikiran kita dengan setiap hari berinteraksi dan mendengar berbagai macam alas an untuk pembenaran apa yang mereka lakukan. Belum lagi kondisi jiwa kita yang terus bergejolak mempengaruhi pikiran kita. Pikiran-pikiran itu selalu datang silih berganti tanpa kenal henti seiring dengan perjalanan hidup ini.
Memang itu sudah menjadi hukum alam yang harus manusia lalui selama hidupnya di dunia, Gelombang dan badai harus dipahami sebagai ladang ujian, problematika hidup merupakan hal tidak bisa dipisahkan dari hidup, pahit getir menjadi bumbu yang harus dirasakan oleh setiap kita, jatuh bangun adalah tangga yang harus dilalui dalam menggapai sebuah cita-cita.
Letih dan lelah tentunya kita rasakan, kita sering merasakan kejenuhan, bosan bahkan tidak peduli dengan kondisi. Namun jangan pernah ada perasaan pesimis apalagi putus asa karena di balik semua itu pasti ada sesuatu yang dapat kita jadikan pengalaman yang berarti. Dan yang kita perlukan adalah berhenti sesaat. Berhenti bukan berarti selesai atau sampai di sini. Berhenti untuk merenungi kembali perjalanan yang telah kita lalui, berhenti untuk memompa kembali semangat beramal, berhenti untuk mencas batrei keimanan kita agar tidak redup. Berhenti untuk kembali memupuk idealisme yang telah terkikis, mengembalikan dan mempertahankannya sampai titik darah penghabisan.
Kita butuh waktu untuk melihat kondisi jiwa kita agar tetap stabil dan tahan dalam menghadapi segalanya. Kita terkadang lupa bahwa ada yang harus kita tengok dalam diri kita, “ruh” kita. Kondisi ruh kita yang selalu membutuhkan suasana yang teduh, tenang sehingga ia menjadi kekuatan yang akan melindungi jiwa kita dari berbagai rintangan yang akan menghalangi kita. Kita memerlukan nuansa ruhiyah yang nyaman agar dapat berpikir jernih dan tetap semangat menjalani hidup ini. Kita butuh ketegaran jiwa dalam menghadapi hiruk pikuk hidup.
Dalam seminggu tentunya ada hari untuk bersitirahat, berhenti dari segala aktifitas rutin dalam bekerja, ini tentunya sangat baik untuk kita merenungi apa yang telah kita capai selama satu minggu kebelakang, dijadikan waktu untuk merenungkan apa yang telah dilakukan selama seminggu, untuk menjadikan minggu yang akan datang lebih baik lagi, lebih semangat lagi berjuang untuk mencapai apa yang dicita citakan, dan apa yang diidam idamkan di dunia dan di akhirat. Selamat berlibur semoga libur menjadikan kita lebih optimis menyongsong masa depan yang lebih baik lagi, dan bisa mempertahankan idealisme yang kita punya. Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar