Pages

Silsilah Keturunan



LELUHUR LIMBANGAN GARUT HINGGA TAJUL ARIFIN (MALANGBONG) Oleh Tajul Arifin (untuk dianalisis) A. Silsilah Rundayan Raja-raja Galuh, Sunda dan Pajajaran. Pada Rundayan Silsilah Asal Usul Limbangan, Catatan Silsilah Cinunuk Hilir ( Wanaraja Garut ), Silsilah Menak-menak Limbangan, Sajarah Cikundul (Cianjur ), Cirebon, Kuningan, Panjalu, Galuh Kertabumi, Ciamis, Banten, atau yang lain-lainnya, semuanya selalu mencantumkan nama Prabu Siliwangi sebagai salah satu leluhurnya. Misalnya rundayan menurut versi Sajarah Cirebon susunan Rd. Sastrapraja mulai dari Ciung Wanara sampai dengan Prabu Siliwangi, urutannya adalah sebagai berikut : 1. Ciung Wanara 2. Dewi Purbasari 3. Prabu Linggahiyang 4. Prabu Linggawesi 5. Prabu Wastu 6. Prabu Susuk Tunggal 7. Prabu Anggalarang 8. Prabu Siliwangi Rundayan menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, urutannya sebagai berikut : 1. Ciung Wanara 2. Kidang Kancana 3. Linggahiyang 4. Linggawesi 5. Prabu Linggawastu 6. Prabu Susuk Tunggal 7. Prabu Anggalarang 8. Prabu Siliwangi Menurut kedua naskah tersebut, Prabu Anggalarang sebutan dalam pantun bagi Prabu Dewa Niskala ( Raja Galuh/ Kawali 1475 – 1482 M ) adalah putra Prabu Susuk Tunggal ( Raja Sunda/ Bogor 1382 – 1482 M ). Padahal sebagaimana tersurat pada Prasasti BatuTulis Bogor ( yang dibuat oleh Prabu Surawisesa pada tahun 1533 M ), bahwa Prabu Dewa Niskala adalah putra Maharaja Linggawastu Kancana (1371 – 1475 M ) dan cucu Maharaja Linggabuana ( 1350 -1357M ) yang gugur di Bubat. Prabu Susuk Tunggal dan Prabu Dewa Niskala, keduanya adalah putra dari Maharaja Lingga Wastukancana ( lain ibu ). Karena Prabu Jaya Dewata menikah dengan saudara misannya, yaitu Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putri Prabu Susuk Tunggal, maka beliau selain sebagai putra mahkota Galuh juga menjadi Putra Mahkota Kerajaan sunda ( Bogor ). Dengan demikian Prabu Jaya Dewata adalah pewaris dua Kerajaan, yaitu Kerajaan Galuh - Kawali dan Kerajaan Sunda – Bogor. Ketika Prabu Jaya Dewata diangkat sebagai Raja Galuh – Kawali, juga beliau sebagai Raja Sunda - Bogor. Saat itulah Kerajaan Sunda dan Galuh bersatu kembali ( Kerajaan Sunda – Galuh ),dimana beliau sebagai rajanya dengan gelar Sri Baduga Maharaja/ Prabu Siliwangi (1482- 1521 M ). Masyarakat Sunda menyebut Kerajaan Sunda – Galuh itu dengan nama Kerajaan Pakuan Pajajaran. Nama Pajajaran sebenarnya adalah nama Keraton di Kerajaan Sunda yang dahulu dibuat lebih kurang 1330 tahun yang lalu oleh Prabu Tarusbawa, menantu Linggawarman ( Raja Tarumanagara ke 12 tahun 666 – 669 M ). Beliau adalah pendiri Kerajaan Sunda pada 670 M dan sebagai Raja Galuh Pertama ( 670 – 723 M ). Selama kurang lebih 9 abad ( abad 7 – abad 16 ) Keraton Pajajaran ini digunakan oleh raja-raja Sunda dan raja-raja Pajajaran, sampai ditinggalkannya oleh Raja-raja Pajajaran terakhir ( Prabu Nilakendra dan Prabu Ragamulya ), karena ada serbuan dari tentara Banten ( tentara Surosowan ) yang dipimpin oleh Maulana Hasanudin dan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf. Pajajaran sebagai nama kerajaan dimulai pada masa pemerintahan Sang Haliwungan ( Prabu Susuk Tunggal ) ( 1382 – 1482 M ).(Yoseph Iskandar : 226 ). Apabila yang dimaksud Prabu Linggawesi itu pada Rundayan tersebut di atas adalah Maharaja Linggabuana ( Sang Mokteng ing Bubat ) yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh ( 1350 – 1357 M ) ayah dari Maharaja Linggawastu ( 1375 – 1475 M ), dan Prabu Linggahyang itu Prabu Linggawisesa ( 1333 -1340 M), apakah mungkin Prabu Linggahiyang ( Raja Sunda – Galuh 1333 – 1340 M ) putranya Dewi Purbasari/ SangManistri Raja Galuh 783 -799 M ) ? Urutan rundayan dari Prabu Siliwangi ke atas, memang akan sampai pula ke Dewi Puspasari ( dalam cerita Lutung Kasarung namanya adalah Dewi Purbasari ) putra dari Ciung Wanara atau Sang Manarah Raja Galuh 739 - 783 M ). Atau juga akan sampai kepada Rahyang Banga Raja Sunda 739 – 766 M. Ketika penyusun pada tanggal 20 Pebruari 2006 datang mengunjungi Bapak Drs. H. Jaja Sukarja ( mantan Kasi Kebudayaan Dikbud Kab. Ciamis ) di rumahnya ( setelah pulang dari Panjalu Camis ), beliau menceritakan Ciamis tempo dulu, diantaranya menjelaskan Sejarah Galuh dan cerita atau dongeng Ciung Wanara dan Lutung Kasarung. Beliau memberikan respons yang positip, bahwa penulis sedang menelusuri leluhur Limbangan khususnya, umumnya leluhur “ Urang Sunda “. Dewi Purbasari dan Sang Manarah atau Rahyang Banga yang terkenal dalam cerita Pantun “ Lutung Kasarung “ dan “ Ciung Wanara “. Menurut beliau Ciung Wanara adalah Raja di Kerajaan Galuh demikian pula Dewi Purbasari, sedangkan Aria Banga atau Rahyang Banga adalah Raja di Kerajaan Sunda. Aki Balangantrang yang tersebut pada Pantun “ Ciung Wanara “ menurut Drs. H. Jaja Sukarja dalam buku susunannya “ Situs Karangkamulyan “ dan Sejarah Jawa Barat susunan Drs. Joseph Iskandar, namanya adalah Bimaraksa ( Patih Galuh ) kakek dari Naganingrum ibu dari Sang Manarah atau Ciung Wanara. Bimaraksa adalah putra Jantaka (Raja Resi Wanayasa Bojonggambir ) cucu Wrettikandayun ( Pendiri Kerajaan Galuh 670 M ). Beliau adalah Eyang buyut dari garis ibu ( Naganingrum ) Sang Manarah ( Ciung Wanara ). Wrettikandayun menurut Sejarah Jawa Barat adalah putra bungsu Sang Kandiawan, Raja Kendan ( 597 – 612 M ) putra Raja Suraliman Sakti ( 568 – 597 M ). Raja Suraliman Sakti adalah cucu Raja Suryawarman ( Raja Tarumanagara 535 – 561 M ) dan sebagai menantu Raja Kundungga ( Raja Kutai ). ( Yoseph Iskandar : 105 ). Hal ini dibenarkan pula oleh Maharaja Srinala Pradita Alpiansyah Rechza Fachlevie Wangsawarman ( Pemangku Adat, Raja Kutai Mulawarman Kalimantan Timur ) yang pernah datang ke Padepokan “Ki Garut” di Kp. Gugunungan Kelurahan Margawati Kec. Garut Kota Kab. Garut pada tanggal 21Pebruari 2010. Raja Suraliman Sakti ( 568 – 597 M ) adalah saudara sepupu Rakryan Sancang ( lahir 591 M ) putra Raja Kertawarman ( Raja Tarumanagara 561 – 618 M ). Menurut Kang Deddy Effendie , Rakryan Sancang inilah yang sering dirancukan dengan putra Sri Baduga Maharaja, yaitu Raja Sangara, yang menurut Babad Godog terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat Suci. Berdasarkan urutan Rundayan Silsilah, dari Ciung Wanara atau Sang Manarah ( 739 – 793 M ) sampai Prabu Linggahiyang ( 1333 - 1350 ), menurut naskah Wangsakerta terhalang lebih kurang 20 generasi, yaitu urutan Raja-raja Galuh, Sunda dan Sunda Galuh. Apalagi bila dimulai dari Raja-raja Salakanagara kemudian Tarumanagara, yang menurut Naskah Wangsakerta termasuk leluhur Raja-raja Galuh, Sunda, Sunda Galuh dan Pajajaran. Menurut Sejarah Jawa Barat susunan Drs. Yoseph Iskandar, Raja Sanjaya (Raja Sunda Galuh 723 – 732 M ) cicit Wrettikandayun, pendiri Kerajaan Galuh ( 670 M ) adalah Pendiri Dinasti Sanjaya 732 M di Jawa Tangah. Dari Putri Sudiwara putra Dewasinga ( Kalingga Selatan ), Raja Sanjaya menurunkan Raja – raja Kalingga Utara ( Bumi Mataram ) antara lain : 1. Rakai Panangkaran ( 754 – 782 ) putra Sanjaya. 2. Rakai Balitung ( 898 – 910 ) keturunan Sanjaya 3. Rakai Wawa ( 924 – 929 ) menantu Rakai Balitung ( Drs. Yoseph Iskandar : 326 ). Raja - raja Mataram Jawa Timur, yaitu : 1. Mpu Sindok ( 939 – 947 ) menantu Rakai Wawa 2. Sri Isana Tunggawijaya ( 947 – 967 ) putra Mpu Sindok, ibunya keturunan Sanjaya. 3. Makutawangsawardana ( 967 – 991 ) putra Sri Isana Tunggawijaya. 4. Airlangga ( 1016 – 1042 ) putra Mahendradata cucu Sri Isana Tunggawijaya dan ayahnya adalah Prabu Udayana dari Bali ( Drs. Yoseph Iskandar : 326 ). Raja-raja yang pernah berkuasa di Karajaan Mataram ( Kediri ) Jawa Timur adalah sebagai berikut : Raja-raja yang pernah berkuasa di Karajaan Kediri ( Jawa Timur ) * ) 1. Sri Jayawarsa ( 1104 – 1115 ) putra menantu Airlangga, Samarotsaha Kamakesana ( Janggala 1049 – 1104 ) 2. Sri Kameswara I ( 1115 – 1130 ) putra Sri Jayawarsa. 3. Sri Jayabaya ( 1130 – 1160 ) putra Sri Kameswara I. 4. Sri Sarweswara ( 1160 – 1171 ) putra Sri Jayabaya. 5. Sri Aryeswara (1171 – 1181 ) putra Sri Sarweswara ( Dalam wawacan beliau terkenal dengan nama " Angling Darma " ) 6. Sri Gandra ( 1181 – 1185 ) putra Sri Aryeswara. 7. Sri Kameswara II ( 1185 – 1194 ) putra Sri Gandra 8. Sri Sarweswawa II ( 1194 – 1200 ) putra Sri Kameswara II. 9. Sri Kertajaya ( 1200 – 1222 ) putra Sri Sarweswara II, Raja Kediri terakhir. ( Drs. Yoseph Iskandar : 327 ). Keterangan : * ) Dalam cerita kentrungan, yaitu cerita tradisional klasik orang Jawa Timur, disebutkan bahwa Kerajaan Galuh Besar dari tatar Sunda (yaitu sebelum Galuh dibagi dua, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh ), kekuasannya sampai ke wilayah Timur. Jawa Tmur juga termasuk Galuh. Di daerah Surabaya ada nama kampung Galuhan. Orang Galuhan ( Surabaya ) sampai sekarang tetap mengaku bahwa leluhur mereka dari Galuh (Tatar Sunda). ( Ujung Galuh 7 : 54 ). Dan setelah itu barulah berdiri Kerajaan Singosari ( 1222 M ), Majapahi (1293 M ), Demak ( 1518 M ), Pajang dan Kesultanan Mataram. Kembali kepada Leluhur Prabu Jaya Dewata ( Prabu Sliwangi ), hampir semuanya dimulai dari Ratu Galuh., tetapi siapa asal mulanya, kapan awal keberadaannya, bagaimana riwayatnya, bagaimana bahasanya, keyakinannya dan apa saja kekayaan seni budayanya dan sebagainya, pada buku-buku Silsilah tidak disebutkan. Menurut almarhum Bapak Sobarnas - Ketua Simpay Tresna Garut, hal tersebut disebabkan karena kepentingan Sejarah belum menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat Sunda dalam membuat Sejarah atau Silsilah Leluhurnya, masih lewat cerita Legenda, Babad, Pantun, Wawacan dan sebagainya. Tetapi apabila mengingat kepentingan “Kebudayaan Sunda ", yang sampai sekarang masih meraba-raba, Sejarah dapat dijadikan landasan yang kuat untuk menentukan " Nilai Budaya ". (Sobarnas : 53 ). Pada pelajaran Sejarah Indonesia di SD dan SMP tahun 60-an, para siswa SD atau SMP di wilayah Pasundan ( Jawa Barat ), lebih hapal nama-nama Raja Kalingga, Kediri, Janggala, Singosari, Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram di Jawa Tengah dan Jawa Timur daripada nama-nama Raja Tarumanagara, Galuh, Sunda atau Pajajaran, Sultan-sultan Cirebon dan Banten. Atau paling tidak di Jawa Barat hanya mengenal nama Raja Purnawarman ( Tarumanagara ), Sri Baduga Maharaja dan Raja Samian atau Raja Surawisesa ( Pajajaran ). Padahal “ urang Sunda “ tidak ada bedanya dengan suku-suku bangsa lainnya di Nusantara ( Indonesia ) seperti Jawa, Aceh, Minangkabau dan lain-lainnya. Oleh sebab itu “ urang Sunda “ ( Jawa Barat, Banten dan Jakarta ) sama dengan suku-suku lainnya mempunyai “ hak Sejarah “. Bahkan kerajaan besar di Jawa Timur, yaitu Majapahit dari mulai Raden Wijaya ( 1293 – 1299 M ) sampai Brawijaya V atau Prabu Kertabumi ( 1447 – 1451 ) tercantum dalam pelajaran Sejarah Indonesia. Padahal menurut Joseph Iskandar, Raden Wijaya adalah putra Rahiyang Jayagiri dan cucu dari Prabu Darmasiksa, Raja Sunda Galuh Galunggung, 1157 – 1297 M. Atau mungkin sebagaimana dituturkan oleh kang Aan Merdeka Permana dari Majalah Sunda Ujung Galuh, yang terjemahannya sbb : “ Bila mengikuti kehendak ilmuwan, dimana sejarah itu harus ada bukti arkeologi dan catatan tertulis ( prasasti, catatan kuno dan sebagainya ), itulah kekurangan “sejarah Sunda “, kekurangan bukti otentik. Untuk ukuran sejarawan/ilmuwan, mungkin dianggapnya bahwa orang Sunda ( Jawa Barat – pen. ) tidak mempunyai sejarah sebab semuanya hanya dianggap cerita/dongeng. Apakah betul ? “ ( Ujung Galuh 06/2008 : 4 ). B. Seuweu siwi Sri Baduga Maharaja ( Prabu Siliwangi ). Adapun putra - putri Prabu Jaya Dewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi yang menurunkan seuweu siwi Keluarga Besar Cirebon, Banten. Galuh, Karawang, Limbangan ( Garut ), Cianjur ( Cikundul ), Bandung Timbanganten dsb, sebagaimana tercatat dalam buku Sejarah Jawa Barat/ Sejarah Cirebon – Banten/ Sejaran Timbanganten/ Sejarah Panjalu – Ciamis, Sejarah Limbangan, Sejarah Karawang dll diantaranya sebagai berikut : I. Rd. Walangsungsang ( Pangeran Cakrabuana ) ( Lahir tahun 1423 M ). Pangeran Cakrabuana adalah pendiri dan Raja Caruban Larang ( 1456 – 1479 M ) dengan diberi gelar oleh ayahnya “ Sri Mangana “. Banyak sejarawan mengatakan bahwa, berdirinya kerajaan-kerajaan Islam ( Cirebon, Demak dan Banten ) adalah juga tanda masuknya Islam ke tanah Jawa. Padahal Kesultanan Cirebon, bagaimana mungkin terbentuk tiba-tiba, tanpa menyiapkan basis sosial masyarakat muslim yang telah mengakar dan tersebar di sepanjang pesisir Utara wilayah Cirebon. Mungkin beberapa puluh tahun sebelum Pangeran Walangsungsang lahir, masyarakat Islam telah menetap dan tinggal membentuk komunitas bersama dengan masyarakat yang lainnnya ( KH Rahmat Abdullah-ed. ). Bahkan menurut Pak H. Jaja Sukarja ( mantan Kasi Kebudayaan Dikbud Ciamis ), ada putra Bunisora ( saudaranya Maharaja Linggabuana – Sang Mokteng ing Bubat ) , yaitu Bratalegawa yang telah memeluk agama Islam dan menikah dengan wanita Gujarat India ( Farhana binti Muhammad ). Bratalegawa adalah seorang saudagar dan setelah menunaikan ibadah haji dengan isterinya, ia mendapat julukan Haji Baharuddin Al Jawi. Menurut Yoseph Iskandar, sebagai haji pertama di Kerajaan Galuh, ia dikenal dengan Nama Haji Purwa Galuh. Walaupun Haji Purwa beserta anak cucunya berbeda agama, ketika Prabu Wastu Kancana menjadi raja, dia tidak memusuhinya. Hubungan kekeluargaan mereka harmonis, sebab Haji Purwa adalah adik sepupunya dan sekaligus kakak ipar Prabu Niskala Wastu Kancana. ( Yoseph Iskandar : 250 ). Kalau menurut silsilah, Bratalegawa atau Haji Baharuddin Al Jawi masih termasuk eyang/ kakek ( aki ti gigir – sd ) dari Pangeran Walangsungsang (cucu dari Ratu Mayangsari saudaranya Bratalegawa ). Putranya Pangeran Walangsungsang adalah Nyi Pakungwati yang menikah dengan saudara sepupunya Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dari Ny.Hj. Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ). Pada tahun 1529 M beliaulah yang memimpin tentara gabungan Cirebon dan Demak ke Kerajaan Maja dan Talaga yang selanjutnya dlanjutkan oleh Fatahillah ( menantu Syarif Hidayatullah ). II. Ny. Hj. Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ) ( Lahir 1426 M ). Ny. Hj. Syarifah Mudaim adalah saudaranya Rd. Walangsungsang. Setelah ibunya ( Nyai Subanglarang ) wafat, bersama kakaknya ( Pangeran Walangsungsang ) meninggalkan Pakuan pergi ke Cirebon dan menjadi murid Syekh Dzatuk Kahfy dan beberapa tahun kemudian pergi bersama kakaknya menunakan ibadah haji ke Mekah. Di kota Suci Mekah kedua kakak beradik itu bermukim beberapa bulan di rumah Syekh Bayanullah sambil menambah ilmu Agama Islam. Di sinilah terjadi peristiwa penting, yaitu dinikahinya Ratu Rara Santang oleh seorang pembesar Kota Isma’iliyah bersama Syarif Abdullah bin Nurul Alim dari suku Bani Hasyim. Pada masa itu Pusat Pemerintahan Islam berada di Istambul Turki. Dan untuk lebih dekat dengan lingkungan, maka Syarif Abdulah mengganti nama Rara Santang dengan nama Syarifah Mudaim. Dari perkawinan itu kemudian dikaruniai dua orang putra, masing-masing Syarif Hidayatulah dan Syarif Nurulllah ( Hasan Basyari : 12 ). Syarif Abdullah bin Syekh Nurul Alim adalah saudara sepupu Syekh Rahmatullah bin Syekh Ibrahim Al Ghazi ( Sunan Ampel ), keduanya adalah cucu Syekh Jamaludin Kubro Al Husein. Syarif Hidayatulah yang pada tahun 1479 M menggantikan Pangeran Cakrabuana ( Pangeran Walangsungsang ) ( karena usianya sudah sepuh – pen. ) sebagai Sultan Cirebon dengan gelar Susuhunan atau Sunan. Menurut salah satu sumber ketika itu kakek beliau ( Sri Baduga Maharaja/ Prabu Sliwangi ) mengirimkan paket kayu jati, yang sekarang masih ada tersimpan di kompleks Gunung Sembung yang dikenal dengan sebutan Balemangu Pajajaran. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati ( Sultan Cirebon 1482 – 1552 ) adalah yang menurunkan para Sultan Cirebon dan seweu-siwinya. Para Sultan Cirebon, sejak Syarif Hidayat sebagai berikut : 1. Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati ( 1482 – 1552 ) 2. Moch. Arifin ( Pangeran Pasarean ) 1552 – 1555 M 3. Pangeran Sawarga/Aria Kamuning/Dipati Cirebon 4. Panembahan Ratu 5. Pangeran Made Gayam 6. Pangeran Adiningkusumah/Pangeran Girilaya 7. Pangeran Martawijaya/Raja Syamsudin/Kasepuhan, putra 6 8. Pangeran Kertawijaya/Raja Badrudin/Kanoman, putra 6 9. Pangeran Wangsakerta, putra 6 ( lain ibu dengan no. 7 + 8 ) Makam Syarif Hidayatullah berada di kompleks permakaman Gunung Sembung Cirebon. Ada wasiat Syarif Hidayatulah ( Sunan Gunung Jati ) yang ditujukan bagi seuweu siwinya pada khususnya dan umat Islam ada umumnya, yang bunyinya “ Ingsun titip tajug lan fakir- miskin “. Nama Sunan Gunung Jati sering dirancukan dengan Fatahilah menantunya, yang memimpin tentara gabungan Demak dan Cirebon ketika merebut pelabuhan Sunda Kalapa pada tahun 1527 M. Menurut Silsilah, sebenarnya Fatahillah bukan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, tetapi keduanya ada hubungan kekerabatan. Kakek Syarif Hidayatullah dari ayah ( Syarif Abdullah ), yaitu Syekh Ali Nurul Alim dengan kakek buyut Fatahillah, yaitu Syekh Barkat Jainal Alim masih bersaudara, putra dari Jamaludin Al Kubro ( Campa ). III. Raja Sangara ( Lahir 1428 M ). Menurut Sejarah Cirebon, beliau datang ke Cirebon bersama dengan ayahnya ( Prabu Jaya Dewata ) ketika memberikan gelar “Sri Mangana “ kepada kakaknya ( Pangeran Cakrabuana ) sebagai Raja Caruban Larang. Mungkin Raja Sengara setelah bersama-sama berkumpul dengan kakaknya ( Prabu Walangsungsang ) , beliau menjadi murid dari Syekh Dzatul Kahfy pula. Raja Sangara menuntut ilmu Islam dan mengembara hingga ke Timur Tengah. Kemudian menyebarkan agama Islam di tatar selatan dengan sebutan Prabu Kian Santang (Sunan Rohmat). Rajasengara menurut Sejarah Limbangan atau Sejarah Godog terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat. Raja Sangara inilah yang kelak menjadi penyebar dan pengembang agama Islam di pedalaman wilayah Galuh, yang pusatnya di daerah Godog Suci Karangpawitan Garut, tepatnya di wilayah Keprabuan Galeuh Pakuan - Limbangan yang penguasanya masih keturunan dari Sri Baduga Maharaja, yaitu Adipati Limansenjaya atau Sunan Cipancar. Catatan : Menurut Sejarah Jawa Barat, Nyai Subanglarang adalah saudara sepupu Prabu Jaya Dewata. Beliau adalah putra Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Muarajati Cirebon ( menggantikan kakaknya Surawijaya Sakti ) yang telah memeluk agama Islam. Ki Gedeng Tapa mengirimkan putranya untuk menjadi santri Syekh Quro ( Syekh Hasanudin ) Karawang. Ketika itu daerah Karawang, Subang ,Purwakarta dan Majalengka masih termasuk wilayah Kerajaaan Sindangkasih ( dibawah Kerajaan Sunda Galuh ) yang ketika itu rajanya adalah Maharaja Wastu Kancana ( 1371 – 1475 M ) ayah dari kelima putranya, yaitu Prabu Susuk Tunggal, Prabu Dewa Niskala, Surawijaya Sakti, Ki Gedeng Sindangkasih dan Ki Gedeng Tapa. Syekh Quro adalah sesepuh pesantren pertama di pesisir Utara wilayah Kerajaan Sunda Galuh tahun 1428 M. Ketika menikah dengan Nyai Subanglarang, Prabu Jaya Dewata masih remaja dengan nama Raden Pamanah Rasa atau Keukeumbingan Raja Sunu. Adapun “ guru agama Islam “ putra-putranya sebagaimana tsb.di atas, adalah Syekh Idlofi / Syekh Dzatuk Kahfi/ Syekh Nurjati, seorang ulama keturunan Hadramaut yang berasal dari Mekah dan menyebarkan agama Islam di berbagai daerah di Kerajaan Sunda ( Jawa Barat ) dan selanjutnya menjadi sesepuh pesantren Pasambangan Gunung Jati Cirebon. Salah satu cicit Syekh Dzatuk Kahfy adalah Pangeran Panjunan ( Syekh Abdurahman ). Cucu Pangeran Panjunan adalah Pangeran Santri ( Ki Gedeng Sumedang ) putra Pangeran Muhammad ( Pangeran Panjunan ). Pangeran Santri ( Ki Gedeng Sumedang ) adalah isteri dari Nyimas Ratu Inten Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedanglarang ). Dari Nyimas Ratu Inten Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedanglarang ), Pangeran Santri dikaruniai 6 orang putra, diantaranya yaitu : 1. Pangeran Angkawijaya ( Prabu Geusan Ulun ). 2. Santowan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden, Pamanukan dan Subang dll Dari garis ibu dan neneknya Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Bimaraksa ( Patih Galuh ) atau Aki Balangantrang yang menurunkan putra Prabu Guru Aji Putih, yang rundayaannya sebagai berikut : 1. Prabu Guru Aji Putih- Kerajaan Tembong Agung – Darmaraja 2. Prabu Tajimalela/Prabu Agung Resi Cakrabuana 3. Prabu Gajah Agung/Wirajaya/Sunan Pagulingan 4. Sunan Guling/Mentalaya 5. Sunan Tuakan/Tirtakusumah 6. Nyimas Ratu Isteri Patuakan 1450 – 1530 M, isteri Sunan Corenda 7. Nyimas Ratu Inten Dewata/Dewi Setyasih/ Ratu Pucuk Umum 1530 – 1578, isteri Pangeran Santri. 8. Prabu Geusan Ulun Dari kakeknya garis ibu Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Suryadewata atau Batara Gunung Bitung ( pamannya Maharaja Linggabuana, Raja Sunda Galuh ), yang rundayaannya sebagai berikut : 1. Suryadewata ( Batara Gunung Bitung ) 2. Sudayosa ( Kang katetek ing wanaraja ) 3. Darmasuci ( Raja Talaga ) 4. Sunan Talagamanggung 5. Ratu Simbarkancana, isteri Kusumalaya ( adiknya Prabu Jaya Dewata ( Sri Baduga/Prabu Siliwangi ) 6. Batara Sakawayana ( Sunan Corenda ), suami Nyimas Ratu Isteri Patuakan 7. Nyimas Ratu Inten Dewata/Dewi Setyasih/ Ratu Pucuk Umum 1530 – 1578, isteri Pangeran Santri. 8. Prabu Geusan Ulun Dari garis laki-laki Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Syekh Dzatuk Kahfy, yang rundayaannya sebagai berikut : 1. Syekh Dzatuk Kahfy 2. Pangeran Panjunan ( Syekh Abdurahman ) 3. Pangeran Muhammad 4. Pangeran Kusumadinata/Pangeran Santri, suami Nyimas Dewi Inten Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedang ) 5. Prabu Geusan Ulun Kelak keturunan Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun (Raja Sumedanglarang 1578 – 1601 M ) secara turun temurun menjadi para Bupati Sumedang kecuali 1 ( anak tiri ), 11, 12 dan 13, yaitu sbb : 1. Pangeran Aria Suriadiwangsa/Pangeran Rangga Gempol I ( 1601 – 1625 ). Anak Tiri Prabu Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya. Beliau adalah putra dari Panembahan Ratu ( Sultan Cirebon ). * ) 2. Pangeran Rangga Gede ( 1625 – 1633 ) Putra Prabu Geusan Ulun 3. Raden Bagus Weruh Kusumadinata /Pangeran Rangga Gempol II ( 1633 – 1656 ) 4. Pangeran Rangga Gempol III/Pangeran Panembahan ( 1656 – 1705 ) 5. Dalem Adipati Tanumaja ( 1705 – 1709 ) mertua Dalem Wangsadita I (Bupati Limbangan 3 1740 – 1744 M ).. 6. Pangeran Kusumadinata/Pangeran Karuhun ( 1709 – 1744 ) 7. Dalem Istri Rajaningrat ( 1744 – 1759 ) isteri saudara sepupunya Dalem Surianagara I ( putra Dalem Wangsadita I Bupati Limbangan 3 ). 8. Dalem Adipati Kusumadinata /Dalem Anom ( 1759 – 1761 ) Putra 7. 9. Dalem Adipati Surianagara II ( 1761 – 1765 ) Putra 7. 10. Dalem Adipati Surialaga I/ Dalem Panungtung ( 1765 – 1773 ) Putra 7. 11. Dalem Adipati Tanubaya ( 1773 – 1775 ) asal Parakanmuncang. 12. Dalem Adipati Patrakusumah ( 1776 – 1789 ) menantu 11. 13. Dalem Aria Sacapati ( 1789 – 1791 ). 14. Rd. Jamu/ Pangeran Kusumadinata/Pangeran Kornel ( 1791 – 1828 ) Putra 9. 15. Dalem Adipati Kusumahyuda I /Dalem Ageung ( 1828 – 1833 ) 16. Dalem Adipati Kusumahdinata/Dalem Alit ( 1833 – 1834 ) putra Dalem Adipati Adiwijaya ( Bupati Limbangan Garut 1813 – 1833 ). 17. Rd. Tumenggung Suriadilaga/Dalem Sindangraja ( 1834 – 1836 ) 18. Rd. Somanagara/ Pangeran Suriakusumah Adinata/ Pangeran Sugih (1836 – 1882 ) putra 15. 19. Pangeran Aria Suriaatmaja/Pangeran Mekah ( 1882 – 1919 ) 20.dst. * ) Pangeran Rangga Gempol I ( Rd. Aria Suradiwangsa ) adalah mertua Pangeran Kusumadiningrat leluhur Dalem Wirawangsa ( Bupati Sukapura ). Adapun Nyi Rd. Rajanagara, kakaknya Pangeran Karuhun/ Kusumadinata putra Dalem Tanumaja menikah dengan Dalem Wangsadita I ( Bupati Limbangan 3 1740 -1744 ) mempunyai putra Dalem Surianagara I ( yang menurunkan para Bupati Sumedang sebagaimana tsb. di atas ), Wangsadita II dan saudara-saudara yang menurunkan para Bupati Limbangan ) ( Riwayat dan Rundayan Dalem Wangsadita I lihat di bawah ). IV. Prabu Munding Surya Ageung ( Raja Maja ) Menurut Sejarah Panjalu Ciamis, Prabu Munding Surya Ageung adalah ayah dari Rd.Ranggamantri/Parunggangsa ( Raja Maja terakhir ). Rd. Ranggamantri selanjutnya menikah dengan Ratu Dewi Sunyalarang ( Ratu Parung - 1500 M ) putra Sunan Parung /Batara Sakawayana ( Raja Talaga – 1450 M ) dan akhirnya merangkap sebagai Raja Talaga terakhir. Diislamkan oleh Syarif Hidayatullah tahun 1529 M, Rd. Ranggamantri/Parunggangsa diberi julukan “ Pucuk Umum “. Rd. Ranggamantri ( + 1530 M ) mempunyai 3 orang putra, yaitu : 1. Prabu Haurkuning Prabu Haurkuning adalah Pendiri Kerajaan Galuh Pangauban. Beliau mempunyai 3 orang putra, yaitu : 1 ). Maharaja Upama Menggantikan ayahnya sebagai Raja Galuh Pangauban di Putra Pinggan. 2 ). Maharaja Cipta Sanghiang Menjadi raja di Galuh Salawe ( daerah Cmaragas Sekarang ). Maharaja Cipta Sanghiyang, mempunyai 3 orang putra, yaitu : ( 1 ). Nyi Tanduran Ageung Beliau adalah isteri Pangeran Rangga Permana putra Prabu Geusan Ulun yang mendirikan Kerajaan Galuh Kertabumi ( Raja Galuh Kertabumi 1585 – 1602 M ). Menurut catatan Rd. Yusuf Suriadiputra ( Bupati Ciamis 1954 – 1958 M ) salah satu keturunan Rd. Wirasuta ( Bupati Karawang pertama ) bahwa Nyi Tanduran Ageung mendapatkan wilayah sebelah Timur alun-alun Ciamis sekarang meliputi Kec. Ciamis, Cijeungjing (Bojong ), Rancah, distrik Banjar sampai ke sebelah Selatan. Pangeran Rangga Permana ( Prabu di Muntur ) dengan Nyi Tanduran Ageung berputrakan 2 orang yaitu : a. Maraja Cipta ( Adipati Kertabumi II ) Beliau adalah mertua Adipati Panaekan ( Bupati Nagara Tengah ). b . Rd. Kanduruan Singaperbangsa ( Adipati Kertabumi III ) Beliau yang menurunkan para Bupati Galuh Kertabumi/ Ciancang, yaitu sbb : 1. Rd.Adipati Singaperbangsa II atau Rd. Pagergunung dan disebut Adipati Kertabumi IV ( 1618 – 1641 ). Putra Adipati Kertabumi III. 2. Kanduruan Singaperbangsa III ( Adipati Kertabumi V ) ( (1641– 1654 ). 3. Rd. Wirasuta disebut Mas Galak atau Kanduruan Singaperbangsa IV (1654 – 1656 ), Bupati Galuh Kertabumi terakhir, kemudian pindah ke Karawang menjadi Bupati Karawang 1 dengan gelar Dalem Panatayuda I ( 1679 – 1721 ) putra 2 4. Rd. Candramerta ( 1676 - 1681 ) putra 3 5. Rd. Jayanagara ( 1681 – 1683 ) putra 4 6. Rd. Puspanagara ( 1683 – 1685 ) putra 4 7. Panembahan Wargamala ( 1685 – 1700 ) 8. Dalem Candranagara ( 1700 – 1714 ) putra 4 9. Nyi Rd. Ayu Rajakusumah ( Bupati Istri ) ( 1714 – 1718 ) putra 8 10. Dalem Kertayana/ Dalem Wiramantri I ( 1718 – 1736 ) suami Nyi Rd. Ayu Rajakusumah.( menantu 8 ) 11. Dalem Wiramantri II ( 1736 – 1762 ) putra 10 12. Dalem Wiramantri III ( 1762 – 1787 ) putra 11 13. Dalem Wiramantri IV ( 1787 – 1803 ) putra 12 ( Kabupaten Utama ). 14. Rd. Demang Wirantaka ( 1803 – 1811 ) putra 13 Bupati terakhir Pada tahun 1811 Kabupaten Utama – Ciamis – Banagara disatukan menjadi satu Kabupaten Ciamis, sampai dengan sekarang. Keterangan : * ).Karena pada tahun 1679 M daerah Karawang dijadikan Kabupaten, maka beliau yang menjadi Bupati Karawang pertama (1679 – 1721 M ) dengan gelar Dalem Panatayuda I. Beliaulah yang menurunkan para Bupati Karawang sebagai berikut : 1. Dalem Panatayuda II ( 1721 – 1732 ). 2. Dalem Panatayuda III ( 1732 – 1752 ). 3. Rd. Apun Balon /Dalem Panatayuda IV ( 1752 – 1783 ). 4. Rd. Singasari /Dalem Panatayuda V ( menantu 3 ) ( 1783 – 1809 ). Dalem Panatayuda V pada tahun 1809 dipindahan menjadi Bupati Brebes dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I, putranya Rd. Sastrapraja ( Demang Karawang ) menjalankan pemerintahan Kab. Karawang sampai kekosongan Bupati diisi oleh Dalem Surialaga II ( 1811 – 1813 M ) putra Dalem Surialaga I ( Bupati Sumedang ). Sejak tahun 1813 – 1821 M pemerintah tidak mengangkat Bupati di Karawang, dan daerah Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru ada tahun 1821 M Kabupaten Karawang didirikan kembali sampai dengan sekarang. ( 2 ). Cipta Permana Beliau adalah Raja Galuh Kawasen ( 1595 – 1615 M ) yang wilayahnya sebelah Barat alun-alun Ciamis sekarang sampai perbatasan Tasikmalaya ditambah Ciancang dan Pasirjeungjing. Beliau tinggal di Nagara Tengah ( Ciancang ). Selanjutnya Cipta Permana diganti oleh putranya Dipati Panaekan sebagai Bupati Nagara Tengah. Putranya adalah Dalem Imbananagara, yang menurunkan para Raja/ Bupati Galuh Imbanagara, yaitu sebagai berikut : 1. Dalem Adipati Panji Jayanagara ( 1635 – 1674 M) 2. Dalem Angganagara ( 1674 – 1678 M ) 3. Dalem Anggapraja ( 1678 – 1679 ) ( Putra 1 ) 4. Raden Adipati Angganaya ( 1679 – 1693 ) ( Putra 1 ) 5. Dalem Sutadinata ( 1693 – 1706 M ) ( Putra 3 ) 6. Dalem Kusumadinata I ( 1727 – 1732 M ) ( Putra 5 ) 7. Dalem Jagabaya ( 1732 – 1751 M ) ( Putra 5 ) 8 Dalem Kusumadinata III ( 1751 – 1801 M ) ( Putra 7 ) 9. Dalem Natadikusumah ( 1801 – 1806 M ) ( Putra 8 ) Setelah Dalem Natakusumah, selanjutnya sebagai Bupati Galuh Imbanagara terakhir adalah Dalem Surapraja ( 1806 – 1811 M ) putra Dalem Suriapraja I ( Rangga Bungsu ) Bupati Limbangan ke 5 ( 1744 – 1755 M ). Menurut Sajarah Limbangan, beliau terkenal dengan sebutan Dalem Imbanagara. Beliau adalah menantu Tmg.Jengpati I ( keturunan Sanghiyang Permana ). ( 3 ). Sanghiyang Permana Sanghiyang Permana meneruskan pemerintah ayahnya di Galuh Salawe. Menurut Ds. Jaja Sukarja, Sanghiyang Permana dikaruniai 2 orang putra, yaitu : a. Sangadipati Secara turun temurun rundayannya sebagai berikut : Sangadipati – Rd. Tg. Kabolotan – Nyai Gede Kaliangis – Kyai Hameng Jaya – Rd. Tmg. Pamulihan – Rd. Tmg.Panembahan. Kemudian Rd. Tmg. Panembahan mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1. Rd. Tmg.Wiranagara ( Cibodas ) dan 2. Rd. Tumenggung Jengpati. Rd. Tumenggung Jengpati I adalah Bupati Camis di Cibitu. Beliau mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1. …………….yang dijadikan isteri Dalem Surapraja putra Dalem Suriapraja I ( Bupati Limbangan ke 6 ) cucu Dalem Wangsadita I Bupati Limbangan 3 ), yang diangkat menjadi Bupati Imbanagara pada tahun 1806 – 1811, sehingga diberi beliau disebut Dalem Imbanagara. 2. Penambahan Sutadirana. b. Rd. Jakkah ( Ciawi ) Petualangan Rd. Jakkah telah disusun dalam bentuk cerita wawacan oleh Rd. Wangsa Muhammad ( Pangeran Papak ) pada pertengan abad 19 M. Beliau adalah salah seorang sesepuh di Cinunuk Wanaraja Garut, yang masih keturunan Sunan Cipancar Limbangan. Catatan : Pada tahun 1811 M, Kab. Galuh Kertabumi, Galuh Imbanagara dan Kab. Panjalu digabungkan menjadi Kabupaten Ciamis. 3 ).Sareupeun Agung. Beliau menjadi Raja Cijulang ( Ciamis . Secara turun temurun rundayannya secara berurutan sbb : Sareupeun Agung – Santowan Kolet - Kiai Gede Utama – Jengpati Jangabaya – Tmg. Jengpati II ( Bupati Ciamis di Cibitu ) – Tmg.Jengpati III ( Bupati Ciamis ) – Tmg. Jengpati Wira Utama ( Bupati Ciamis ). Tmg. Jengpati Wira Utama mempunyai 3 orang putra, yaitu : 1. Rd. Tmg.Jengpati IV ( Bupati Ciamis ) 2. Rd. Tmg.Jeng Raya 3. Rd. Tg. Sacakusuma atau Tmg. Wiramantri ( Bupati Utama ). Tmg. Jengpati IV mempunyai putra Rd. Tmg. Jengpati V ( Bupati Ciamis di Pasirmanggu ). Beliau mempunyai 13 orang putra, yaitu : 1. Rd. Tmg. Jayengpati 2. Nyi Rd. Dewi Aliya 3. Rd. Wirakusumah 4. Rd. Kartanagara 5. Rd. Sutanagara 6. Rd. Martanagara 7. Rd. Adipati Sindungmangga 8. Rd. Demang Sumapraja 9. Nyi Rd. Mojadewi 10. Rd. Praja Wijaya 11. Rd. Mangkunagara 12. Nyi Rd. Madu 13. Rd. Nata Dewi 2. Rd. Rangga Gumilang Rangga Gumilang adalah pendiri Kerajaan Panjalu ( + 1530 M ). Beliaulah yang menurunkan para Raja /Bupati Panjalu. Para Raja/Bupati Panjalu : 1. Rangga Gumilang 2. Lembu Sampulur 3. Prabu Cakradewa ( Menantu 2 ) 4. Prabu Boros Ngora 5. Hariang Kuning ( Putra 4 ) 6. Hariang Kencana ( Putra 4 ) 7. Hariang Kuluk Kukunang Teko 8. Dipati Kariang Kanjut Kandali Kancana 9. Dipati Hariang Martabaya 10. Dipati Hariang Kunang Natabaya 11. Aria Sumalah ( Putra 10 ) 12. Aria Secamata ( Putra 10 ) 13. Rd. Aria Wirabaya ( Putra 11 ) 14. Dalem Wirapraja 15. Rd.Prajasasana ( Cakranagara I ) ( putra Rd.Aria Wiradipa, cucu 12 ) 16. R.Cakranagara II 17. R. Cakranagara III ( Bupati Panjalu terakhir ). Ada Cerita Rakyat Panjalu, bahwa Prabu Boros Ngora bertemu dengan Baginda Ali sahabat Nabi dan setelah masuk Islam dia diperintahkan untuk menyebarkan ilmu agama Islam di negerinya dan sebagai kenang-kenangan dia diberi sebilah pedang, cis,pakaian kehajian dan segayung air zam-zam. Cerita rakyat seperti ini hampir mirip dengan cerita mengenai Prabu Kiansantang di Godog ( Suci Karangpawitan Garut ) atau " Sejarah Duhung " di Cinunuk Hilir Wanaraja Garut atau juga “ Wawacan Gagak Lumayung “. Wallohu’alam. Pada tahun 1819 Kawali, Panjalu dan Rancah resmi menjadi wilayah tatar Galuh dengan ibu kota di Ciamis , berada dibawah pemerintahan Bupati Rd. Adipati Adikusumah ( 1819 – 1839 ). ( H. Djadja Sukardja : 35 ). Catatan : Setelah Prabu Jaya Dewata/ Prabu Siliwangi memindahkan pusat kekuasaanya ke Bogor, Kerajaan Galuh di Kawali diserahkan kepada saudaranya Sang Ningratwangi, sebagai Raja Kawali ( 1482 – 1507 M ) kemudian putranya Prabu Jayaningrat ( 1507 – 1529 M ) saudara sepupu Prabu Surawisesa ( Raja Pakuan Pajajaran 1521 – 1535 M ). Ketika tahun 1529 M Kerajaan Galuh ( Kawali ) dikalahkan oleh tentara gabungan Demak, akhirnya Kerajaan Galuh Kawali dibawah Kesultanan Cirebon. Raja Galuh Kawali atas penunjukkan Syarif Hdayatullah diangkat Pangeran Dungkut putra Langlangbuana ( Raja Kuningan ) menggantkan mertuanya ( Prabu Jayaningrat ) sebagai Raja Galuh Kawali ( 1529 – 1575 M ). Setelah Pangeran Dungkut yang menurunkan para Raja Kawal/ Bupati Kawali sebagai berikut : 1. Pangeran Bangsit ( Mas Palembang ) ( 1575 – 1592 M ) 2. Pangeran Mahadikusumah ( 1592 – 1643 M ). 3. Pangeran Usman ( 1643 M ), menantu 2. 4. Dalem Adipati Singacala ( 1643- 1718 M ), menantu 3.Bupati pertama Kawali. 5. Dalem Satia Meta ( 1718 – 1745 M ). 6. Rd. Adipati Mangkupraja I ( 11745 – 1772 M ). 7. Rd. Adipati Mangkupraja II ( 1772 – 1801 M ). 8. Rd. Adipati Mangkuparaja III ( 1801 – 1810 M ) Bupati terakhir Kabupaten Kawali. Pada tahun 1810 M disatukan dengan Kab. Panjalu. ( Drs. Jaja Sukarrja : 34 ). 3.Sunan Wanaperih Sunan Wanaperih adalah yang menggantikan Rd.Ranggamantri sebagai Bupati Talaga terakhir. Cucu Sunan Wanaperih yaitu Aria Wangsa Goparana putra Sunan Cibinong Wanapeurih ( Sunan Ciburang ) yang memulai membabat hutan di tempat yang nantinya menjadi cikal bakal Kota Cianjur. Salah seorang putranya, yaitu Dalem Adipati Aria Wiratanudatar I ( Dalem Cikundul ) sebagai pendiri Kab. Cianjur dan menjadi Bupati pertama Kab. Cianjur ( 1567 – 1600 M ). Beliaulah yang menurunkan para Wiratanudatar ( Bupati Cianjur ), Bogor dan seuweu siwinya. Salah seorang putra keturunan Dalem Cikundul adalah Rd. Abas putra sulung DAA Wiratanudatar VI. Pada tahun 1833 Rd. Abas ini dibawa ke Sumedang dan dibesarkan oleh Pangeran Kornel ( Bupati Sumedang 1791 – 1828 M), bahkan setelah dewasa ditikahkan dengan keluarganya bernama Nyi Raden Purnama, yaitu putri Tumenggung Kusumadinata ( Bupati Limbangan Garut 1833 – 1834 M ). Dan selanjutnya ketika Tumenggung Kusumadinata dipindahkan ke Sumedang, maka Raden Abas juga diangkat menjadi Bupati Limbangan Garut mengganti mertuanya dengan gelar Adipati Aria Surianatakusuma ( 1833 – 1871. Catatan : Nyimas Ratu Patuakan ( Dewi Sintawati ) putra Sunan Patuakan (keturunan PrabuTajimalela ) adalah menantu Ratu Simbarkancana ( Ratu Talaga )/Kusumalaya. Kusumalaya adalah adiknya Prabu Jaya Dewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi. Ratu Simbarkancana adalah cucu Pendiri Kerajaan Talaga, yaitu Prabu Darmasuci putra Sudayosa, saudara sepupu Maharaja Linggabuana 1350 – 1357 M ). Menurut Drs. Joseph Iskandar, ayah Sudayosa yaitu Prabu Suryadewata putra Prabu Ajiguna Linggawisesa ( Raja Sunda Galuh 1333 – 1340 M ) dari permaisuri Ratu Umi Lestari. Prabu Suryadewata tewas ketika sedang berburu di dalam hutan daerah Wanaraja Garut sekarang ( sang mokta ing wanaraja ) (Yoseph Iskandar : 242 ). Dari Sunan Corenda, Nyimas Patuakan melahirkan seorang putra : Nyimas Ratu Dewi Inten Dewata atau Dewi Satyasih. Nyimas Ratu Inten Dewata/Ratu Pucuk Umum Sumedang ( 1530 – 1578 M ) menikah dengan Pangeran Santri/Pangeran Kusumadinata ( keturunan Syekh Dzatuk Kahfy ) dan mempunyai keturunan sebagaimana telah dijelaskan di atas. V. Prabu Surawisesa Ibunya adalah Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putra Prabu Susuk Tunggal - Raja Sunda Bogor 1382 – 1482 M ), Dalam buku Sejarah Indonesia, namanya adalah Raja Samian. Beliau adalah Raja Pakuan Pajajaran 1521 – 1535 M menggantikan Sri Baduga Maharaja/ Prabu Siliwangi. Pada taun 1533 M, untuk mengenang ayahnya, Prabu Surawisesa membuat Prasasti Batu Tulis Bogor. Petualangan Prabu Surawisesa, diceritakan dalam cerita Pantun/wawacan dengan nama Guru Gantangan atau Mundinglaya Dikusumah. Pada masa Prabu Surawisesa inilah, terjadinya penyerangan ke Banten oleh tentara Gabungan Demak dan Cirebon dibawah pimpinan Fatahilah pada tahun 1525. Setelah beliau wafat secara turun temurun yang memerintah Kerajaan Pakuan Pajajaran adalah : 1. Dewata Buana ( 1535 – 1543 M ). 2. Ratu Sakti ( 1543 – 1551 M ) 3. Prabu Nilakendra ( 1551 – 1567 M ) 4. Prabu Ragamulya/Suryakancana ( 1567 – 1579 M ). Prabu Ragamulya ini pernah membuat wangsit atau wasiat kepada para ponggawanya dan rakyat Pajajaran yang masih setia, yaitu Wangsit Siliwangi atau Uga Lebak Cawene ( Sobarnas : 23 ). Menurut Kang Aan Merdeka Permana dalam Majalah Ujung Galuh 6 : 65 meriwayatkan bahwa karena beliau ( Prabu Ragamulya – pen. ) telah merasa bahwa Pajajaran akan mulai berakhir, maka Prabu Ragamulya telah mengutus putranya Aji Mantri untuk menyerahkan mahkuta raja kepada Prabu Geusan Ulun di Sumedang Larang. Aji Mantri dikawal 4 patih yaitu Jaya Perkosa, Terongpeot, Sayang Hawu dan Suradijaya. Pada zaman Prabu Ragamulya Suryakencana ( Prabu Siliwang terakhir) inilah Pakuan Pajajaran sirna ing bhumi , pada tanggal 11 bulan Wesa tahun 1501 Saka'" bertepatan dengan tanggal 11 Rabiulawal 987 H atau tanggal 8 Mei 1579 M. Keraton Pajajaran yang pertama kali dibuat oleh pendiri Kerajaan Sunda, yaitu Tarusbawa sebagaimana telah dijelaskan di atas dan berdiri selama hampir 900 tahun, sekarang tinggal menjadi kenangan “ wargi- wargi Sunda” (Jawa Barat dan Banten ). VI. Surasowan (Adipati Banten ) Surasowan adalah saudara seibu sebapa dari Prabu Surawisesa. Nyi Kawunganten putra Surasowan adalah isteri Syarif Hidayatullah /Sunan Gunung Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah dari Nyi Kawunganten dikaruniai 2 orang putra, yaitu Ratu Kalinyamat dan Maulana Hasanudin ( Sultan Banten 1552 – 1570 M ). Dari Maulana Hasanudin menurunkan para Sultan Banten sebagai berikut : 1.Maulana Yusuf (1570 – 1580 M ) 2. Maulana Muhammad ( 1580 – 1596 M ) 3. Abdul Mufakir ( 1624 – 1651 M ) 4. Abdul Fatah/ Sultan Ageng Tirtayasa ( 1651 – 1682 M ) 5. Sultan Haji (1682 – 1687 M ) * ) 6. Sultan Abu’l Fadhl ( 1687 – 1690 M ) putra 5 7. Sultan Abu’l Mahasin Muh. Zaenal Abidin ( 1690 – 1733 M ) 8. Sultan Abu’lfathi Muh. Arifin ( 1733 – 1750 M ) Keterangan : *) Sultan Haji ( 1682 – 1687 M ), setelah tidak menjadi Sultan, beliau menjadi ulama terkenal dengan sebutan Syekh Maulana Mansur. Beliau adalah salah satu ulama penyebar dan pengembang agama Islam di tatar Pasundan. Ulama yang sejaman dengan beliau adalah Syekh Jafar Sidik ( Cibiuk Garut ) dan Syekh Abdul Muhyi ( Pamjahan Tasikmalaya ). Menurut Catatan Silsilah, ada diantara beberapa keturunan Syeh Maulana Hasanudin ( Banten ) ada pula yang berbaur dengan Keluarga Besar Sunan Cipancar Limbangan atau Bani Nuryayi atau mungkin sekeseler lainnya di daerah Garut dan sekitarnya, misalnya yaitu Nyi Rd. Syarifah Aisah, isteri dari Kyai Rd. Moh. Aonilah yang terkenal dengan sebutan Mama Serang Cibiuk ( Cibiuk/ Limbangan ). Atau juga KH Tb. Aliban menantu dari Ny Rd. Dhomah cucu Embah Nuryayi – Suci/ Nyi Rd. Bathiyah – Cimalaka Wanaraja/Limbangan. Lihat riwayat dan rundayannya pada Bagian lain. Kakak ipar Syarif Hidayatullah adalah Aria Surajaya putra Surasowan. Pada tahun 1525 M, keratonnya diduduki oleh tentara gabungan Demak dan Cirebon. Aria Surajaya beserta keluarga dan sebagian pembesar yang masih hidup terpaksa melarikan diri masuk ke dalam hutan lebat untuk menuju Pakuan ( Bogor ) ( Yoseph Iskandar : 284 ). Untuk menghormati kakeknya, Maulana Hasanudin menggunakan nama Surasowan sebagai nama pasukan Banten, yaitu pasukan Surasowan. VII. Sunan Dayeuhmanggung Ibunya adalah Nyai Putri Inten Dewata putra Sunan Permana Puntang atau Dalem Pasehan dari Kerajaan Timbanganten . Sunan Dayeuhmanggung adalah Raja di Kerajaan Permana Puntang Timbanganten. Menurut Naskah Silsilah Menak-menak Limbangan, beliau adalah mertua Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ) putra Sunan Rumenggong ( Limbangan ). VIII. Sunan Derma Kingkin ( Sunan Gordah) Sunan Derma Kingkin adalah saudaranya Sunan Dayeuhmanggung. Beliau adalah Raja di Kerajaan Permana Puntang Timbanganten. Menurut Sejarah Asal Usul Limbangan dan Timbanganten, beliaulah mempunyai 3 orang putra , yaitu : 1. Sunan Ranggalawe 2. Sunan Rumenggong Akan dijelaskan pada Bagian 2 di bawah 3. Sunan Patinggi. IX. Prabu Layakusumah Ibunya adalah Ratu Anten dari Pakuan Raharja ( Sukabumi ). Beliau adalah raja di Keprabuan Pakuan Raharja ( Cicurug Sukabumi ) sebagai vazal (bawahan ) Kerajaan Pakuan Pajajaran. Prabu Layakusumah adalah suami Nyi Putri Buniwangi putra Sunan Rumenggong, yang menurunkan Para Raja/ Bupati/ Dalem Galeuh Pakuan/ Limbangan/ Sudalarang/Sumedang/Garut dan seuweu siwinya ( Keluarga Besar Limbangan ). ( Lihat Bagian 2 ). Dengan melihat putra-putra Prabu Jaya Dewata/ Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi tersebut di atas, maka sebenarnya antara Keluarga Besar Galuh, Karawang, Sukapura, Cirebon, Banten, Bandung, Timbanganten, Limbangan, Garut, Parakanmuncang, Cianjur dll, baik langsung ataupun tidak langsung, masih ada tali kekerabatan diantara mereka. Sebagai contoh : Rd. H. Muhammad Musa ( Hoofz Penghulu Limbangan Garut ). Beliau termasuk Keluarga Besar Sunan Cipancar Limbangan dan mungkin pula tercatat pula dalam Rundayan Menak-menak Timbanganen ( Tarogong Garut ), Panjalu ( Ciamis ) dan Cianjur. Karena memang demikianlah kenyataannya. Ibunya Rd. H. Muhamad Musa, yaitu Nyi Rd. Mariyah keturunan Dalem Jiwanagara I ( Cinunuk Wanaraja Garut ) putra Dalem Tg. Wijayakusumah dan keturunan Rd. Rajasuta ( Limbangan )/ Nyi Rd. Ajeng Karaton ( Timbanganten), ayahnya ( Rd. Rangga Suriadiusumah – Patih Limbangan ) adalah cucu Rd. Jayanagara putra Dalem Secamata ( Bupati Panjalu ) dan Nyi Rd Lenggang Nagara putra Rd. Tmg. Natanagara ( Bupati Bogor ) keturunan Dalem Wiratanudatar I (Dalem Cikundul Cianjur ). Demikian pula tokoh – tokoh ( para Dalem, Bupati, Patih Penghulu dlsb) di Limbangan Garut, Timbanganten, Sukapura, Galuh, Sumedang, Cianjur dan tempat- tempat lainnya di daerah Pasundan. Hal ini dikarenakan antara “wargi-wargi “ Limbangan, Sukapura, Cianjur, Sumedang dlsb. terjalin tali persaudaraan melalui hubungan perkawinan, sejak dahulu, sekarang bahkan mungkin di masa-masa yang akan datang. Menurut Catatan Dewan Wargi-wargi Sunda tertanggal 8 April 1968, bahwa pada tanggal 7 April 1968 telah diadakan pertemuan silaturahmi “Dewan Wargi-wargi Sunda “ di Panti Karya Bandung. Jumlah yang hadir semuanya ada 76 orang perwakilan dari wargi-wargi Sumedang Sukapura, Galuh, Bandung, Timbanganten, Limbangan, Banten, Parakanmuncang, Cidamar, Cukundul dan Karawang. Ketuanya saat itu adalah RAA Suria Danoeningrat ( Bandung ). Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dan selintas Riwayat/Rundayan Timbanganten, yang penulis susun mudah-mudahan jadi obor penerang bagi seuweu siwi Limbangan Garut ( termasuk Timbanganten ) khususnya dan seuweu siwi Sunda ( Jawa Barat dan Banten ) yang masih kegelapan, mudah-mudahan tersingkap dan menjadi pembuka pintu untuk meneliti Sejarah/Rundayannya. Ada nasehat dari alm. Bapak Sobarnas ( Ketua Simpay Tresna Garut ) dalam bahasa Sunda sebagai berikut : “ ………… Bumi muntir, jaman robah, atuh Kabudayaan urang Sunda oge milu robah, ngindung ka waktu mibapa ka jaman, hususna di widang Sajarah tina sawangan sastra ( babad, dongeng, carita pantun, carita rayat – pen ) sing ngajaul kana sawangan sajarah sacara ilmiah, sangkan sajarah Tatar Sunda henteu terus-terusan poek peteng. Pesek “ falsafah, siloka, perlambangna “. Anu heubeul pikeun eunteung ( neuleuman sajarah ngan ku sawangan sastra – babad – sasakala – dongeng ). Ayeuna garapeun ( cing urang sasarengan kokoreh bukti sajarah sacara ilmiah). ……………Bral miang sing panjang natar lalakon kasmaran picaritaeun. Prak rumat budaya urang, sangkan ngajega nepi ka jaga “ ( Sobarnas : 2 ). BAGIAN 2 SEJARAH KELUARGA BESAR LIMBANGAN A. SUNAN RUMENGGONG Menurut Sejarah Limbangan, bahwa Sejarah Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dimulai sejak keberadaan Kerajaan Rumenggong atau Keprabuan Kerta Rahayu, yang rajanya bernama Prabu Rakean Layaran Wangi atau Prabu Jayakusumah. Bila dikaitkan dengan nama Limbangan, Sejarah Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dimulai sejak Keprabuan Galeuh Pakuan ( pecahan dari Kerajaan/ Keprabuan Rumenggong ) yang dirubah namanya, menjadi Kabupaten Limbangan oleh Adipati Limansenjaya atau Prabu Wjayakusumah atas perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Cirebon pada tahun 1525 M. Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, bahwa Sunan Rumenggong adalah masih keturunan Prabu Jaya Dewata ( Prabu Siliwangi ) dari Nyi Putri Inten Dewata ( putra Dalem Pasehan Timbanganten ) dan masih saudara dari Sunan Ranggalawe ( Ratu Timbanganten ). Sunan Rumenggong mempunyai 3 putra, yaitu : 1. Prabu Mundingwangi atau Sunan Cisorok 2. Nyi Putri Buniwangi/ Nyi Rambut Kasih Lh. + 1470 3. Dalem emas ( dari isteri keduanya ). Nyi Putri Buniwangi atau Nyi Putri Rambut Kasih menikah dengan Prabu Layakusumah putra Sri Baduga Maharaja dari Ratu Anten. Prabu Layakusumah adalah raja di Keprabuan Pakuan Raharja ( Cicurug Sukabumi ) sebagai vazal Kerajaan Pakuan Pajajaran ( Bogor ). Pada sebagian rundayan silsilah Limbangan, Nyi Rambut Kasih sering dirancukan dengan Nyi Ambet Kasih putra Ki Gedeng Sindangkasih ( Cirebon ). Nyi Ambet Kasih adalah isteri dan saudara sepupu dari Prabu Jaya Dewata, yang saat itu masih bernama Raden Pamanahrasa putra Prabu Dewa Niskala. Prabu Dewa Niskala saat itu masih sebagai putra mahkota Kerajaan Sunda Galuh, yang rajanya adalah Maharaja Linggawastu Kancana ( 1371 – 1475 M ) yang berkedudukan di Kawali ( Ciamis ). Di daerah Sindangkasih Majalengka, adapula seorang putri yang menjadi Ratu Sindangkasih benama Nyi Putri Rambut Kasih ( petilasannya “Pasir Lenggik “di daerah Sindangkasih Majalengka ). Menurut sesepuh di daerah Sindangkasih ( Majalengka ), dia itu adalah putra Prabu Jaya Dewata, yang ketika agama Islam mulai memasuki daerah Majalengka , dia menolak untuk menganut agama Islam. Ratu Sindangkasih bagi masyarakat di Majalengka, terkenal dalam cerita legenda “ Majalengka “. Menurut riwayat lain, disebutkan bahwa bahwa Sunan Rumenggong dari isteri pertama tidak mempunyai putra, tetapi memelihara Putri Ambetkasih/Nyi Putri Buniwangi putra Sunan Patinggi Buniwangi. Dari isteri keduanya Sunan Rumenggong dikaruniai 6 orang putra,yaitu 1. Dalem Mangunharja ( Sunan Galunggung ) 1.1.Dalem Singaharja 1.1.1. Nagaparana 2. Dalem Manggunrembung/Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ) 3. Dalem Mangunreksa ( Sunan Manglayang ) 4. Dalem Manguntaruna ( Purbalingga Jawa Tengah ) 5. Dalem Emas ( Sunan Bunikasih ) 6. Dalem Mangunkusumah ( Lemah putih Depok ) Menurut riwayat, bahwa pada + tahun 1600 M Nagaparana pernah mengadakan pemberontakan, yang menyebabkan tewasnya Tumenggung Wangsanagara (Sunan Kareseda ) putra Prabu Wijayakusumah ( Sunan Cipancar ) di suatu tempat yang sekarang disebut Ragahiyang di Gunung Sadakeling. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Dalem Santowaan cucu Prabu Mundingwangi ( Dalem Cibolerang Wanaraja ). Setelah wafat Sunan Rumenggong dimakamkan di Kampung Poronggol ( sekarang termasuk Desa Ciwangi Kecamatan Limbangan ). Sedangkan saudaranya, Sunan Patinggi makamnya ada di Kampung Nangkujajar Limbangan. B. PRABU MUNDINGWANGI Nama beliau pun sering dirancukan dengan Prabu Mundingwangi atau Prabu Munding Surya Ageung ( Raja Maja ) putra Prabu Jaya Dewata, saudaranya Ratu Sindangkasih, sebagaimana telah disebutkan di atas. Kembali kepada Prabu Mundingwangi putra Sunan Rumenggong, bahwa beliau menggantikan ayahnya menjadi Prabu di Keprabuan Rumenggong atau Kerta Rahayu. Menurut Rd. Soemarna, ada kemungkinan beliau memindahkan pusat pemerintahannya dari Kertarahayu ke Dayeuhmanggung (Desa Selaawi ) dan menikahi putri Sunan Dayeuhmanggung saudaranya Sunan Gordah dan mempunyai putra : • Prabu Salalangu Layakusumah Setelah wafat Prabu Mundingwangi dimakamkan di daerah Cisorok – Selaawi dan terkenal dengan sebutan Sunan Cisorok. Kerajaan Rumenggong dilanjutkan oleh Prabu Salalangu Layakusumah. C. PRABU SALALANGU LAYAKUSUMAH Lh. + 1485 M Sepeninggal Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ), Keprabuan Kerta Rahayu dilanjutkan oleh putranya , yaitu Prabu Salalangu Layakusumah. Menurut Silsilah menak-menak Limbangan, beliau adalah kakek dari garis ibu Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar. Setelah Prabu Salalangu Layakusumah wafat diganti oleh putranya Dalem Santowaan atau disebut juga Santowaan Nusakerta. D. DALEM SANTOWAAN Lh. + 1505 M Dalem Santowaan menggantikan Prabu Salalangu Layakusumah, tetapi tidak di Keprabuan Kerta Rahayu, karena wilayah Keprabuan Kerta Rahayu telah dibagi tiga wilayah, yaitu Kaprabuan Galeuh Pakuan, Kaprabuan Sudalarang dan Kadaleman Cibolerang Wanaraja. Kaprabuan Galeuh Pakuan, dipimpin oleh Dalem Adipati Limansenjaya atau Prabu Wijayakusumah ( Sunan Cipancar ), yang menggantikan ayahnya Prabu Hande Limansenjaya. Wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan Limbangan, Cibiuk, Leuwigoong, Selaawi, Malangbong, Karangtengah, Cibatu , Wanaraja dan Karangpawitan. Kaprabuan Sudalarang, dipimpin oleh Dalem Singadipati I, yang menggantikan ayahnya Prabu Wastu Dewa. Wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan Sukawening dan Karangtengah Kab. Garut. Dalem Santowaan memimpin Kadaleman Cibolerang Wanaraja. Pusat Kadalemannya, adalah di suatu tempat antara Cibolerang dan Bojongsari ( arah sebelah Barat Daya Kp.Cinunuk Hilir Wanaraja ). Wilayah Kadaleman Cibolerang meliputi yang sekarang termasuk wilayah Cipicung (Banyuresmi), Cinunuk ( Wanaraja ), Cimurah, Calingcing dan Suci Karangpawitan. Ada kemungkinan makam yang berada disana, adalah makam Dalem Santowaan dan isterinya. Makam tersebut sampai sekarang tidak ada yang memelihara atau mengurusnya. Menurut Sajarah Limbangan, Dalem Santowaan mempunyai 5 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem Nayawangsa 2 ). Dalem Wangsareja 3 ). Kyai Gede Papandak ( Distrik Wanaraja ) 4 ). Kyai Gede Dadap Cangkring ( Distrik Wanaraja ) 5 ). Kyai Nawu D.1. DALEM NAYAWANGSA Dalem Nayawangsa adalah Dalem di daerah Cipacing Wanakerta, yang sekarang termasuk wilayah Kec. Cibatu Kab. Garut. Dalem Nayawangsa diangkat sebagai Bupati Limbangan yang pertama ( 1660 – 1678 M ) oleh Pangeran Rangga Gempol III Bupati Sumedang ( 1656 – 1705 ). Setelah wafat pada pada tahun 1678 M, beliau digantikan oleh Dalem Mertasinga (1678 – 1726 ) putra Dalem Adipati Rangga Megatsari. Kabupaten Limbangan, oleh karena saat itu penduduknya hanya 200 keluarga, maka berdasarkan Keputusan VOC tanggal 15 Nopember 1684 statusnya menjadi Distrik ( Kawadanaan ) Kabupaten Sumedang. Pada tahun 1705 statusnya dikembalikan menjadi Kabupaten di bawah Kesultanan Cirebon. Dalem Nayawangsa menikah dengan Ny Rd. Ayu Kuningan putra Dalem Sanggadipati II ( Ragadiyem ) cucu Prabu Wastu Dewa ( Keprabuan Sudalarang ). Dalem Nayawangsa mempunyai dua orang putra, yaitu ; 1. DALEM KUDAWARSA Dalem Kudawarsa menikah dengan saudara sepupunya Nyi Tanurang Manik menurunkan 2 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem Wangsadita I ( Rangga Limbangan ) Dalem Wangsadita I menggantikan Dalem Mertasinga, sebagai Bupati Limbangan 3 (1726 -1740 M ). Beliaulah yang menurunkan para Bupati Limbangan, Sumedang dan seuweu siwinya. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. 2 ). Rd. Candrakusumah. Rd. Candrakusumah riwayatnya belum dketemukan, tetapi dalam Sajarah Menak - menak Limbangan, beliau menurunkan putra, cucu dan seterusnya sampai Rd.Padmareja ( Camat Leuwidadap Kab. Bandung ). Seuweu siwi Rd.Padmareja tidak diketahui. 2. DALEM WANGSAREJA Dari cucunya Rd. Abubakar putra Rd.Muh.Rajak, menurunkan cicit/buyut, yaitu : 1 ). Kyai Rd. Ali Mujaham 2 ). Kyai Rd.Ali Mujahim 3 ). Kyai Rd. Muh. Arif 4 ). Kyai Rd.Arsi Tidak ada data riwayat dan rundayan seuweu swinya. D.2. DALEM WANGSARAJA Lh. + 1525 M Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem Santowaan, yang menurut Sajarah Limbangan menjadi Dalem Banjaran ( Wanaraja ). Beliau adalah menantu dari Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari ( cicit dari Sunan Cipancar ), karena menikah dengan putranya yang bernama Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi. Ketika Rangga Megatsari wafat ( 1650 M ), yang menggantikannya sebagai Bupati Limbangan adalah putranya Dalem Wangsakusumah I. Karena putra Dalem Wangsakusumah, yaitu Rd. Bedangga Kusumah masih kecil,maka atas perintah Sultan Mataram Dalem Wangsareja menggantikannya sebagai Bupati Limbangan. Dari perkawinannya dengan Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi, Dalem Wangsaraja dikaruniai dua orang putra, yaitu : 1. Nyi Rd. Tanurang Manik Nyi Tanurangmanik menjadi isteri dari Dalem Kudawarsa putra Dalem Nayawangsa, yang selanjutnya melahirkan 2 orang putra sebagaimana telah disebutkan di atas. 2. Rd. Rajasuta. Rd. Rajasuta menjadi menantu Sunan Tangkil yang menjadi Demang Timbanganten. Dari Nyi Rd. Ajeng Karaton putra Sunan Tangkil, Rd. Rajasuta mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem Rajadiwangsa. 2 ). Rd. Taruna ( Cikukuk ). Putra Dalem Rajadiwangsa, yaitu Rd. Arsadinata I ( Patih Limbangan) menikah dengan Nyi Rd. Purba Sepuh ( Leuwibolang ) putra Dalem Wangsadita I ( Bupati Limbangan 3, 1726 - 1740 M ), menurunkan 4 orang putra, yaitu : ( 1 ) . Rd. Rajadinata I ( Wedana Cileuleuy ) ( 2 ). Rd. Natadireja ( 3 ). Rd. Arsadinata II ( 4 ). Nyi Rd. Natijah 1.Rd. Rajadinata I ( Wedana Cileuleuy ) Salah seorang putra Rd. Rajadinata I, yatu : • Nyi Rd. Umu Kulsum Belau adalah istri dari Kyai Rd. Moh. Soleh ( Penghulu Malangbong ) putra Rd.Mas Nur Hasan, cucu Rd. Surayuda ( Wedana Malangbong ). Rundayannya akan dijelaskan pada Bagian 4. 2. Rd.Natadireja. Rd. Natadireja menikah dengan Ny Rd. Natamantri putra Nyi Rd Kambang cucu Dalem Wangsadita II ( Bupati Limbangan 4). Rd. Natadreja dikaruniai 7 orang putra, diantaranya yaitu : 1). Nyi Rd. Siti Maliki Beliau adalah suami Rd. Sinureja putra Rd. Sutabangsa yang nantinya menurunkan tokoh-tokoh terkenal Cibiuk dan Limbangan : ( 1 ). Kyai Rd. Jafar Sidik ( 2 ). Kyai Rd.Fakih Ibrahim Riwayat dan rundayannya akan dijelaskan pada Bagian 6. 2). Rd. Arsadireja ( Rd. Aip ) Rd. Arsadireja menikah dengan putra Rd. Wangsayuda ( cicit Dalem Jiwanagara I ( Cinunuk Wanaraja ) putra Tg. Wijayakusumah ( Dalem Sukadanuh ) dan dikarunia seorang putra, yaitu : • Nyi Rd. Mariyah Nyi Rd. Mariyah selanjutnya menikah dengan Patih Limbangan yang bernama Rd. Rangga Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat ( keturunan Dalem Cikundul Cianjur dan Panjalu ). Menurut silsilah, Rd. Rangga Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat adalah saudara sepupu Dalem Adiwijaya I ( Bupati Limbangan Garut 1813 – 1833 M ) putra Pangeran Kornel (Bupati Sumedang. 1791 – 1828 M ). Ny. Rd. St. Mariyah putra Rd. Arsadireja dari Rd. Rg. Suriadikusumah dikarunia seorang putra, yaitu : Rd. H. Muhammad Musa. Rd. H. Muhammad Musa adalah Penghulu Limbangan atau terkenal dengan sebutan Penghulu Bintang Garut. Riwayat dan rundayannya akan dijelaskan di belakang. 3. Rd. Arsadinata II. Rd. Arsadinata II menurunkan putra Rd. Sutamanggala ( Penghulu Malangbong ). Ny. Rd. Komala putra Rd. Sutamanggala adalah isteri Rd. Surayuda ( Wedana Malangbong 1809 M ) dan mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1 ). Rd.Wirayuda 2 ). Ny.Rd.Nata Karaton Dari suaminya ( ? ) beliau melahirkan putra : • KH Rd. Abdul Kohar Sesepuh PP Cipining Cibunar Malangbong. Riwayat dan rundayan Rd. Surayuda akan dijelaskan di belakang. 4. Ny.Rd.Natijah Adapun Nyi Rd.Natijah menjadi isteri Kyai Rd. Jaiyyah, cucunya Rd.Jafar Sidik dari putranya Nyi Rd. Ayu Fatimah. Menurut riwayat dari sesepuh di Malangbong dan Limbangan, bahwa salah seorang putra Kyai Rd. Jaiyyah adalah : • Embah Kair Atas ijin dari ayahnya, beliau pergi mengembara ke daerah Cimande Bogor dan pernah mengabdikan diri kepada Dalem Wiratanudatar VI ( Bupati Cianjur ). Diriwayatkan bahwa beliau dan istrinya adalah pencipta “ jurus Cimande “, yang terkenal di dunia persilatan tatar Sunda. D.3. KYAI PANDE GEDE PAPANDAK Daerah Papandak letaknya di sebelah Timur Laut dari kota Kecamatan Wanaraja sekarang ( lebih kurang 4 km ). Sekarang termasuk wilayah Desa Sukamenak Kec. Wanaraja Kab. Garut. Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, Kyai Pande Gede Papandak mempunyai seorang putra yang bernama : • Dalem Wangsayuda Dalem Wangsayuda adalah Sekretaris Keraton Mataram ( asal Cilegong Papandak ). Dalem Wangsayuda dikaruniai 5 orang putra, yaitu : 1. Rd. Patrawangsa 2. Rd. Partadiriya 3. Rd. Paranajibja al Ilyas 4. Rd.Natawiria 5. Rd. Wra Sasatero Seuweu siwinya dapat dilihat pada Buku Silsilah Rundayan Sunan Rumenggong dan Sunan Cipancar Bagian 2. D.4. KYAI PANDE GEDE DADAP CANGKRING. Mengenai riwayat dan data Silsilah Rundayannya tidak diketahui. D.5. KYAI NAWU Adapun putra bungsu Dalem Santowaan, yaitu Kyai Rd. Nawawi. Menurut riwayat, karena beliau ahli dalam bidang llmu Nahwu ( cabang ilmu tata bahasa Arab ), maka beliau terkenal dengan sebutan Kyai Rd.Nawu. Kyai Rd. Nawu tinggal dan menetap di daerah Cibeureum Wanaraja, yang sekarang termasuk wilayah Kec. Pangatikan Kab. Garut. Kyai Rd.Nawawi ( Kyai Rd.Nawu ) mempunyai putra yang bernama : • Kyai Lembang ( Syekh Abdul Jabar ) Beliau adalah Kyai di daerah Cikukuk Leles ( sekarang termasuk wilayah Kec. Leuwigoong ). Makam Kyai Lembang ( Syekh Abdul Jabar ) satu kompleks dengan makam cucunya, yaitu Kyai Rd. Jafar Sidik, berada di sebuah bukit Gunung Haruman di Desa Cipareuan Kec. Cibiuk Kab. Garut. Kyai Lembang atau Syekh Abdul Jabar mempunyai beberapa orang putra, diantaranya : I. Kyai Rd. Ketib Beliau adalah seorang Kyai di daerah Ciceuri ( sekarang temasuk Kec. Kersamanah Kab. Garut ). Makam Kyai Rd. Ketib putra Kyai Lembang berada di sebelah Barat pemakaman Astana Gede di Kampung Pasir Astana Desa Pasirwaru Kec. Limbangan. Karena Kyai Rd. Ketib memegang jabatan Khotib pertama di Limbangan, maka selanjutnya beliau pindah dari daerah Ciceuri Malangbong (sekarang termasuk wilayah Kec.Kersamanah Kab. Garut ) ke Limbangan dan seterusnya tinggal dan menetap di Limbangan. Kyai Rd.Ketib dkaruniai 7 orang putra,diantaranya : 1. Nyimas Ayu Subah Nyimas Ayu Syu’bah menikah dengan Kyai Rd.Mas’ud putra Rd. Arsawiguna ( Patih Limbangan ) dan melahirkan 5 orang putra, diantaranya yaitu : 1 ). Kyai Rd. Jafar Sidik 2 ).Kyai Rd. Fakih Ibrahim. Kedua putra Kyai Rd. Mas’ud dengan Nyimas Ayu Syu’bah ini akan djelaskan pada Bagian 4. 2. Kyai Musta’mil Berputra satu, yaitu : • Nyi Rd. Ajeng Kawibun Menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Jafar Shidik putra Kyai Rd.Mas’ud. 3. Kyai Mas Panengah Berputra beberapa orang,diantaranya : • Ny. Rd.Pangulu Cicadas Menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd.Fakih Ibrahim putra Kyai Rd.Mas’ud. II. Kyai Rd. Sulaeman ( Banyumas ) Dua diantara beberapa putranya, yaitu : - Kyai Mas Winata - Kya Abdullah F. PRABU WASTU DEWA Prabu Layakusumah dari perkawinannya dengan Nyi Putri Buniwangi mempunyai putra kembar, yang sulung namanya Prabu Wastu Dewa ( sebagai Prabu di Keprabuan Dayeuh Luhur wilayah Cibiuk sekarang ) dan Prabu Hande Limansenjaya Kusumah ( sebagai Prabu di Keprabuan Galeuh Pakuan wilayah Limbangan Sekarang ). Selanjutnya Prabu Wastu Dewa menjadi Prabu di Keprabuan Sudalarang ( daerahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan Sukawening dan Karangtengah ). Prabu Wastu Dewa mempunyai putra Rd. Singadipati I di Cinta, dan mempunyai 6 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem Mangkubumi ( Wanakerta) 2 ). Dalem Wangsapati (Cinta ) 3 ). Dalem Kertawangsa 4 ). Dalem Jaksa ( Ragadiyem ) Cucunya adalah Ny. Rd.Minur yang menikah dengan Dalem Mertasinga putra Adipati Ranggamegatsari ( Bupati Limbangan 2 1678 – 1726 M ). 5 ). Dalem Lurah ( Ragadiyem ) 6 ). Dalem Singadipati II ( Cinta ) Sepeninggal ayahnya, Keprabuan Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem Singadipati II ( masuk Islam tahun 1525 M ). Putranya adalah Ny.Rd.Ayu Kuningan yang menikah dengan Dalem Nayawangsa putra Dalem Santowaan ( Bupati Limbangan 1 1650 – 1678 M ). Setelah Dalem Singadipati II ( Prabu Sangga Adipati II ) putra Rd. Singadipati I, Keprabuan Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem Cakrajaya. Sampai sekarang penyusun belum menemukan Buku Standar Silsilah Rundayan dari Prabu Wastu Dewa ( Sudalarang ). Menurut Rd. Sobarnas, salah seorang cucu Dalem Singadipati II yang bernama Nyimas Ayu menikah dengan Pangeran Sacakusumah putra Mas Jolang atau Pangeran Seda ing Krapyak ( Sultan Mataram 1601 – 1613 M ). (Rd. Sobarnas : 26 ). Ada kemungkinan Rd. Wirantadijaya ( Lurah Desa Cinta Kec. Nangkapait Kab. Garut ), ayah Rd. Muh. Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa Barat tahun 1952 – 1857 adalah keturunan dari Ragadiyem. H. PRABU HANDE LIMANSENJAYA Sajarah Limbangan meriwayatkan, bahwa beliau adalah saudara kembar dari Prabu Wastu Dewa. Beliau adalah sebagai penguasa di Keprabuan Galeuh Pakuan. Keraton Galeuh Pakuan berada di daerah Pasirhuut berdekatan dengan Sungai Cipancar yang bemuara ke Sungai Cimanuk. Sesepuh Pondok Pesantren Wates Bapak KH Rd. Aten Muhyiddin telah menceritakan kepada penyusun, bahwa ayah beliau ( KH Rd. U. Muhyiddn ) dan leluhurnya pernah mengunjungi daerah bekas Kerajaan Galeuh Pakuan tersebut. Kang Aan Merdeka Permana dalam Majalah Ujung Galuh menjelaskan, bahwa Pasirhuut adalah “ lembur nu pinuh ku lalangse “ ( Kampung yang penuh dengan kabut misteri ), sebab ada dugaan bahwa di bawah tanah daerah Pasirhuut tersimpan kekayaan peninggalan keraton Galeuh Pakuan. Menurut berita catatan tradisional, bahwa Mahkota Binokasih Sanghiyang Pake ( Mahkota Raja yang dibuat Bunisora dan dipakai oleh Raja-raja Galuh / Sunda dan Pajajaran, mulai dari Prabu Wastukancana ( 1371-1475) sampai Prabu Ragamulya / Suryakancana/ Prabu Siliwangi terakhir (1567- 1579 M ), yang seharusnya dibawa ke Prabu Geusan Ulun di Sumedang larang atas perintah Prabu Siliwang, oleh Jayaperkosa disembunyikan di salah satu gua tidak jauh dari keraton Galeuh Pakuan di daerah Pasirhuut Limbangan. Tetapi versi lain menyebutkan, bahwa berdasarkan ucapan Prabu Wijayakusumah ( Sunan Cipancar Limbangan ), mahkuta Binokasih disembunyikannya agak jauh dari Pasirhuut, yaitu di sebelah Barat makam Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar di Limbangan ( Pasir Astana Desa Pasirwaru Limbangan – Peny. ) ( Ujung Galuh 7 : 9 ). Wallohu’alam. Menurut Kang Deddy Effendie ( Wakil Ketua Masyarakat Pariwisata Kab. Garut ) yang diceritakan kepada penulis beberapa waktu yang lalu, bahwa di daerah Pasirhuut bekas Keraton Galeuh Pakuan - Limbangan banyak kekayaan Galih Pakuan yang masih ada sampai dengan sekarang, dan disimpan oleh masyarakat yang mencintai sejarah kuno. Prabu Hande Limansenjaya, kemungkinan karena sudah sepuh atau tidak mau berselisih dengan putranya sendiri ( yang sudah memeluk agama Islam ), akhirnya beliau meninggalkan keraton Galeuh Pakuan di Pasirhuut dan kemudian menuju ke daerah Wanaraja. Beliau beserta pengikutnya membuka hutan di daerah Wanaraja dan dijadikannya pemukiman, yang disebut Panyeredan ( berdekatan dengan kampung Tajur Kidul dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sucinaraja Kab. Garut – Pen. ). Benda Cagar Budaya sebagai peninggalan Prabu Hande Limansenjaya, diantaranya batu bekas bertapa dan tanda kebesarannya seperti lingga dan alas duduk, masih ada di Pasir Sanghiyang di kaki bukit gunung Galunggung antara Kampung Tajur dan Cigadog (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Sucinaraja Kab. Garut ). Beberapa waktu yang lalu, penulis sempat datang ke Kampung Galeuh Pakuan Limbangan ( tepi Sungai Cipancar ). Penulis diantar oleh Bapak Nukri untuk melihat Batu Pangcalikan di tepi Sungai Cipancar. Menurut Bapak Nukri, bahwa Batu Pangcalikan tersebut adalah tempat beristirahat Prabu Limansejaya setelah bersuci di Sungai Cipancar. Jarak Batu Pangcalikan tersebut dari Sungai Cipancar kurang lebih 5 m dan batu pangcalikan ( yang tersusun seperti sebuah kursi ) bersandar kepada dinding pematang sawah di atasnya. Bapak Nukri menceritakan kepada penulis, bahwa beberapa puluh tahun yang lalu ( pada jaman pemerintahan Presiden Suharto ) ada sebuah batu yang berbentuk gentong dibawa ke Jakarta dan sekarang batu tersebut digunakan prasasti Gedung PGRI Pusat Jakarta. Sepeninggal Prabu Hande Limansenjaya, Keprabuan Galeuh Pakuan diwariskan kepada putranya, yaitu Adipati Limansenjaya atau Prabu Wikayakusumah yang setelah wafat terkenal dengan sebutan Sunan Cipancar. Seuweu swinya akan dijelaskan pada Bagian 2. I. DALEM EMAS Dalem Emas atau Sunan Bunikasih rundayan silsilahnya akan sampai kepada Kyai Rd. Moh. Ashim ( Parakanmuncang ). ( Lihat Bagian 2 Buku Silsilah Rundayan Sunan Rumenggong ). Menurut sesepuh Kp. Serang Cibiuk, Kyai Rd. Moh. Ashim setelah berguru kepada Kyai Syek Jafar Sidik ( pada abad 18 M ) tidak pulang ke Parakanmuncang, tetapi terus menetap di Cibiuk dan menikah dengan Nyi Rd. Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria. Menurut riwayat, bahwa Kyai Rd.Zakaria adalah putra Embah Dangdeur Cikawao ( Embah Nurmadin putra Maulana Abdullah keturunan Maulana Hasanudin Banten ). Kyai Rd. Zakaria menikah pula dengan Nyi Rd. Nalebah cucu Dalem Tegaljati Pasir Uncal, yaitu Dalem Wiraha putra Dalem Wirayuda (Dalem Cipicung ) ( cucu Tmg. Wangsanagara / Sunan Kareseda ). Dari Nyi Rd. Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria, Kyai Rd. Moh. Ashim menurunkan beberapa orang putra, diantaranya : I. NY. RD. ST. KURSIYAH ( Eyang Kunci ) Beliau dahulu tinggal di Cibuntu Cibiuk. Putra-putranya, yaitu : 1. Rd.Muh.Saleh Ayah Rd.Idik ( Pasir Kulit Cibiuk ) 2. Ny. Rd. St. Qoribah Ny. Rd. St. Qoribah menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Nur Muhammad putra Ny. Rd.Idah/ Rd. Sinureja. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. II. EYANG DEMAS Beliau tinggal di Cibiuk. Putra-putranya diantaranya : 1. Rd. H. Abdul Manan Ayah dari Rd. H.Ino, Rd.H. Amin dll 2. Kyai Ahmad Majalli ( Majalaya ) III. NY. RD.IDAH Ny. Rd. Idah adalah menantu Rd. Sinureja ( keturunan Dalem Wirabangsa Cikelepu Limbangan ). Dari Rd.Wargadireja putra Rd. Sinureja, Ny. Rd. Idah melahirkan 2 orang putra, yaitu : 1. Kyai Rd. Nur Muhammad 2. Rd. Ali Hanafiah. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. IV. RD. MOH. YUSUF Rd. Moh. Yusuf putra Kyai Rd. Moh. Ashim mempunyai tiga putra, yaitu : a. Kyai Rd. Muh. Bunyamin. Rd. Muh. Bunyamin menikah dengan putra sulung Kyai Rd. Nur Muhammad, yaitu Nyi Rd.Murtijiyah dan melahirkan seorang putra, yaitu : • Kyai Rd. Romli ( Mama Ciloa Limbangan ). Rd. Moh. Romli dari Ny. Rd. St. Fatimah, dikarunai 8 orang putra, diantaranya : 1. Rd. Ahmad Kosasih Putranya adalah : 1). Rd. Cecep Yusuf 2). Rd. Aceng Romli 2. Rd. Zenal Muttaqin Mempunyai 7 orang putra, diantaranya : (1). Rd. Ahmad Nahrowi (2). Rd. Hasanudin (3). Rd. Husenudin 3. Rd. Abed Zenal Abidin Mempunyai 7 orang putra, diantaranya : 1). Rd. Muhyiddin Menurut KH Rd. Ibrahim Iskandar ( PP Burujul Limbangan ), Rd.Muhyiddin adalah penyusun buku “ Wawacan Nur Muhammad Cikekepu “ dan sekarang aktif di DKM Mesjid Agung Bandung. 2). Rd. Ombi Romli 4. Ny. Rd. Baitul Fatmawati Beliau dikaruniai 2 orang putra, yaitu : 1). Aceng Holil Aonillah Beliau adalah sesepuh PP Ciloa Limbangan. Salah seorang menantunya ( KH Rd. Agus Soleh ) sekarang memimpin PP Ciloa Limbangan. 2). Ny. Rd. Ai Toto St.Rohmah Isteri KH Rd. E. Muhyiddin putra KH Rd. Tajudin ( PP Pulosari LImbangan ). 5. Rd.Ashim Rd. Muh. Ashim terkenal pula dengan sebutan Kyai Ende. Beliau adalah menantu KH Rd.Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ), dan dikarunai 3 orang putra, yaitu : 1). KH Rd. Ibrahim Iskandar ( Cep Ii ) Sekarang ( 2009 ) beliau sebagai sesepuh PP Burujul Limbangan. Salah seorang putranya ( Ny. Rd.Eva Syarifah ) menjadi isteri dari Ceng Mustopa putra KH Amin Suhrowardi ( PP Assyatibiyah Tanjungpura hilir Kr.Pawitan – Bani Nuryayi ). 2). KH Rd. Toto ( CepToto ) Sesepuh PP Sukamantri Sukabumi. 3). KH Rd.Didi ( Soreang Bandung ) b. Kyai Rd. Munaji ( ayah Rd.H. Ali Limbangan ) c. Nyimas Halimah Nyimas Halimah adalah isteri KH Rd. Abdul Fatah putra KH Rd. Aonillah ( Mama Serang Cibiuk ). Seuweu siwinya akan djelaskan di bawah. V. KYAI RD.MOH. AONILLAH ( Mama Serang Cibiuk ). Kyai Rd. Aonllah menikah dengan Ny. Rd. Syarifah Aisyah putra Syekh Maulana Sayyid Daud ( Empang Bogor ) dan ( ? ). Dari keduanya, Kyai Rd. Aonillah dikaruniai 4 orang putra, yaitu : V1. KH. RD.ABDUL FATAH ( wafat 1878 M ) KH Rd. Abdul Fatah ( Pesantren Cibalandong ) dari Nyi Rd.St.Halimah putra KH Rd. Moh. Yusuf mempunyai, 6 putra, yaitu : 1. Ny. Rd.Mas Enok ( wafat di Mekah ) 2. Ny. Rd. Ubik 3. Nyi Rd. Enot 4. KH Rd. Achmad Mahalli 5. KH Rd. Jalaludin Sayuti 6. KH Rd. Gojali 1. Ny. Rd. Mas Enok. 2. Ny. Rd. Ubik 3. Nyi Rd. Enot Nyi Rd. Enot mempunyai seorang putra, yaitu KH.Rd. Jakaria. KH Rd.Jakaria menjadi sesepuh pesantren Situ Batu ( Cipareuan Cibiuk ). Akhirnya KH Rd.Jakaria menjadi menantu KH Abdullah ( yang membedah Desa Cipareuan, yang sakarang termasuk Kec. Cibiuk ). Dari Ny.Siti Julaeha putra KH Abdullah, KH Rd.Jakaria dikaruniai 8 orang putra,dintaranya : 1 ). Rd. Masduki 2 ). Rd.Asep Jaenal Mutakin 3 ). Rd. Aceng Badrudin 4 ). Rd. Aceng Mamad ( sesepuh pesantren Situbatu Cipareuan Cibiuk ) 4. KH. Rd. Achmad Mahalli Berdasarkan riwayat yang diuraikan KH Rd. Muh. Mahali putra KH. Achmad Mahali, dalam “Sajarah/Riwayat ringkesna pasantren Sumur “ susunan beliau tanggal 1 Muharam 1381 H ( 14 Juni 1961 M ), bahwa KH Rd. Acmad Mahali putra KH Rd. Abdul Fatah dilahirkan pada tahun 1866 M, di Pesantren Cibalandong Desa Cibiuk Kec. Balubur Limbangan Kab. Bandung ( sekarang termasuk Kab.Garut ). KH Rd. Achmad Mahali, pada tahun 1875 M pertama kali belajar agama di pesantren Serang Cibiuk, pimpinan kakek beliau sendiri ( KH Rd. Aonillah ). Dan kemudian dillanjutkan ke beberapa pesantren lainnya sampai dengan tahun 1902 M ( usia 36 tahun – pen.). Pada tahun 1903 M, KH Rd. Achmad Mahali menikah dengan Ny. Rd.Onoh Rohanah ( ibunya, Ny.Rd. Dewi Nursih putra Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Eyang Cimalaka, ayahnya adalah KH Moh. Aslah cicit Embah Nuryayi Suci Garut ). KH Rd. Achmad Mahali bersama istri, tinggal bersama mertuanya di PP Sindangkasih Cisaradan Karangpawitan Garut ) selama hampir 7 tahun ( 1903 – 1911 M ). KH Rd. Achmad Mahalli pada tahun 1911 M mendirikan Pondok Pesantren Sumursari ( Sukasono Sukawening ) di atas tanah wakaf dari Rd.H. Yusuf putra Kyai Rd. Ali Hasan Munaram ( keturunan Cinunuk/Limbangan/ Bani Nuryayi ). Dari Ny. Rd.Hj. Ono Rohanah, KH. Rd. Ahmad Mahali dikaruniai 8 orang putra diantaranya : 1 ). KH Rd. Muh. Mahali KHRd.Muh.Mahali dilahirkan di Sumursari pada tanggal 17 Agustus 1911 M. Dan setelah KH Rd.Achmad Mahalli wafat ( 20 Muharam 1367H/ 1947 ), sebagai sesepuh Pondok Pesantren Sumursari dilanjutkan oleh putranya ( KH Rd. Muhammad Mahalli ). KH Rd. Muh.Mahali menikah dengan Ny. Rd. St.Jubaedah putra KH Rd. Sarbini dikarunia seorang putra, yaitu KH Rd.Dadang. Abd. Rajak Setelah KH Rd. Muh.Mahali wafat, KH Rd.Dadang Abd. Rajak yang meneruskannya sebagar sesepuh PP Sumursari. Dan sekarang pesantren ini dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Annajat dibawah pimpinan Rd. Ali Saad Aliyudin putra sulung KH Rd. Dadang Abd.Rajak. Lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan Yayasan adalah Pondok Pesantren, MD, RA, MI,MTs dan MA. 2 ). KH Rd. Didi Mahmudi KH Rd. Didi Mahmudi, karena menikah dengan Nyimas St. Fatimah putra dari KH Umar Basri ( cicit KH Muh. Arif putra kedua Sembah Nuryayi Suci – Pen. ), beliau bertempat tinggal dan menetap di Fauzan tonggoh, dan menjadi sesepuh Pondok Pesantren Fauzan Tonggoh Kec. Sukaresmi. Setelah KH Rd. Didi Mahmudi wafat, seterusnya PP Fauzan Tonggoh diasuh oleh Nyimas St. Fatimah dan putra-putranya. Pada bulan Oktober 2008, penyusun datang ke Fauzan Tonggoh dan bersilaturami kepada Nyimas St. Fatimah. Dari KH Rd. Didi Mahmudi, Nyimas St. Fatimah melahirkan 8 orang putra., diantaranya : ( 1 ). Rd. Ahmad ( 2 ). Rd.Mu’man ( 3 ). Rd. H.Jajam Jamhari Setelah Ny. Rd. Onoh Rohanah wafat, KH Acmad Mahali menikah lagi dengan saudara sepupunya Ny. Hj. Rd. St. Rokayah putra KH Rd. Abdurahman, dan dikarunia putra, diantaranya : 1 ). Rd. Moh.Zakaria 2 ). Rd. Moh. Sobari 3 ). Rd. Moh. Yahya 5. KH. Rd. Jalaludin Sayuti KH Rd. Jalaludin Sayuti menikah dengan Ny. Rd.oneng putra Rd. .Moh. Anwar,dan dikaruna 9 orang putra, diantaranya : 1 ). Kyai Rd. Masduki 2 ). Nyi Rd. Encum 3 ). Rd. Moh. Toha 4 ). Nyi Rd. Rohmah 5). Nyi Rd. Aminah 6). KH Rd. Junaedi ( Cibuyut Lewo ) 7 ). Nyi Rd. Siti Aisah 8). Rd. Abdullah 9). Ny. Rd. Enok Nyi Rd. Siti Aisah bersuamikan KH. Rd. Uyeh Abdullah asal Cianjur dan dikaruniai 4 orang putra, yaitu diantaranya KH Rd. Teten Syarif Mahmud Sesepuh Pondok Pesantren Al Ulfah Lewo Malangbong. 6. KH Rd. Gojali KH Rd. Gojali menikah dengan Ny. Rd. Nafisah dan dikaruniai 5 orang putra, dantaranya : • Rd. Muh. Husen V2. KH RD.ABDURAHMAN ( Pak Onggoh/ Mama Kulon ) KH Rd. Abdurahman, menjadi sesepuh di Pesantren Cikelepu Kulon, oleh karenanya terkenal dengan sebutan Mama Kulon. KH Rd. Abdurahman beristrikan Nyi Rd. Siti Mir’at ( terkenal dengan sebutan Nyai Menak/Nyai Kulon) putra bungsu Kyai Rd. Nur Muhammad ( Cikelepu Limbangan ). Dari 13 orang putra KH Rd. Abdurahman, yaitu : 1. KH Rd. Moh.Sobar ( Pasantren Cibiuk Tengah ) 2. Rd.H .Muh. Bakri ( wafat di Mekah ) 3. Ny.Rd. St.Rafi’ah Isteri KH Rd. Sarbini putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani (Mama Wetan ). 4. KH Rd. Ahmad Masduki Suami Ny. Rd. Euis Umu Kulsum putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani (Mama Wetan ). Dari Ny. Rd.Euis Umu Kulsum, KH Rd.Ahmad Masduki dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : 1 ). Rd. Umar Hasanudin 2 ). Ny.Hj. Rd.St. Syarifah Syu’batul Alam 3 ). Rd. Abdurrahman Masduki dll 5. KH Rd. Muh. Mubarak Suami Ny. Rd. St. Hulaedah putra KH. Rd. Mahfudz ( Mama Wates ). Dari Ny. Rd. St.Hulaedah putra KH Rd. Mahfudz, KH Rd. Mu. Mubarak, dikaruniai 10 orang putra, diantaranya , yaitu : 1 ). H. Rd. Tete Ruhiyat 2 ). KH Rd. Atung Aonillah 3 ). Rd. Endin Abdul Kodir dll. 6. KH Rd. Ahmad Qusyaeri Menikah dengan Ny.Rd. St.Aidah putra KH.Muh.Amin ( Mama Panguyangan Cihanyir ). Putra-putranya antara lain : 1 ). Rd.Cecep 2 ). Rd.Nandang 7. KH Rd. Muh. Thoha (Selaawi ). 8. Ny. Rd. Siti Rahmah Menikah dengan saudara sepupunya KH Rd. A.Rosyad Ghazali putra Rd. Moh. Syarif ( Lihat di bawah ). V3. KH RD.MOH.ABDUL ROJAK Mempunyai 3 orang putra, yatu : 1. Rd.Mansur 2. Rd.Cecep (Cijeler ) 3. Rd.Kodir. V4. KH RD. MOH SYARIF KH Rd. Moh. Syarif adalah saudara seayah lain ibu dengan KH Rd. Moh. Abdul Rojak. Beliau menjadi sesepuh PP Serang Cibiuk dan menurunkan 6 orang putra, dua diantaranya adalah 1. KH. Rd. A. Rosyad Ghazali ( Mas Amuni ) KH Rd. A. Rosyad Ghazali yang menikah dengan saudara sepupunya (Nyi Rd. St. Rahmah putra KH Rd. Abdurahman ) berputra 4 orang, dua diantaranya yatu : 1 ). KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali Sosok KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali tidak asing bagi masyarakat Bandung khususnya, umumnya masyarakat umat Islam di tatar Pasundan. Beliau adalah salah seorang mubaligh terkenal dari kota Bandung teureuh Cibiuk/ Limbangan. Beliau pada tahun 2001 wafat di kota Bandung. Maret 2008 yang lalu sebuah buku unik berjudul The People’s Religion of A.F. Ghazali ( Agama Rakyat : Ceramah-ceramah A.F.Ghazali ) diluncurkan. Buku tersebut merupakan hasil transkripsi dari ceramah-ceramah beliau yang selama ini terdokumentasikan dalam bentuk rekaman kaset. 2 ). KH Rd. Bobon Anwar Ghazali dll 2. KH Rd. Abdul Gani ( Mas Gani ). KH Rd. Abdul Ghani ( Mas Gani ) menikah dengan Nyi Rd. Siti Janah putra Rd. Abdul Hanan ( Kaum Wanaraja ). Mertua isteri KH Rd. Abdul Gani (Ny. Rd.Diyut Marliyah ) adalah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari ( Eyang Cimalaka). ( Lihat Bagian 5 ) Dari Nyi Rd.Siti Janah, KRd. Abdul Gani mempunyai 7 orang putra, diantaranya adalah : 1 ). Rd. H. Basah 2 ). Rd. Ahmad dll Rd. H. Basah dan saudaranya meneruskan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Serang Cibiuk. Penyusun mengenal Rd. Ahmad putra KH Rd.Abdul Gani, ketika penyusun masih sekolah di SMAN Garut ( antara 1964 – 1967 ). Rd. Ahmad dahulu juga sering bersilaturahmi kepada ayah penulis ( KH Rd. Ma’mun Abdul Gani ), karena kebetulan kakak beliau ( Ny Rd. Nunung yang saat itu sebagai guru SMP Negeri di Garut ) adalah tetangga dekat kami di belakang Kaum Wanaraja. Ketika dalam perjalanan “ nyukcruk lembur mapay padesan “, beberapa bulan yang lalu, penyusun sempat bersilaturahmi dengan Rd. H. Basah dan Rd. Ahmad beliau di Serang Cibiuk. Dari beliau penyusun mendapat selintas riwayat atau sejarah dari Kyai Rd. Jafar Sidik ( Eyang Embah Wali Cibiuk ), Kyai Rd. Ashim, Kyai Rd. Aonillah dan sesepuh tempo dulu Limbangan termasuk Kyai Rd.Moh. Jamhari ( Eyang Cimalaka Wanaraja ) cucu Kyai Rd. Salinggih. Seuweu siwi Kyai Rd. Aonillah ( Mama Serang ) dapat dilihat dalam Buku Rundayan Silsilah Bagian 8. J. PRABU BRAJADILEWA Berdasarkan naskah dari Malangbong, bahwa Prabu Brajadilewa adalah saudaranya Prabu Hande Limansenjaya ( Galeuh Pakuan Limbangan ). Prabu Brajadilewa atau Sunan Brajasakti makamnya ada di daerah Cimuncang Kec. Malangbong. Pabu Brajadilewa atau Sunan Brajasakti mempunyai putra Syekh Wali Janullah atau Sunan Sakti Barang ( makamnya di Lebakwangi Cimuncang Malangbong ). Beliau dikaruniai 2 orang putra,yaitu : a. Ny.Rd. Aminah ( Lebakwangi Cimuncang ). Dari suaminya ( ? ), Nyi Rd. Aminah menurunkan seorang putra, yang benama : Kyai Rd. Muqri. Keturunan Kyai Rd.Muqri adalah Ny. Rd. St. Aisyah yang nantinya menjadi menantu Syekh Komarudin ( cucu Rd. Mas Anggataruna ) asal Mataram ). Ny. Rd. St. Aisyah dengan Kyai Rd. Muh. Syarif putra Syekh Komarudin melahirkan 3 orang putra, yatu : 1. Kyai Rd. Muh. Sarbini Mempunyai 2 putra, yatu : 1 ). Kyai Rd. Moh. Ismail 2 ). Kyai Rd.Moh.Imam 2. Kyai Rd. Muh.Nawari Beliau adalah istri Ny. Rd. Murgani putra Rd. Muh. Soleh (Panghulu Malangbong . Salah seorang putranya, yaitu KRd. Moh.Husen ( Cibodas ) yang menurunkan salah seorang putranya, yaitu : • KH Rd. Kadar Solihat Beliau adalah sesepuh di daerah di Cimuncang Kutanagara Malangbong dan beliau adalah mantan anggota DPRD Kab. Garut 3. Kyai Rd. Muh. Syafe’i Beliau adalah istri Ny. Rd. Muqoronah putra Rd. Muh. Soleh (Panghulu Malangbong ). Salah satu keturunannya adalah : • KH Rd. Muchlas Beliau adalah sesepuh di Cirangkong ( Citeras Malangbong ). Sekarang beliau sebagai Kepala MTs. Al Hidayah Kp. Citeras Kec. Malangbong dan Ketua Majelis Ulama Kec.Malangbong. Beliau adalah sahabat penulis, sejak tahun 1966. Lihat uraianya di belakang ( Rd.Surayuda ). b. Ny. Rd.Ayu Mangkubumi Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, bahwa Ny. Rd.Ayu Mangkubumi putra Sunan Sakti Barang adalah istri Dalem Wirabangsa putra Dalem Tumenggung Jiwamerta ( Sunan Demang – Limbangan ). Seuweu siwinya akan dijelaskan di bawah. BAGIAN 3 ADIPATI LIMANSENJAYA / PRABU WIJAYAKUSUMAH ( SUNAN CIPANCAR ) Adipati Limansenjaya adalah bangsawan Sunda yang pertama kali masuk Islam di daerah Keprabuan Galeuh Pakuan ( Limbangan Garut ), pada tahun + 1525 M , yang menurut Sajarah Limbangan diislamkan oleh Prabu Kiansantang ( Raja Sangara ) putra ketiga Prabu Jaya Dewata/ Sri Baduga Maharaja ( Prabu Siliwangi ). Raja Sangara maupun Pangeran Cakrabuana dan Nyimas Hj.Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ) sebenarnya masih pernah kakek beliau/nenek Adipati Limansenjaya pula, karena ketiganya masih saudara seayah dari Prabu Layakusumah. Setelah Adipati Limansenjaya menjadi penguasa di Keprabuan Galeuh Pakuan ( Limbangan ) menggantikan Prabu Hande Limansenjaya, beliau bergelar Prabu Wijayakusumah. Menurut fatsal 8 no. I bundel 13 Preanger Regentschappen beliau disebut Adipati Jaya Limansenjayakusumah Bupati Limbangan 1515 M. Di wilayah Galeuh Pakuan, Prabu Wijayakusumah turut menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di bawah pimpinan Raja Sangara atau Prabu Kiansantang ( menurut Sejarah Godog disebut Sunan Rohmat ). Di lingkungan Kraton Galeuh Pakuan ( Pasirhuut – pen.) banyak pula penduduk dan bangsawan yang memeluk agama Islam, kecuali ayah beliau yang sudah lanjut usianya. Menurut sesepuh di Limbangan, Sunan Cipancar tergolong salah seorang bangsawan Sunda yang memeluk agama Islam pada awal abad 16. Beliau adalah salah seorang penyebar dan pengembang agama Islam di wilayah Galeuh Pakuan ( saat itu wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibiuk, Limbangan, Selaawi, Malangbong, Kersamanah, Cibatu, Wanaraja, Leuwigoong, Banyuresmi dan Karangpawitan – pen. ). Beliau adalah pemimpin Islam yang diundang pada pertemuan sangat penting dan rahasia yang diadakan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Cirebon. Ketika pertemuannya dengan Syarif Hidayatullah, terlihat bahwa Rd. Wijayakusumah atau Adipati Limansenjaya memakai sebuah keris yang bertuliskan “Laa iqraha Fiddien ". Beliau memberitahukan bahwa keris itu adalah tanda penghormatan atau hadiah dari Raja Sangara atas jasanya dalam mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di wilayah daerah Galeuh Pakuan ( Limbangan). Syarif Hidayatullah mengetahui bahwa keris itu ada hubungannya dengan Raja Sangara pamannya sendiri ( di lingkungan masyarakat Garut terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat ). Sejak peristiwa itulah Kabhupaten Galeuh Pakuan dirubah namanya menjadi Kabhupaten Limbangan atas perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dan yang menjadi Bhupatinya sebagaimana tercatat pada fatsal 8 no. 1, bundel 13 Preanger Regentschappen adalah Adipati Jaya alias Limansenjayakusumah/Sunan Cipancar, bupati Limbangan ( Galih Pakuan) ….."( Rd. Khonda : 3 ). Cerita keris " Laa iqraha fiddien " kisahnya telah diuraikan di dalam buku Sajarah Limbangan susunan Rd. Soemarna Wirasoedarma, Buku Kabupatian i Bhumi Limbangan susunan Drs. Bayuningrat, Buku Wawacan Silsilah Rd. Nur Muhammad Cikelepu dan cerita rakyat Cinunuk Wanaraja Garut “ Punika Sajarah Duhung “ ( Menurut warga Kaum Pusaka Cinunuk Wanaraja, keris tersebut terkenal dengan sebutan “ Duhung Lam Lam Ha “ yang kisahnya akan penyusun ceritakan pada Bagian lain di bawah nanti ). Setelah wafat beliau dimakamkan di Pasir Huut, yang selanjutnya oleh Dalem Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari dipindahkan ke Kampung Pasir Astana Desa Pasir Waru Kec. Limbangan. Meskipun makamnya tidak di Pasihuut, banyak sesepuh-sesepuh Limbangan dahulu yang datang ke daerah tersebut ( Ziarah ), untuk mengenang jejak-jejak leluhurnya, diantaranya Kyai Rd. Mahfudz ( Mama Wates Sepuh ) beserta putranya KH Rd. Uding Muhyiddin, sebagaimana yang diceritakan sesepuh Pondok Pesantren Al Muhyiddin Wates ( KH Rd. Aten Muhyiddin putra KH Rd. Uding Muhyiddin ). Hampir semua para seuweu siwi Limbangan yang telah tersebar ke berbagai daerah di Jawa Barat ( termasuk Banten ), mengetahui bahwa Sunan Cipancar, yang saat itu sebagai penguasa Galeuh Pakuan adalah salah seorang bangsawan Sunda yang pertama kali memeluk Agama Islam di wilayah Galeuh Pakuan ( Limbangan ). “ Babango “ sebagai alat yang digunakan untuk mengkhitan beliau oleh Prabu Kiansantang terakhir berada di Cinunuk Wanaraja Garut , tetapi menurut sesepuh Mesjid Kaum Pusaka benda cagar budaya itu sekarang telah hilang. Setelah Adipati Limansenjaya ( Sunan Cipancar) wafat, kedudukannya selaku Bupati Limbangan diteruskan oleh keturunannya, sedangkan untuk mengurus masyarakat atau rakyat Limbangan dalam hal penyebaran dan pengembangan agama Islam, diteruskan oleh para Kyai/ulama yang juga masih seuweu siwi beliau, diantaranya adalah Kyai Rd. Jafar Sidik ( Kyai Syekh Wali Jafar Sidik ) atau disebut juga Sunan Gunung Haruman( 1650 – 1800 M ). Untuk mendidik seuweu siwi pada khususnya, umumnya masyarakat, para Kyai/Ulama seuweu siwi Sunan Cipancar dan Sunan Rumenggong mendirikan/menjadi sesepuh beberapa Pondok Pesantren terkenal di daerah sekitar wilayah Kabupaten Garut ( Cikelepu, Wates, Cicadas, Cigawir, Bale Kambang, Pulosari, Serang, Lio, Ciloa, Cibalampu, Cijambe, Cibiuk, Cisalam, Sumursari, Sadang, Kiarapayung, Cibolerang, Cisaradan, Tarogong, Mulabaruk, Bojong Kersamanah, Annur Malangbong, Lewo, Cibunar Cibatu dan lain-lainnya.). Diluar Kabupaten Garut antara lain, PP Al Jawami Cileunyi, Santiong Cicalengka, Cibogo Ciranjang Cianjur, Sukabumi dan lain -lainnya. Adipati Limansenjaya Kusumah atau Sunan Cipancar berputra 7 orang, yaitu : 1. Dalem Tmg. Wangsanagara (Sunan Kareseda ) 2. Rd. Aria Sumanagara 3. Ny.Rd. Ruhiyat 4. Rd.Jayadibrata 5. Ny Rd. Raja Panata 6. Nyi Rd. Jayaningrat 7. Nyi Rd.Rajamirah I. DALEM TUMENGGUNG WANGSANAGARA ) Lh. + 1525. Setelah ayahnya wafat, beliau menggantikannya menjadi Bupati Limbangan ( 1550 – 1580 M ). Beliau terkenal pula dengan sebutan Sunan Kareseda, Sunan Cipacing atau Prabu Cakrawati. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pada tahun 1580 M timbul pemberontakan yang dilakukan Nagaparana putra Dalem Singaharja ( cicit atau buyut Sunan Rumenggong ) terhadap Dalem Tmg. Wangasanagara dan menewaskan beliau suatu tempat yang sekarang disebut Ragahyang d Gunung Sadakeling. Pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Dalem Santowaan (Dalem Cibolerang Wanaraja ). Dalem Tumenggung Wangsanagara berputra 7 orang putra, yaitu : 1. Dalem Tumenggung Jiwamerta atau Sunan Demang 2. Rd. Kalipudin 3. Rd. Demang Aria Jiwabrata 4. Nyi Rd. Batari Ratnakusumah 5. Rd. Jiwakusumah 6. Dalem Aria Wirayuda 7. Rd.Wijaya ( Sunan Bungsu ) Menurut catatan K.H.Rd. Ma'mun Abdul Ghani ( ayah penyusun ), bahwa ada salah seorang keturunan Dalem Tumenggung Wangsanagara ( Dalem Cipacing ), yang bernama Rd. Jaya Mukaer. Rd. Jaya Mukaer mempunyai seorang putra bernama Nyi Rd. Bathiyah. Menurut catatan Nyi Rd. Bathiyah menikah dengan Embah Nuryayi, salah seorang Ulama/Kyai terkenal pada abad 18 M di daerah Rancakalong Suci Karangpawitan Garut ( keturunan Dalem Pagerjaya, pengikut setia Rd. Sangara atau Prabu Kiansantang ( Sunan Rohmat Godog ). Rd. Bathiyah dari Embah Nuryayi melahirkan 3 orang putra, yaitu : 1. Rd. Moh. Arif Rd. Moh. Arif menurunkan beberapa orang putra, diantaranya 1 ) . Rd. Moh. Ahyar Beliau berputra KH Rd.Marjuk ( dahulu sebagai sesepuh Kp.Kaum Wanaraja Garut ). 2 ). Rd. Moh. Syamhudi 3 ). Nyi Rd. Sukaerah Beliau adalah isteri Wedana Cicalengka Kab. Bandung. 4 ). Rd. Moh. Abdul Hanan Beliau adalah suami Ny. Rd. Diyut Marliyah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari atau Eyang Cimalaka, dan dikaruniai 2 orang putra, diantaranya : • Ny. Rd.St.Janah Beliau adalah isteri KH Rd. Abdul Ghani putra KH Rd.Moh. Syarif ( Serang Cibiuk ). Dari isteri keduanya ( Ny.Rd. Hj. Iyah St.Rohmah ), Rd. Moh. Abdul Hanan dikaruniai 6 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Ny.Rd.Diyoh Warliyah Beliau adalah isteri dari Rd.Mahpud putra Rd.Johar Karim Tonjong Limbangan. ( 2 ). Rd. Moh. Haris Sesepuh Kampung Kaum Wanaraja Garut. 2. Ny. Rd. Dhomah ( isteri Rd.Maksudin asal Mataram + 1830 M ) Ny. Rd. Dhomah dari Rd.Maksudin ( asal Mataram ) menurunkan tiga orang putra, diantaranya yaitu : 1 ). Nyi Rd. Meno. Nyi Rd. Meno menikah dengan K.H. Tb.Aliban ( keturunan Maulana Hasanudin dari Banten). Putra KH. Tb. Aliban dari Ny. Rd.Meno, yaitu : • Kyai Rd. Tb. Arif Isterinya adalah Nyimas Eroh putra H. Arsad ( Kuningan ) dan Ny. Rd. Siti Ganda Inten putra Kyai Rd. Nurjamil atau cucu dari Nyi Rd. Oma Murtasiah/ Komariah ( Uyut Oma Cicadas Limbangan ). 2 ). Nyi Rd. Emoh Rasiamah. Nyi Rd.E.Rasiamah menikah dengan Kyai Rd. Moh. Jamhari putra dari Kyai Rd. Ahmad Jawahir dari daerah Cigawir ( sekarang termasuk wilayah Kec. Selaawi Garut ). Seuweu siwi Nyi Rd.Rasiamah dari Kyai Rd.Moh.Jamhari atau Eyang Cimalaka akan djelaskan pada Bagian 5. Rundayan Seuweu siwinya dapat dilihat pada Bagian 10 Buku Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong. 3. Ny. Rd.Almah Nyimas Almah adalah istri seorang petinggi di daerah Rancakalong Suci, tetap tidak dikarunia putra. Menurut KH Emu Muh. Qudsi ( sesepuh PP Suci Kr.Pawitan Garut ), bahwa Embah Nuryayi , di masa tuanya beliau tinggal bersama putra bungsunya ini di daerah Rancakalong Suci Karangpawitan Garut. II. DALEM TUMENGGUNG JIWAMERTA ( Sunan Demang ) Dalem Tumenggung Jiwamerta ( Sunan Demang ) menggantikan Tumenggung Wangsanagara (Sunan Kareseda ), sebagai Dalem ( Bupati ) Limbangan sejak tahun 1550 – 1620 M, yang menurut salah satu riwayat beliau dibunuh oleh Nagaparana cucu Dalem Mangunharja ( kakaknya Prabu Mundingwangi ). Dalem Tumenggung Jiwamerta berputra 6 orang putra, yaitu : 1. Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari 2. Dalem Wirabangsa 3. Rd. Ujang Maraja 4. Rd.Natakusumah 5. Nyi Rd. Ratnawulan 6. Nyi Rd. Nata Inten III. DALEM SURIAKUSUMAH RANGGA MEGATSARI Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari menggantikan Dalem Tumenggung Jiwamerta ( Sunan Demang ) sebagai Bupati Limbangan ( 1620 – 1660 M ). Nama tambahan Megatsari bagi beliau, menurut sesepuh Limbangan, karena beliau seorang Bupati Limbangan, yang berani tampil menjaga tentara Mataram yang melalui Limbangan, karena mereka selalu mengganggu para wanita/gadis Limbangan. Sebagaimana menurut Sejarah, tentara Mataram saat itu akan pergi menyerang ke Batavia dengan bantuan tentara Priangan di bawah pimpinan Dipati Ukur ( Bupati Wedana Priangan ) pada tahun 1628 M. Limbangan pada saat ini berada dibawah Kesultanan Mataram ( Sultan Agung 1613 – 1645 ). Untuk memperkuat kekuasaan, diadakan perkawinan antara para adipati dengan putri-putri Mataram. Sultan Agung sendiri menikah dengan putri Cirebon ( Ratu Ayu Sakluh cucu Syarif Hidayatulah – pen.), sehingga Cirebon mengakui kekuasaan Mataram. Hampir seluruh Pulau Jawa dikuasai, kecuali Banten ( Drs. Eddy Rosady : 100 ). Hal tersebut sesuai sebagaimana diceritakan nenek penyusun pada tahun 1963 M, bahwa Adipati Sutajiwa, Dalem Mertasinga dan Dalem Jiwamerta II menikah dengan putri-putri Mataram. Mengenai cerita Adipati Sutajiwa putra sulung Adipati Suriakusumah yang dibunuh di Mataram pada jaman Sultan Amangkurat I ( 1678 M ) akan dijelaskan di belakang. Menurut Otto Van Rees, tanggal 30 Oktober 1677 , Bupati-bupati di daerah Priangan yang berada dibawah Kesultanan Mataram, adalah : 1. Kanduruan, di Dayeuh Luhur 2. Aria ata Kanduruan, di Banyumas 3. Rangga Gempol II, di Sumedang 4. Tmg. Wira Tanubaya di Parakanmuncang 5. Tmg. Wira Angunangun , di Bandung 6. Tmg. Wiradadaha, di Sukapura 7. Demang Aria Reksa Kusumah Wiradipura, di Timbanganten 8. Rangga Megatsari, di Limbangan 9. Ngabehi Ngasta Nagara, di Imbanagara 10. Ngabehi Mas Nagara di Kawasen 11. Tumenggung Panatayuda, di Karawang Menurut Silsilah Menak-menak Limbangan, Rangga Megatsari mempunyai 9 orang putra, yaitu : 1. Dalem Adipati Sutajiwanagara ( wafat tahun 1678 di Mataram ) Menurut catatan silsilah K.H. Rd Ma’mun, ibunya berasal dari Sukawayana ( sekarang termasuk wilayah Kecamatan Malangbong Kab. Garut ). 2. Dalem Mertasinga ( Karoya Wanakerta ) 3. Dalem Jiwamerta II ( Cibolerang Wanaraja ) Menurut Catatan Sajarah Asal Usul Limbangan, ibunya adalah Nyi Tanurang Manabaya. 4. Dalem Patralaga ( Timbanghayu ) 5. Dalem Wangsakusumah ( Limbangan ) 6. Dalem Patrakusumah ( Kancil Wanakerta ) 7. Rd. Ayu di Cikaruk 8. Rd. Mahulun 9. Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi Menurut catatan Sajarah Asal Usul Limbangan, ibunya adalah Nyi Tanurang Batulayang. Pengertian Rangga menurut Rd. Soemarna Wirasoedarma bagi Rangga Megatsari, karena membawahi beberapa Dalem. Ketika itu di daerah Limbangan ada beberapa Dalem dibawahnya, yang memimpin Kadaleman, diantaranya : 1. Dalem Wirabangsa ( Cikelepu Limbangan ) putra Tumenggung Jiwamerta I ( Sunan Demang ). 2. Dalem Nayawangsa ( Cipacing Wanakerta ) yang selanjutnya diangkat menjadi Bupati Limbangan 1 ( ……s/d 1678 M ), putra Dalem Santowaan ( Cibolerang Wanaraja ). 3. Dalem Wangsaraja ( Banjaran Wanakerta ) putra Dalem Santowaan, yang menggantikan Rd. Rangga Megatsari sebagai Bupati Limbangan ( diangkat oleh Sultan Mataram ). 4. Dalem Mertasinga ( Karoya Wanakerta ) yang selanjutnya diangkat menjad Bupati Limbangan 2 ( 1678 - 1726 M ) putra Rangga Megatsari. 5. Dalem Jiwamerta II ( Cibolerang ) putra Rg. Megasari 6. Dalem Patrakusumah ( Kancil Wanakerta ) 7. Dalem Patralaga ( Timbanghayu ) putra Rg. Megatsari 8. Dalem Wangsakusumah ( Limbangan ) 9. Dalem Tumenggung Wjayakusumah/DalemEmas ( Sukadanuh Sadang Wanaraja – sekarang Sucinaraja ) putra Dalem Sutajiwa, cucu Rangga Megatsari. Ketika penulis datang ke Pesantren Al Muhyiddin Wates Kec. Selaawi dan diterima oleh sesepuh Pesantren Bapak K.H.Rd. Aten Muhyiddin. Beliau menceritakan bahwa jasad Sunan Cipancar ketika dipindahkan dari Pasir Huut Ke Pasir Astana Gede oleh Rangga Megatsari, masih tetap utuh meskipun usia mayat sudah hampir 80 tahun. Hal ini sesuai sebagaimana telah diuraikan pula oleh Rd. Soemarna Wirasoedarma pada Bukunya " Sajarah Limbangan ". Menurut Sajarah Limbangan, oleh karena Dalem Adipati Sutajiwa ( putra sulung Rangga Megatsari ) tercatat dalam Buku Kuncen di Panyeredan Wanaraja ( sekarang Sucinaraja ) " Kang katetek ing Mataram " ( demikian pula pada catatan keturunan beliau di Cununuk Hilir- Peny.), maka ketika Rangga Megatsari wafat, beliau diganti oleh Dalem Wangsakusumah ( 1 ) putranya. Setelah Wangsakusumah 1 wafat, maka beliau diganti oleh Dalem Wangsaraja ( atas perintah Sultan Mataram – Peny. ), suami dari Nyi Tanurang Rucitawangi. Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem Santowaan Cibolerang Wanaraja, saudaranya Dalem Nayawangsa. (Rd. Soemarna Wirasoedarma : 62 ). Menurut Silsilah Menak-menak Limbangan, Adipati Sutajiwa mempunyai 10 orang putra, yaitu : 1. Dalem Tmg. Wjayakusumah 2. Dalem Aria Wijayakusumah II 3. Rd. Ara Wijayanagara 4. Nyi Rd. Satria 5. Rd.Rangga Bratanagara 6. Rd.Purareja 7. Nyi Rd. Retnasari 8. Rd. Bratakusumah 9. Rd. Purakusumah 10. Rd.Puranagara Menurut Sejarah Menak-menak Limbangan susunan Dalem Wangsadita I ( Rangga Limbangan ) yang tercatat silsilah rundayannya adalah dari putra sulungnya, yaitu Dalem Tumenggung Wijayakusumah. Beliau adalah sebagai Dalem Sukadanuh Sadang Wanaraja ( sekarang termasuk wilayah Kec. Sucinaraja Kab.Garut). Beliau adalah menantu Dalem Wirabangsa ( saudara sepupu Adipati Sutajiwa ). Uraiannya akan djelaskan pada Bagian lain. IV. DALEM JIWAMERTA II Dalem Jiwamerta II putra Rangga Megatsari menggantikan Dalem Santowaan sebagai Dalem di Kadaleman Cibolerang, karena sebagaimana telah diceritakan di atas putra-putra Dalem Santowaan seperti Dalem Nayawangsa menjadi Dalem di Karoya Wanakerta, Dalem Wangsareja menggantikan mertuanya Rg. Megatsari di Limbangan, Kyai Rd.Nawu tinggal dan menetap di Cibeureum ( sekarang termasuk Kec. Pangatikan ). Adapun kedua putranya yang lain pergi ke daerah Papandak ( Wanaraja ) dan Caringin ( Sucinaraja ). Dalem Jiwamerta II mempunya 8 orang putra, diantaranya adalah : 1 ). Rd. Wangsanata I Menurut silsilah menak-menak Limbangan, Rd. Wangsanata I dikarunia 9 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Rd. Wargadireja I ( 2 ). Rd. Singadireja ( 3 ). Rd.Martadireja I 2 ). Dalem Kulawangsa Menurut silsilah menak-menak Limbangan, Dalem Kulawangsa dikarunia 2 orang putra, diantaranya : • Rd. Abu Generasi ke 5 dari Rd. Abu adalah Rd.Muhammad yang tinggal di Panaragan Wetan Bogor. Keturunan Rd. Muhammad adalah : - Rd. Wargapraja I ( Jaksa Garut ). - Rd. Warga ( cucu Rd. Wargapraja I ) Menurut catatan beliau sebagai Camat Pasanggrahan Distrik Wanakerta Kab.Limbangan ( sekarang Kec. Sukawening Kab. Garut). Rundayannya dapat dilihat pada Buku Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong. V. DALEM PATRAKUSUMAH Dalem Patrakusumah adalah putra Dalem Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari. Menurut silsilah pada Sejarah Limbangan, beliau adalah yang memimpin Kadaleman Kancil Wanakerta Cibatu ( sekarang termasuk Desa Padasuka Kec. Cibatu ). Ada kemungkinan putra atau putu Dalem Patrakusumah pergi dari daerah Kancil mengembara ke daerah Cianjur dan terus menetap disana sampai beranak pinak. Diantara keturunan beliau, tercatat nama : 1. Rd.Hatib Anom ( Cianjur ) 2. Rd. Martakusumah II putra Rd. Hatib Anom ( Camat Palasari Kabupaten Cianjur ). Rundayannya dapat dilihat pada Buku Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong. BAGIAN 4 DALEM ARIA WIRAYUDA Dalem Aria Wirayuda adalah putra dari Dalem Tumenggung Wangsanagara atau Sunan Karaseda. Beliau menjadi Dalem di Kadaleman Cipicung, yang saat itu wilayahnya termasuk Kabupaten Limbangan. Bupati Limbangan saat itu (1600 -1625 M) adalah kakaknya sendiri ( Tumenggung Jiwamerta atau Sunan Demang ). Dalem Aria Wirayuda mempunyai 2 orang putra, yatu 1. Rd. Wiraha 2. Rd. Wirareja ( tak ada data riwayat dan urunannya ). Rd.Wiraha putra Dalem Aria Wirayuda adalah yang memimpin Kadaleman Tegaljati Pasiruncal (sekarang termasuk Kec.Karangpawitan Kab.Garut ). Kemungkinan pada jaman Kadaleman Tegaljati Pasiruncal, Bupati Limbangan adalah kakak sepupu dari Rd. Wiraha, yaitu Adipati Rangga Megatsari ( 1625 -1650 M ). Beliau dikaruniai 7orang putra, diantaranya adalah : 1 ). Rd.Mukadar Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, Nyi Rd. Nalebah putra Rd. Mukadar, menikah dengan Kyai Rd. Jakaria putra Embah Dangdeur Cikawao/Embah Nurmadin ( keturunan Maulana Hasanudin Banten ), dan dikarunai 3 orang putra,diantaranya : (1). Kyai Mas Irpan. Salah satu keturunannya adalah : - Rd. Sastrawjaya Lurah Desa Cipicung Distrik Leles Kab.Bandung (2). Nyimas Satiyam Salah satu keturunannya adalah : - Rd. Mas Ali Hasan Lurah Desa Cimurah Distrik Suci Kab.Limbangan Garut. Setelah Kyai Rd.Jakaria wafat, Nyi Rd. Nalebah putra Rd. Mukadar, menikah lagi dengan dengan Embah Aeni ( Kalibende), salah satu keturunannya adalah: o Kyai Muh. Rafi’i Sesepuh di Calingcing Desa Cimurah Dstrik Suci Kab.Limbangan Garut. Oleh para seuweu siwinya nama beliau diabadikan sebagai nama Lembaga Pendidikan yang ada di daerah Calingcing, yaitu Madrasah Tsanawiyah Ar Rafi. 2 ). Rd.lham Rd.Ilham dkaruniai 3 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Rd.Jaliam Salah satu keturunannya adalah : - Rd.Kanduruan Kartasasmita - Dalem Bandung. ( 2 ). Rd. Ali Muksin Anggapraja Putra-putranya antara lain Rd.H. Abdul Adzied dan Rd. Ali Husen Argawjaya 3 ). Rd. Raja Pangaras Cucu beliau yaitu Rd. Dirapraja putra Rd. Raja Manggala adalah mertua dari Rd.Abas ( DAA Surianatakusumah ) ( Bupati Limbangan Garut 1833 -1871 M ).( Rd.Abas adalah putra DAA Wiratanudatar VI BupatiCanjur). Nyi Rd. Mantria putra Rd.Dirapraja dengan Rd. Abas dikaruniai beberapa orang putra dantaranya : ( 1 ). Rd.Jenon atau DAA Wiratanudatar VIII Bupati Limbangan Garut terakhir atau Bupati Garut pertama ( 1871-1915 M). ( 2 ). Rd. Jayadiningrat ( Wedana Wanaraja ) Beliau adalah kakek Dr.Rd.Bayuningrat, penyusun Buku Kabhupatian I Bhumi Limbangan, Garut, Sumedang dan Cianjur. ( 3 ). Ny. Rd. Omi Beliau adalah isteri Bupati Lebak ( 4 ). Nyi Rd.Alkiyah ( Rd. Rajaretna ) Beliau adalah menantu Rd. H.Muhammad Musa ( Hoofz Penghulu Garut ). Ny.Rd. Alkiyah putra Rd. Abas dari Rd. Surianatalegawa ( Patih Sukabumi ) putra Rd. H. Muhammad Musa, melahirkan beberapa orang putra, diantaranya : - Rd. Suriakartalegawa ( Bupati Garut ) - Rd. Surianataatmaja ( Bupati Cianjur ). ( Lihat Keluarga Besar Rd.H.Muh. Musa). ( 5 ). Rd. Ahmad Kosasih Beliau adalah Wedana Cidamar Kab.Cianjur. SEUWEU SIWI EMBAH NURYAYI Sejarah Keluarga Besar Embah Nuryayi atau Bani Nuryayi, diawali ketika Embah Nuryayi pertama kali menikah dengan kerabatnya, yaitu Nyimas Sompok putra Embah Selir. Menurut catatan KH Abdul Halim ( salah seorang cucu Embah Nuryayi ), bahwa Nyimas Sompok putra Embah Selir adalah masih keturunan Dalem Pagerjaya Godog. Setelah menikah dengan Nyimas Sompok, Embah Nuryayi menikah pula dengan isteri keduanya di Cimalaka Wanaraja Garut, yang menurut catatan KH Rd. Ma’mun ( Wanaraja ) bernama Nyimas Bathyah putra Rd. Jaya Mukaer ( keturunan Tumenggung Wangsanagara atau Sunan Cipacing putra Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar - Limbangan ). Dari Nyimas Sompok putra Embah Selir ( Rancakalong Suci Karangpawitan Garut ), Embah Nuryayi dikarunai 8 orang putra, terdiri dari 7 orang laki-laki dan seorang perempuan, yaitu : 1. Ali atau KH. Muh. Kosasih ( Copong – Garut Kota ) 2. Shomud atau KH. Muh. Arif ( Bojong –Karangpawitan ) 3. Abas atau KH. Muh. Ma’lum ( Cipamulihan – Karangpawitan ) 4. Jaun atau KH. Muh. Salim ( Cibangban Karangpawitan ) 5. Qosim atau KH. Muh. Nursa’id ( Eureun Sono – Sukawening ) 6. KH. Muh. Musa ( Dolos Jawa Timur) 7. Garun atau KH. Muh. Arwah ( Cikalimeneng – Karangpawitan ) 8. Nyimas Kapiyah atau Nyai Tanjungpura ( Tanjungpura - Krp.) Adapun dari Nyimas Bathiyah putra Rd.Jaya Mukaer ( Cimalaka Wanaraja Garut ), Embah Nuryayi dikarunia 3 orang putra, terdiri dari seorang laki-laki dan 2 orang perempuan, yaitu : 9. Mas Kambal atau KH Moh. Ro’if ( Cimalaka 10. Nyimas Dhomah ( Cimalaka – Wanaraja ) 11. Nyi Lendera atau Nyimas Almah ( Rancakalong - Karangpawitan ) Dari putra-putra Embah Nuryayi tersebut ( kecuali Nyimas Almah – pen. ), akhirnya menurunkan seuweu siwinya yang selanjutnya terkenal dengan sebutan “ Bani Nuryayi “. SELINTAS RIWAYAT SEUWEU SIWI EMBAH NURYAYI 1. KH. MUH. KOSASIH. Menurut riwayat, beliau adalah putra sulung Embah Nuryayi. Semasa hidupnya KH Muh. Kosasih tinggal di daerah Copong ( yang sekarang termasuk wilayah Kelurahan Sukamantri Kec. Garut Kota Kab. Garut ). Dalam catatan KH. Ejeb Burhanudin, disebutkan bahwa KH Muh. Kosasih mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1. Uka 2. Umin Uka mempunyai 2 putra pula,yaitu : 1). Jaenal Mali 2). Enoh Enoh mempunyai seorang putra, yaitu : Majadin dan selanjutnya berputra pula, yaitu : Mumun. Sampai saat ini belum diketemukan riwayat dan data silslah rundayan sewueu siwinya. A2. KH. MUH. ARIF. KH Muh. Arif putra kedua Embah Nuryayi berdasarkan catatan, tinggal di daerah Haturnenggang Babakan Bojong Suci. Beliau dikaruniai seorang putra bernama KH. Abdul Wahab, sebagai sesepuh pesantren Bojong dan terkenal dengan sebutan Mama Bojong. A2.1. KH ABDUL WAHAB Apabila usia KH Abdul Wahab ketika wafat ( 14 Jumadl Awal 1244 atau tahun 1828 M ) adalah +70 tahun, maka diperkirakan beliau lahir + tahun 1750 M. KH. Abdul Wahab putra KH. Muh. Arif menikah dengan saudara sepupunya Nyimas Hj. Jubaedah ( Muwaedah ) putra KH Muh. Salim. Menurut salah satu sumber ketika itu Nyimas Hj. Jubaedah sudah mempunyai seorang putra dari H.Hasan ( H. Alyasin ) putra sulung Nyimas Kafiyah dengan Ali Muhammad ( Timbanganten/Sukapura ), yaitu Nyimas Enol. KH Abdul Wahab dari Nyi Nyimas Hj. Jubaedah , dikaruniai seorang putra yang bernama KH. Muh. Adro’i. A2.1.1. KH. MOH.ADRO’I Sebagaimana yang diriwayatkan Ny. Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ) putra KH. Muh. Adro’i kepada penulis di rumahnya ( Cimasuk – Karangpawitan Garut ), bahwa istri- istri KH Muh. Adro’i adalah : 1. Ambu Ijoh Mustiroh. Ambu Ijoh Mustiroh adalah putra Ny. Hj. Maryam ( Ambu Abring ) /Moh. Llyas putra KH Hasan Basori ( sudara sepupu KH.Adro’i. ( Lihat A4.2.2 di bawah ). 2. Nyimas Enok Aminah 3. Nyimas Hj. Rukoyah Dari Ambu Ijoh Mustiroh, KH Muh. Adro’i dikarunai seorang putra, yaitu : KH. Umar Basri. Dari isteri keduanya ( Nyimas Enok Aminah ) KH Adro’i dikaruniai 6 orang putra, semuanya perempuan yaitu : 1. Nyimas Hj. Mimih Hasanah 2. Nyimas Enob 3. Nyimas Umamah 4. Nyimas Maemunah 5. Nyimas Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ) 6. Nyimas Ukah. Kemudian dari Nyimas Rukoyah ( isteri ke tiga ) KH Adro’i dikaruniai 3 orang putra, yaitu : 1. Nyimas Hj. Maryam, 2. Nyimas Hj. Andia Umamah 3. KH. Muhammad A2. 1.1.I. KH UMAR BASRI KH. Umar Basri adalah pendiri dan sesepuh PP Fauzan Sukaresmi Kab. Garut. KH Umar Basri terkenal dengan sebutan Mama Fauzan. Dari isterinya yang bernama ………..beliau dikaruniai 5 orang putra, yaitu 1. KH. Sasa 2. KH Deding Wajihadin 3. KH Aceng Muhammad 4. Nyimas St. Fatimah 5. Nyimas Marliyah. I. KH SASA KH Sasa adalah menantu dari KH. Harmaen putra KH Hasan Mustofa ( cicit atau buyut Nyimas Kafiyah ) ( Lihat A8.2.2. ). Dari Ny. Hj. Edah putra KH Hamaen, KH.Sasa dikaruniai dua orang putra, yaitu : 1. KH. Umar Ishak ( Aceng Momor ) 2. Ny.Yoyoh. Menurut salah seorang putranya, bahwa KH Umar Ishak dikarunai 11 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Wawah Khoeriyah 2 ). Zaki Marzaki 3 ). Opik Umar 4 ). Mumu Muhammad dll Ketika penulis bersilaturahmi ke rumah KH. Umar Ishak di kediamannya ( belakang Mesjid Kaum Garut ), beliau meriwayatkan bahwa dahulu beliau tinggal di Kp. Badega Cikajang Garut. Selanjutnya yang meneruskan sebagai sesepuh PP Badega adalah menantunya, yaitu KH Aceng Nunur putra KH Aceng Muhammad ( Fauzan ). Beliau adalah pendiri dan sesepuh Pondok Pesantren Hidayatul Faizin Kampung Urug Desa Cikedokan Kec. Bayongbong Garut. Dari pernikahannya dengan Ny.Hj. Zakiyah ( Neng Akah ), beliau dikaruniai beberapa orang putra, diantaranya : 1. KH Rd. Aceng Mimar Hidayat Setelah KH Deding Wajihadin wafat pada tahun …… , maka sebagai sesepuh PonPes diserahkan kepada KH Rd. Aceng Mimar Hidayat sampai dengan sekarang ( 2009 ). Di lingkungan PP Hidayatul Faizin, selain pendidikan Salafiyah, juga sekarang diselenggarakan pula jenjang pendidikan Madrasah Ibtidayah ( MI ) dan Madrasah Tsanawiyah. KH Aceng Mimar Hidayat adalah adik ipar KH Rd. Syarif Hidayat (sesepuh PP. Riyadul Alfiyah Sadang ). ( Lihat A5.1.3 ) Dari Ny. Rd. St. Dalfah putra KH. Rd.Usman ( Sadang ), KH Rd.Aceng Mimar Hidayat dikaruniai 9 orang putra, diantaranya : 1 ). Rd. H. Noval Banani 2 ). Rd. H. Malhi 3 ). Ny. Rd. Hj. Hilma dll 2. Ny. Rd. Etih dll Seuweu siwi KH Deding Wajihadin dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. III. KH ACENG MUHAMMAD KH. Aceng Muhammad adalah putra KH Umar Basri, yang terkenal dengan sebutan Aceng Mumad. Setelah KH Umar Basri wafat, maka sebagai sesepuh Pondok Pesantren Fauzan,dilanjutkan oleh KH Aceng Muhammad. KH Aceng Muhammad wafat pada tahun……., dan beliau meninggalkan 28 orang putra, diantaranya adalah : 1. KH Aceng Muh. Umar ‘Alam ( KH. Aceng Aam Mumad ). Menurut Rundayan silsilah, KH Aceng Aam dari garis ibu ( Nyimas Entum Fatimah putra KH Rd. Abdullah Sanusi/ Nyimas Sofiah ) adalah putra buyut ( bao - sd) Nyimas Hj.Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ) Cimasuk Suci Karangpawitan Garut. Saudara seayah dan seibu dengan KH Aceng Aam ada 11 orang, diantaranya Ceng Abun, Ceng Emad ( Muhammad ), Ceng Ali, Ny. Wawah dan lain-lain. (Lihat pada Buku Rundayan Silsilah ). Beliau menikah dengan cicit/ buyut KH Muh. Salim, yaitu Ny. Hj. Nunuh Nurhayati putra KH. Basri ( Paledang Suci Karangpawitan ). Dari Ny. Hj. Nunuh Nurhayati beliau dikaruniai 7 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Hj.Lia Nurwaliah 2 ). Aceng Hilman Ny. Nurwaliah putra sulung KH Aceng Aam, menikah dengan Rd.H.Zaky putra KH Rd. Ali Muhyiddin, sesepuh PP Al Halim Tarogong Kaler Garut ( Keluarga Besar PP Wates Limbangan ). Ketika penulis bersilaturahmi ke PP Fauzan pada tahun 2008 dan beberapa bulan yang lalu ( 2009 ) KH Aceng Aam Mumad, menjelaskan riwayat sejarah singkat perjalanan KH Umar Basri ( Mama Fauzan ) dan KH Aceng Muhammad ( KH Aceng Mumad ). 2. Drs.KH Aceng Abdul Wahid Ibunya adalah Nyimas Umu Muflihah. Saudara seayah dan seibu dengan Drs. KH. Aceng Wahid ada 8 orang, diantaranya KH Aceng Baban, KH Aceng Nunur, KH Aceng Bubun dan lain-lain. ( Lihat pada Buku Rundayan Silsilah ). KH. Aceng Abdul Wahid adalah menantu dari KH Rd.Umar Abdul Hakim ( Ceng Dudu ) bin KH Rd.Abdurahman. Isteri beliau, yaitu Ny. Rd. Evi St. Fatimah adalah saudara misan KH. Rd. Deden Abdul Hakim bin KH. Rd. Toto Abdul Hakim ( sesepuh PP Darul Ulum Sukaraja Kec. Karangpawitan ).Dari garis ibu Ny. Rd. Evi St. Fatimah masih termasuk Keluarga Besar Sunan Cipancar Limbangan. Sekarang Drs.KH. Aceng Abdul Wahid adalah sesepuh PP Salaman Sukaresmi Garut dan mantan Anggota DPRD Kab. Garut. 3. Aceng Aubb Ibunya adalah Nyimas Otim. Saudara seayah dan seibu dengan Aceng Aub ada 6 orang, diantaranya Nymas Didoh, Aceng Zayin, Aceng Abdur dan lain-lain. ( Lihat pada Buku Rundayan Silsilah ). 4. Nyimas Naelah Ibunya adalah Nyimas Sajah. Saudara seayah dan seibu dengan Nyimas Naelah ada 2 orang, yaitu beliau sendiri dan saudaranya, yaitu Nyimas Liah. Seuweu siwi KH Aceng Muhammad dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Rd. Aceng Aam Mumad – PP. Fauzan Sukaresmi Garut - Drs, KH. Abdul Wahid – PP Salaman Sukaresmi Garut. IV. NYIMAS ST.FATIMAH Nyimas St. Fatimah putra KH Umar Basri, adalah menantu dari KH. Rd. Ahmad Mahalli ( PP Sumursari Sukawening ) putra KH Rd. Abdul Fatah (PP Cibalandong Cibiuk ) atau cucu KH Rd. Moh. Aonillah ( Mama Serang ) keturunan Limbangan. Suami dari Nyimas St. Fatimah yaitu KH Rd. Muh. Didi Mahmudi, menjadi sesepuh PP Fauzan Tonggoh. Ketika bersilaturahmi ke PP Fauzan Tonggoh ( 2008 ) KH. Rd. Muh. Didi Mahmudi telah lama wafat. Dari KH Rd. Muh. Didi Mahmudi, Nyimas St. Fatimah melahirkan beberapa 8 orang putra, diantaranya : 1. Rd. Ahmad 2. Rd. Mu’man 3. Rd. H. Jajam Jamhari Seuweu siwi Nyimas St. Fatimah/ KH Rd. Muh. Didi Mahmudi, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Ny. St.Fatimah - PP. Fauzan Tonggoh Sukaresmi Garut. V. NYIMAS WARLIYAH Beliau adalah putra bungsu KH. Umar Basri ( Mama Fauzan ). Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya. A2.1.1.2. NYIMAS HJ. MIMIH SALAMAH. Beliau pertama kali menikah dengan KH. Asy’ari dan melahirkan seorang putra, yaitu KH. A. Wajihadin. Setelah KH Asy’ar wafat, beliau menikah lagi dengan KH Iding Badrudin dan melahirkan putra, seorang perempuan,yaitu Nyimas Hj.Miming Fatimah. I. KH A. WAJIHADIN KH A.Wajihadin tinggal dan menetap di daerah Simpang Bayongbong Garut. KH A. Wajihadin dari kedua orang isterinya, yaitu Ny.Hj. Euis Hujaemah dan Ny. Hj. Ating menurunkan 17 orang putra, diantaranya : 1. Bibin Duratul Muhibbin 2. Gagam Cardana 3. Kemal Arif 4. Rifki Hal tersebut diceritakan oleh Kemal Arif putra KH A. Wajihadin kepada penulis, ketika bersilaturahmi ke kediaman KH A. Wajihadin di daerah Simpang Bayongbong. Menurut riwayat beliau adalah sesepuh dari perguruan silat “ Gajah Putih “. II. NYIMAS HJ. MIMING FATIMAH Nyimas Hj.Miming Fatimah menikah dengan H. Abdul Kadir Ja’far Almadanni putra Sayyidina Syekh Hasan Ja’far al Madanni ( Asal Medinah Saudi Arabia ). Dari H. Abdul Kadir Ja’far, Ny. Hj. Miming Fatimah melahirkan 5 orang putra, diantaranya : 1. Nyimas Zenny St. Jenab. 2. Deden Zacky Hasan Jafar Seuweu siwi Nyimas Hj. Mimih Salamah, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut . Sumber Data : - Kemal Arif putra KH Aceng Wajihadin ( Simpang Bayongbong ) - Nyimas Zenny St. Jenab putra H. Abdul Kadir Ja’far A2.1.1.3. NYIMAS ENOB. Dari pertikahannya dengan Moh. Soleh, Nyimas Enob melahirkan 6 orang putra, diantaranya : 1. Safiq 2. Ismail A2.1.1.4. NYIMAS UMAMAH. Pertama kali beliau menikah dengan Syekh Siraj dan melahirkan 6 orang putra. Dan selanjutnya dengan KH Hudori dan melahirkan 8 orang putra. Dari ke 14 putra Syekh Siraj dengan Nyimas Umamah, 3 orang diantaranya adalah : I. NYIMAS HJ. SARIBANON Nyimas Hj. Saribanon dan Nyimas Enuh Nurmadaniah , keduanya adalah menantu dari KH. Hasan Suryadi ( cicit atau buyut KH Muh.Salim ). KH Dadang Soleh Faqih putra KH. Hasan Suryadi, setelah menikah dengan Nyimas Hj. Saribanon selanjutnya tinggal dan menetap di Pesantren Sukadana Garut. Mereka dikaruniai 5 orang putra, diantaranya : 1. Ny. Hj. Mimah Salamah Isteri H. Dading Somadiwangsa putra Somadiwangsa 2. Muh. Ali II. NYIMAS ENUH NURMADANIAH Nyimas Enuh Nurmadaniah menikah sebagai isteri kedua dengan KH. Ma’mun ( pesantren Sukaregang ) putra KH. Hasan Suryadi dan melahirkan 4 orang putra., diantaranya : 1. Cecep Abubakar 2. Ny. Elis Nunur Zahro III. KH. OSAD ROSAD KH Osad Rosad putra KH Hudori tinggal dan menetap di Sukadana, sebagai sesepuh Pondok Pesantren Sukadana Garut. Dari kedua isterinya ( Ny. Hj. Ipah dan Ny. Hj. Anon ), KH Osad Rosad dikarunai 11 orang putra, diantaranya adalah : 1. Ceng Aang Ridwan 2. Ceng Hilman Hidayat Abd. Basit Putra- putra KH Osad Rosad tinggal di kompleks Pondok Pesantren Sukadana Garut. Seuweu siwi Nyimas Umamah, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Ceng Aang Ridwan putra KH Osad Rosad - Nyimas Hj. Mimah Salamah putra KH Dadang Soleh Fakih - Sukadana Garut A2.1.1.5. NYIMAS MAEMUNAH. Ny. Hj. Yuyu Zuhro ( Ma Yuyu ) menjelaskan kepada penulis, bahwa Nyimas Umamah menikah dua kali dengan keturunan Arab. Pertama kali menikah dengan Sayyid Umar ( Sayyid Sa’tho ) dan kemudian dengan Sayyid Baqur. Dari mereka lahir dua orang putra yaitu : I. Ny.Syarifah Hodijah. II. Sayyid Faruq Yamani Menurut riwayat, bahwa Sayyid Sa’tho ( Sidi Abubakar Albar ibn Muhammad Syatho ) adalah penyusun kitab “ Al I’aanatut Thoolibin “. Sayyid Faruq Yamani adalah yang membangun Gedung Pertemuan Bani Nuryayi yang letaknya di Jalan Raya Campaka Garut. A2.1.1.6. NY. HJ. YUYU ZUHRO ( MA YUYU ) Ketika pertama kali bersilaturahmi kepada Mama Yuyu di Kampung Cimasuk Suci Garut, penulis diterima dengan penuh persaudaraan. Meskipun usianya telah sepuh,namun daya ingat beliau menjadi kekaguman bagi penulis. Beliau menceritakan riwayat sejarah dan rundayan Bani Nuryayi. Dari beliau penulis termotivasi untuk terus melanjutkan perjalanan “ nyukcruk lembur mapay padesan “ mencari “seuweu siwi Bani Nuryayi “ yang telah tersebar di pelbagai daerah dan kota. Dari almarhum suaminya ( KH Rd. Ahmad Emed ), Mama Yuyu dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : I. KH Rd. AHMAD MUMAD MANSUR Dari isterinya ( Ny. Hj. Mumu Muminah ), KH Rd. Ahmad Mumad Mansur dikaruniai 7 orang putra diantaranya 1. Ahmad Rusdi 2. Ny. Sofiah Ny. Sofiah adalah isteri KH Abdullah Sanusi dan dikaruniai 10 orang putra, diantaranya 1 ). Ny. Hj. Rd. Entum Fatimah Ny. Hj. Rd. Entum Fatimah adalah menantu KH. Umar Basri (Mama Fauzan ). Seuweu siwinya telah dijelaskan di atas. 2 ). Ny. Rd. Endah Ny. Rd. Endah adalah isteri KH. Sihabudin dari PP Al Masturiyah Sukabumi. 3 ). Rd. H.Mahbud II. ACENG MUHAMMAD Dari isterinya ( Ny. Ela Nurlaela ), Aceng Muhammad dikaruniai 5 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny.Nunah Aminah 2 ). Ahmad Sulton Fahmi III. ACENG ABD. KODIR Dari isterinya ( Ny. Fatimah ), Aceng H. Abdul Kodir dikaruniai 6 orang putra, diantaranya : 1. Ali 2. Muh. Malki Seuweu siwi Nyimas Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ), dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Ny. Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Cucu ) - Cimasuk Kr.Pawitan - Ceng Muhammad putra KH Rd. Ahmad Emed / Ny. Hj. Yuyu Zuhro - Cimasuk Kr.Pawitan A2.1.1.7. NYIMAS UKAH Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya. A2.1.1.8. NYIMAS HJ.MARYAM. Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya. A2.1.1.9. NYIMAS HJ. ANDIA UMAMAH Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya A2.1.1.10. KH. MUHAMMAD. Menurut H. Ishak Abdul Matin atau Ceng Iin putra KH Abdul Matin, bahwa kakeknya, yatu KH Muhammad mempunyai 2 orang putra, yaitu: I. NYIMAS IBUT Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya II. KH. ABDUL MATIN. Menurut H. Ishak Abdul Matin ( Ceng Iin ) di rumahnya setelah lebaran beberapa bulan yang lalu ( 2009 ) , bahwa KH Abdul Matin sebelum menikah dengan ibunya ( Ny. Hj. Wiwi St. Hanifah ), sempat menikah, tetapi beliau tidak mengetahuinya. KH Abdul Matin dengan Ny. Hj. Wiwi St. Hanifah dikarunai 12 orang putra, dua diantaranya adalah : 1. Kyai Cecep Suhendar BA Cecep Suhendar BA adalah sahabat penulis di Kandepag Kab. Garut. Ketika belau wafatpadatahun …..,beliau meninggalkan seorang isteri ( Ny. Aat Fatimah ) dan 4 orang putra, dantaranya : 1). Taofik 2). Arif Budiman 2. H. Ishak Abdul Matin Aceng Iin putra KH Abdul Matin adalah sesepuh di daerah Sukaregang. Beliau adalah pengelola Madrasah Ibtidayah ( MI ) PUI Garut Kota. Dari isterinya Ny. Euis Rohayati, beliau dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1 ). Hasan Basri 2 ). Ny. Zakiyah Seuweu siwi KH Abdul Matin dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - H. Ishak Abdul Matin – Sukaregan A3. KH. MUH. MA’LUM Berdasarkan catatan KH Ejeb Burhanudin, bahwa KH Muh. Ma’lum mempunyai dua orang putra , yaitu : 1. Kyai Jalal 2. Upih A3.1. KYAI JALAL Menurut catatan, Kyai Jalal dikaruniai 5 orang putra diantaranya Ama Upi. Ama Upi menikah dengan KM Rofi’i ( Keturunan Sukapura ) mempunyai 6 orang putra, diantaranya : I. KH Jayadi ( Sukamanah ) KH Jayadi mempunyai 6 putra,diantaranya. 1). Kyai Suthobi 2). Kyai Mansur 3). Kyai Dimyati II. KH Tajuli ( Tegaljati ) KH Tajuli dalam catatan tidak ada data rundayannya. Seuweu siwi KH Muh. Ma’lum dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Ejeb Burhanudin – Cidahu A4. KH. MUH. SALIM KH. Muh. Salim tinggal dan menetap di daerah Cibangban. Beliau menjadi sesepuh pesantren Cibangban, pesantren peninggalan Embah Nuryayi. Menurut Kyai Osep Elon Dahlan, letak pesantren itu dahulunya berada di sebelah Utara dari lingkungan pesantren Cibangban sekarang. Menurut Rundayan Silsilahnya, KH Muh. Salim dengan isterinya Nyimas Rokimah ( Embah Isteri Cibangban – wafat 1284 H/ 1867M ), dikaruniai 4 orang putra, yaitu : ` 1. KH Moh. Roji 2. KH Hasan Basori 3. Ambu Waedah ( Ny. Hj. Jubaedah ) 4. M. Husain. A4.1. KH MOH. ROJI ( Sukamanah ) Menurut catatan bahwa KH Moh. Roji menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Nyimas Seram putra Nyimas Kafiyah ( Tanjungpura ). Dari Nyimas Seram, beliau dikarunia seorang putra, yaitu KH. Ijro’i. Dari isteri-isteri lainya, yaitu Nyimas Afinah dan Nyimas Angrum putri seorang Rangga dikarunia 5 orang putra. Dari Nyimas Afinah putranya adalah KH Abdul Manan dan dari Nyimas Angrum, putranya adalah Erom, Ny. Iyut, KH Abdul Majid dan H. Ilyas. A4.1.1. KH IJRO’I Menurut catatan, bahwa beliau mempunyai 2 orang putra, KH Yahya/ Iyo dan KH Marjuki ( Enju). A4.1.1.1. KH. YAHYA Dari keempat orang isterinya, KH.Yahya dikaruniai 12 orang putra, yaitu diantaranya: I. NYIMAS ENCUM Pertama kali Nyimas Encum menikah dengan Aceng Saepudin putra KH.Ubun Burhanudin Cibangban dan dikarunia seorang putra, yaitu : 1. Ustad Pepe Saepudin Pensiunan Guru Agama SMKN Karangpawitan Garut dan mantan anggota DPRD Kab.Garut. Setelah ayahnya wafat, kemudian ibunya ( Nyimas Encum ) menikah lagi dengan KH Sulaeman Apip ( Sukaregang Garut ) , dan dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : 2. Drs. H. Aceng Gofar Sekarang ( 2009 ) beliau sebagai salah seorang pejabat di lingkungan Pemda Kab. Serang Propinsi Banten 3. Drs. H.Aceng Ali Rochman, SH Beliau adalah mantan anggota DPRD Kab. Garut. Pada tahun 1998 pernah menjadi Ketua Panitya Pembangunan Aula ( Gedung Serba Guna ) Bani Nuryayi, yang sekarang telah berdiri dan dipakai pengajian rutin bulanan atau kegiatan - kegiatan Yayasan Bani Nuryayi lainnya. 4. Drs. H. Aceng Aam Sekarang ( 2009 ) sebagai Ketua LPK Sukawening. II. NY. TITI Ny. Titi adalah isteri KH Ma’mun putra KH Hasan Suryadi. Seuweu putunya akan djelaskan di belakang. III. NY. HJ. MIMING MA’SUMAH Beliau adalah isteri KH Basri putra KH Munir ( Paledang Suci ). Seuweu putunya akan djelaskan di belakang. IV. H. ACENG ABDULKARIM ( CENG IIM ) V. H. ACENG ABD. MAJID H. Abdul Majid adalah pensiunan Pengawas Pendidikan Agama Islam Kec. Garut Kota. Dansekarang beliau beserta keluarganya tinggal di daerah Sukaregang. Dari isternya ( Nyimas Nonok Umanah ), beliau dikaruniai 7 orang putra, diantaranya : 1. Ny. Elis Nurhayati 2. Moch. Faizal Rahman VI. KH.ACENG BAKUR A4.1.1.2. KH. MARJUKI Adapun KH Marjuki atau Enjuk, beliau adalah menantu KH Rd. Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ) putra Kyai Rd.Moh. Irfan ( Cibolerang ) keturunan Kyai Rd.Jafar Sidik ( Embah Wali Cibiuk Limbangan ). Mertua istri KH Marjuki ( Nyimas Momoh Fatimah ), masih keturunan Nyimas Junnah putra Nyimas Kafiyah ( Bani Nuryayi ). Dari Nyimas Maemunah putra KH Rd. Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ), KH Marjuki dikaruniai 3 orang putra, diantaranya : 1 . Ny. Hj.Nunu 2. KH Aceng Ahmad Nahrowi 3. Aceng Nanang Dari garis ibunya ( Nyimas Maemunah ), KH Aceng Amad Nahrowi adalah saudara sepupu KH Rd.Ibrahim Iskandar putra Nyimas Oting Fahitah/ KH Rd. Ene – PP Burujul Limbangan dan KH Aceng Solih putra K Rd. Abdul Karim/ Nymas Epon Sya’adah - PP Sodong Sucinaraja ). KH Aceng Ahmad Nahrowi ( Ceng Mamad ) adalah sesepuh Pondok Pesantren Al Falah Awat ( Jalan Raya Cibiuk ). Dan beliau adalah menantu KH.Uci Muksin ( Cibunar ). Dari Ny.Hj. Enok putra KH Uci Muksin, beliau dikarunia 5 orang putra,yaitu : 1 ). Ny. Ema 2 ). Ny. Eka Isteri Kya Rd. Atang Badrutaman putra KH Rd.Usman- Sadang Sucnaraja. 3 ). Ny. Sifa 4 ). Enceng 5 ). Encep. Seuweu siwi KH Ijro’i putra KH Moh. Roji ( Sukamanah ) dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Drs. H. Aceng Ali Rohman SH - Sukaregang - KH Ahmad Nahrowi - PP Al Falah Awat Cibiuk - Ny. Hj. Nunuh Nurhayati putra KH Basri - PP Fauzan Sukaresmi - Ny.Rina Haerani binti H Aceng Abdul Majid - Sukaregang Garut A4.1.2. KH ABDUL MANAN KH Abdul Manan putra KH Moh. Roji adalah menantu KH Abdullah Mukilam/Nyimas Junnah ( Nyimas Junnah adalah saudara misan KH Moh.Roji – Pen. ). KH Abdul Manan dengan Nyimas Emeh Jubaedah putra Nyimas Junnah, dikarunai 3 orang putra, yatu : 1. H. Holil, 2. H.Mukhtar 3. Ny. Hj.Muslimah. A4.1.2.1. H.HOLIL Dari perkawinannya dengan Ny. Hj. Maemunah, H. Holil mempunyai 3 orang putra, yaitu : I. NY. HJ. ST.HAMDANAH Ny. Hj. St.Hamdanah adalah isteri KH Saja putra A. Sobandi. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. II. SUPYAN SAURI ( Tidak ada data ) III. MOH. MISBAH Pada tahun 1940, beliau bekerja di Pertamina Kalimantan. Moh. Misbah menikah dengan orang asal Jawa Timur dan dikaruniai 5 orang putra, diantaranya yaitu : 1. Ny. Marni ( Cigadog ) Ibunya H. Mamat At Tamam SAg ( Kepala MIS PUI Cigadog Kec.Sucinaraja Garut ) 2. Ubed - Paledang 3. Memed - Cisurupan A4.1.2.2. H. MUHTAR Dari pernikahannya dengan Ny. Hj.Maryam, H.Muktar dkarunai 12 orang putra, diantaranya : I. NY. HJ. IKAH LATIFAH Dari pernikahannya dengan Aceng Emod Abdurahman, beliau dikaruniai 7 orang putra, 2 diantaranya yatu 1. KH Abas Somantri ( Cibiuk ) dan 2. KH. Basir Beliau dahulu adalah sesepuh ( PP Al Hikmah Desa dan Kecamatan Karangpawitan ). Setela wafat pada tahun….. PP Al Hikmah dipimpin oleh putranya, yaitu Agus Basir, SPdi. II. NY. HJ. IPAH SYARIFAH Beliau adalah menantu KH Majudin, sesepuh PP Tanjungpura Girang ( sekarang PP Himmatul Aliyah Tanjung pura Girang ). Sekarang tinggal bersama suaminya ( KH Momon Abdurahman ) di Kampung Rawa Karangpawitan. Seweu siwinya akan dijelaskan di belakang. III. Drs. KH ENDANG RIDWAN Beliau adalah mantan Pengawas Pendidikan Agama Islam Kec. Karangpawitan Garut, dan sekarang beliau sebagai Ketua Yayasan Bani Nuryayi Cabang Kab. Garut dan sesepuh PP Suci. Beliau beserta keluarganya tinggal dan menetap di PP Suci Garut. Dari pernikahannya dengan Ny. Hj. Rohaeti, beliau dikarunai 7 orang putra, 3 diantaranya adalah : 1. Drs. Aceng Asep Ridwan, MPd Guru Agama Kec. Karangpawitan Kab. Garut. 2. Daud Muhtar 3. Deden Zenal Mustopa A4.1.2.3. NY. HJ. MUSLIMAH Beliau adalah menantu dari Mama Mahalli ( Cianjur ). Dari penikahannya dengan KH Hasbullah putra Mama Mahalli, Ny. Hj. Muslimah melahirkan 7 orang putra, diantaranya adalah 1. KH Noor 2. H.Mustopa 3. KH Zaenal Arif 4. K.H. Rd. Elly Jalaludin Mahalli. KH Rd. Elli Jalaludin Mahali adalah sesepuh Pondok Pesantren Istiqlal Cianjur. Beliau juga sampai sekarang ( 2009 ) adalah Ketua Umum Pusat Yayasan Bani Nuryayi. Beliau adalah perintis Pembangunan Mesjid disamping Bangunan Pondok Pesantren Terpadu Bani Nuryayi. Di kompleks PP Terpadu Bani Nuryayi ini, setiap tahun dipakai untuk acara Halal Bihalal Keluarga Besar Bani Nuryayi dari seluruh daerah Kab. Garut dan kota-kota besar lainnya ( Bogor, Sukabumi, Cianjur, Jakarta, Purwakarta dll ). Pada setiap Hari Kamis awal bulan, di Pondok Pesantren Terpadu Bani Nuryayi tsb, diadakan acara pengajian yang dipimpin oleh KH. Rd. Elly Jalaludin Mahalli. Beliau dari isterinya ( ?),dikaruniai 3 orang putra, yaitu : 1 ). Rd.Moh. Ajidin 2 ). Ny. Rd.Jamilah 3 ). Ny. Rd. Hodijah Seuweu siwi KH Abdul Manan putra KH Moh. Roji ( Sukamanah ) dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Drs. KH Endang Ridwan putra H.Muchtar - Suci - Drs. Aceng Asep Ridwan MPd putra Drs. KH Endang Ridwan- Suci - Moh. Aliyudin putra KH Momon Abdurahman- Jl. Guntur Garut - Aceng Agus Basir Spdi putra KH Basir – Kr.Pawitan - KH Rd. Elly Jalaludin Mahalli - Cianjur . A4.1.2.4. Erom Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya A4.1.2.5. Ny. Iyut. Beliau adalah menantu dari KH Musa ( Ateken – Jawa )/ Nyimas Enol. Ny. Iyut dan suaminya A.Jenal Arif tinggal dan menetap di daerah Sukaraja Karangpawitan Garut. A4.1.2.6. KH. Abdul Majid. KH Abdul Majid mempunyai 2 orang putra, diantaranya ; 1. Ny. Hadijah Nymas Kanah putra Nyimas Hadijah,melairkan seorang puta, yaitu : Kol.Purn. H. Asep Moh. As’ad. Beliau adalah salah satu dari para pendiri Yayasan Bani Nuryayi. Menurut riwayatnya, beliau adalah pendiri PP Darul Ulum Sukaraja, yang sekarang sesepuhnya adalah Drs.KH. Rd. Deden Abdul Hakim putra KH Rd. Totoh Muhyiddin ( keturunan Limbangan ). A4.1.2.7. H.Ilyas Menurut catatan yang ada, beliau mempunyai seorang putra, yang bernama Piya. Seuweu siwi beliau, tidak ada catatan riwayat dan rundayannya A4.2. KH HASAN BASORI. KH Hasan Basori putra KH. Muh. Salim, adalah pendiri dan sesepuh Pondok Pesantren Kiarakoneng. Pondok Pesantren ini adalah salah satu Pondok Pesantren terkenal di daerah Suci Kaler pada pertengahan abad 19 M. Diantara para santri yang pernah “ masantren “ di Pondok Pesantren Kiarakoneng, adalah KH Hasan Mustapa ( seorang ulama sekaligus sebagai salah seorang sastrawan Sunda yang terkenal pada tahun + 1875 M ). Beliau pernah diangkat sebagai Penghulu di Aceh, dan kemudian menjadi Penghulu Bintang Bandung + 1860 M ). Menurut riwayat, beliau adalah putra Mas Sastramanggala/ Haji Usman/ Camat Cikajang ( saat itu termasuk Kab. Sukapura ) keturunan Bupati Parakanmuncang Tumenggung Wiratanubaya. Ibunya Nyimas Salpah (Emeh ) putra Mas Kartapraja ( Camat Cikajang ). Menurut salah satu sumber Mas Kartapraja masih keturunan Dalem Pagerjaya Suci Garut. Tadinya oleh Karell Frederik Holle, Hasan Mustapa kecil akan disekolahkan ke sekolah Belanda, namun oleh ayahnya beliau dititipkan kepada KH. Hasan Basori di PP Kiarakoneng Suci Garut. Menurut riwayat KH Hasan Basori adalah ahli qiro’at. Hasan Mustopa kecil belajar Al Qur’an kepada gurunya KH Hasan Basori, sampai beliau hafidz Al Qur’an. Selanjutnya setelah “ masantren “ di PP Kiarakoneng, beliau belajar dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab ( Nawu dan Syaraf ) kepada Rd. H. Yahya ( Penghulu Garut ) keturunan Sumedang/ Limbangan. Selain KH Hasan Mustapa, juga Snouk Hurgronye ( penasehat pemerintah Hindia Belanda ) pernah “ nyantri “di PP Kiarakoneng pimpinan KH Hasan Basori. Masjid Jangkung peninggalan KH Hasan Basori, sampai sekarang (2009 ) masih tetap berdiri dan diperkirakan usia ” Mesjid Jangkung “ tersebut adalah + 150 tahun. KH Hasan Basori wafat pada tanggal 24 Muharam 1288 H/ 1861 M dengan meninggalkan 6 orang putra, yaitu : A4.2.1 . KH HOLIL ( Kiarakoneng ) Menurut Moh. Akil, bahwa KH Holil mempunyai seorang putra yaitu Ny.Hj. Salamah. A4.2.1.1. NY. HJ. SALAMAH Dari pernikahannya dengan KH. Hasan Suryadi, Ny. Hj. Salamah melahirkan 3 orang putra, yaitu : KH. Ma’mun, Nyimas Lilis dan KH Dadang Soleh Fakih. I. KH MA’MUN. KH Ma’mun adalah menantu dari KH Yahya dan KH Hadori. Dari Ny. Hj. Titi putra KH Yahya dan Ny. Enuh Nurmadaniah, beliau dikaruniai 7 orang putra, diantaranya : 1. Ny. Dedeh Nurmadaniah 2. Ceng Endan 3. Cecep Abubakar 4. Ny. Elis Nunu Zahro II. NYIMAS LILIS Sebagamana telah dijelaskan oleh Kyai Moh. Akil kepada penulis, bahwa Nyimas Lilis ( ibunya ) menikah dengan KH Karnaen (asal Cirebon ) dan melahirkan 3 orang putra,yaitu : 1. Kyai Moh. Akil Beliau sendiri ( Kyai Moh. Akil ) yang tinggal dan menetap di Kiarakoneng Kaler ( Kelurahan Suci Kaler Kec.Karangpawitan ) setelah menikah dengan Ny. Hj.Enah, dikaruniai 4 orang putra. 2. Nyimas Juariah Nyimas Juariah menikah dengan KH Rd. Totoh Abdul Fatah Muhyiddin putra KH Abdurahman/ Ny. Rd. St. Aini Maliki ( KB Cikelepu Limbangan ). Sekarang Nyimas Juariah tinggal dan menetap di kompleks PP Darul Ulum Sukaraja Karangpawitan. Sekarang ( 2009 ) sesepuh PP Darul Ulum adalah Drs.KH.Deden Abdul Hakim putra sulung KH Rd. Totoh Abdul Fatah Muhyiddin ( alm ). Nyimas Juariah dari KH Rd. Totoh Abdul Fatah Muhyiddin melahirkan 8 orang putra, dantaranya adalah : 1 ). Rd. Nanang Maulany Spdi. III. NYIMAS HJ. EUTIK. Adapun Nyimas Eutik dikarunai 6 orang putra, diantaranya adalah 1. Jamil Seuweu siwi KH Holil putra KH Hasan Basori dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Kyai Mh. Akil – Kiarakoneng Kaler Suci. A4.2.2. NY. HJ.MARYAM Sebagaimana dituturkan oleh Ny. Hj. Mimah Salamah putra KH Dadang Soleh Fakih di Sukadana Garut, bahwa Ny. Hj. Maryam yang terkenal dengan sebutan “ Ambu Abring “, dari suaminya Moh. Ilyas beliau melahirkan 5 orang putra, diantaranya adalah : A4.2.2.1. AMBU IJOH Ambu Ijoh putra Ambu Abring/ Moh. Ilyas menjadi menantu KH Abdul Wahab. Dari KH Adro’i putra KH Abdul Wahab, melahirkan seorang putra, yaitu KH Umar Basri atau Mama Fauzan. Sejarah / Riwayat dan rundayan Putra-putra dari KH Umar Basri ( Mama Fauzan ) telah penulis jelaskan di atas ( II.1 ). A4.2.2.2. KH GOZALI KH Gozali putra Moh. Ilyas/ Ambu Abring dari kedua isterinya ( Ny. Ejot dan Ny.Iti ), dikaruniai 8 orang putra, satu diantaranya adalah : I. NY. ONIH. Ny. Onih menikah dengan Somadiwangsa ( asal Malangbong ) dan melahirkan 9 orang putra, diantaranya : 1. Maden Maden putra Somadiwangsa/ Ny. Onih, menjadi menantu dari KH. Ma’mun ( Sukaregang ) sedangkan H. Dading Somadiwangsa menjadi menantu saudaranya KH.Ma’mun, yaitu KH Dadang Soleh Fakih. Ny. Hj. Euis Aisyah putra KH Ma’mun dari Maden, melahirkan 5 orang putra, diantaranya : 1 ). H. Azis Abd. Mazid 2 ). Dani Wardana 3 ). Taofiqqurohman. 2. H. Dading Somadiwangsa Ny. Hj. Mimah Salamah putra KH Dadang Soleh Fakih dari H. Dading Sumadiwangsa melahirkan 4 orang putra, diantaranya : 1 ).Ny. Leni Maryam 2 ). Moh. Diki Sodikin SE. Keluarga Maden dan H. Dading Sumadiwangsa, tinggal dan menetap di kompleks PP Sukadana Garut. A4.2.3. KH. MUHAMMAD ( Cibunut ) Sebagaimana diceritakan oleh Kyai Moh. Akil, bahwa KH Muhammad putra KH Hasan Basori adalah pendiri PP Balong ( Cimasuk Suci Garut ). Beliau terkenal dengan sebutan Mama Jabal. KH Muhammad ( Mama Jabal ) dikaruniai 5 orang putra, yaitu : 1. KH Salim 2. KH Abdullah Mansur ( Ceng Uleh ) 3. KH Ahmad 4. Ny. Hj. Hadijah 5. KH Shiraj A4.2.3.I. KH SALIM KH Salim menggantikan ayahnya sebagai sesepuh PP Balong Suci. KH Salim putra KH Muhammad ( Mama Jabal ) wafat di Mekah ketika sedang melaksanakan ibada haji. Beliau dikaruniai 14 orang putra,diantaranya : 1. KH Aceng Basir 2. Aceng Akil 3. KH Abdul Hafid ( Epe ) 4. Abdul Wahid ( Ohid ) 5. Aceng Jamil 6. H.Haedar 7. Abduraman 8. H.Tamim 9. Aceng Sholeh I.KH Abdul Hafid ( Epe ) dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1. Ny. Hj. Hamdanah 2. KH. Utang Fadlulloh KH Utang Fadlulloh sekarang ( 2009 ) menjadi sesepuh PP Balong Suci Karangpawitan. KH Rd. Utang Fadlulloh dari isterinya, dikarunia beberapa orang putra, diantaranya yang sulung bernama Aceng Muh. Rif’at. A4.2.3.2. KH ABDULLAH MANSUR ( Ceng Uleh ) Sebagaimana dituturkan oleh salah seorang cucunya ( Ny. Dra. Hj. Eva Edari putra Kanda Atmaja/Ny. Hj. St. Jauhariah ( Ma Ojoh ), yang kebetulan teman seangkatan penulis di SMAN Garut ( 1967 ), bahwa KH Abdullah Mansur mempunyai 5 orang putra, yaitu : I. Ny. Hj. St.Julaeha / Ma Eha. II. Ny. Hj. St. Jauhariah / Ma Ojoh III. Ny. Hj. Jawahir /Ma Oja IV. KH Umar Basr/Aceng Emn V. KH Hasbi / Aceng Abi Dari kelima putranya, yang tercatat hanya dari keluarga Ma Ojoh ( Ny. Hj. St, Jauhariah ). Dari keluarga Ma Ojoh ( Ny. Hj. St. Jauhariah ) yang penulis kenal dan akrab adalah Kang Karna ( H.Soekarna ND ) dan istrinya Ny. Hj. Yati RD ( putra H. Iton Damiri ), ketika tahun 1966 sama-sama aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia/ PII/ KAPPI. Ny. Hj. St.Jauhariah ( Ma Ojoh ) dari Bapak Kandaatmaja, yang tinggal di Jalan Ciledug Garut, melahirkan 9 orang putra, diantaranya : 1. H. Soekarna ND Beliau pada tahun 1965 adalah sebagai pengurus wilayah Pelajar Islam Indonesia ( PII ) wilayah Jawa Barat. Pada tahun 1966 beliau adalah pendiri Rado Hanura sebagai cikal bakal Studio Radio Antares Garut . Beliau adalah menantu H. Iton Damiri, yang saat itu sebagai seorang pengusaha dodol Garut “ Picnic “. 2. Ny. Dra. Hj. Eva Edari Pensiunan Kepala SMPN Cilawu III Garut. Beliau adalah teman penulis ketika di SMAN Garut ( 1964 - 1967 ). A4.2.4. ISTERI KYAI CINUNUK ( Bandung ). Menurut catatan Rundayan Silsilah, bahwa isteri Kyai Cinunuk adalah masih putra KH Hasan Basori ( Kiarakoneng Suci ). Cucu beliau, yaitu : I. KH HOLIL Menurut catatan, KH.Holil adalah sesepuh di daerah Cinunuk Ujungberung Bandung. Beliau dikarunai 8 orang putra, yatu : 1. H. Ishak Salah seorang cucunya,yatu H.Muslim 2. H. Suja’i Beliau menikah dengan Ny.Hj. Fatimah, dan dikaruniai 3 orang putra, diantaranya H. Tosin. 3. KH Sulaeman N Beliau menikah dengan Ny. Hj. Maemunah, dan dikarunai 4 orang putra, diantaranya : KH Ayi Sulaeman Toha dan KH Agus Sulaeman Badrudin 4. H. Hasbullah Beliau menikah dengan Ny. Hj. Rukayah, dan dikarunai 9 orang putra, diantaranya : H. Abidin dan H.Encep 5. H. Dimyati Beliau menikah dengan Ny. Hj. Uwem, dan dikarunai 11 orang putra, diantaranya : R. Dadang dan H.Ikin 6. KH Abdul Latief Beliau menikah dengan Ny. Hj. Halimah, dan dikarunai 5 orang putra, yaitu : Mh. Zein, KH Ali Ridwan, KH Abdul Kodir, KH Harun dan KH Atang. Salah seorang cucunya adalah Ir. Surya Panunggal putra dari Moh. Zein. Dari Ir. S. Surya Panunggal putra Muhammad Zein penulis menerima Daftar Silsilah Rundayan KH Holil ( Cinunuk Bandung ). Penulis beserta Ir. Surrya Panunggal datang ke saudaranya di PP Kanapan Sukaresmi dan menceritakan riwayat dari pesantren tersebut. 7. KH Osep Beliau menikah dengan Ny. Hj. Kulsum, dan dikarunai 3 orang putra, diantaranya : Aceng Hadin dan Aceng Ikon 8. H. Amin Beliau menikah dengan Ny. Hj. Nonih, dan dikarunai 7orang putra, diantaranya : Aceng Iing, Aceng Aap, Aceng Agis, Aceng Basir dan Aceng Asif. A4.2.5. KH MUNIR Penulis mengenal keluarga besar KH Munir, adalah atas petunjuk dari Bapak H. Aceng Abdul Majid putra KH. Yahya ( Sukaregang Garut ). Di rumah H.Muhyidin ( Paledang Suci ), penulis mendapat penjelasan tentang keluarga H. Jaenudin putra KH Munir, dari Nyimas St. Aminah putra H.Muhydin. Nyimas St. Aminah dan keluarganya tinggal di Bandung. Ketka itu ( Nopember 2008 ) Nyimas St. Aminah kebetulan sedang berada di rumah orang tuanya di Paledang Suci. Selanjutnya Rundayan Silsilah KH Munir, penulis menerma langsung dari teman penulis ( Farid Sulaeman SAg – Cigadog Wanaraja ), ketika penulis datang ke rumahnya di Kp.Cigadog Sucinaraja Garut. Kemudian ke rumah ada titipan ( Silsilah Rundayan KH Munir ) dari Bapak Drs. Aas Kusdiana putra H.Jaenudin ( Guru SMPN Karangpawitan ). Menurut catatan Rundayan Silsilah, bahwa KH. Munir dari isterinya Ny. Hj. Hasanah dikarunai 7 orang putra, diantaranya adalah : A4.2.5.1. NY. HJ. SA’ADAH Ny. Hj. Sa’adah dari H. Sadeli ( Cikabuyutan ) melahirkan seorang putra, yaitu 1. H. Falah ( Ciherang ). Setelah H. Sadeli wafat, beliau menikah lagi dengan H. Rosadi dari Bentar dan melahirkan seorang putra, yaitu : 2. Mahmud ( Paledang ). A4.2.5.2. NY. HJ. ATIKAH Menurut Farid Sulaeman, bahwa Ny. Hj. Atikah sebelum menikah dengan ayahnya ( KH Mu’man Cigadog ), beliau menikah dengan Memed dari daerah Rawa Karangpawitan dan melahirkan seorang putra yang bernama : I. Nyi Aminah. Dari KH Mu’man ( Cigadog ), Ny. Hj. Atikah melahirkan 9 orang putra, diantaranya II. U. Jahrudin Pensiunan Guru Agama Kec. Karangpawitan, dan sekarang tinggal di Paledang Suci Kec. Karangpawitan. III. Farid Sulaeman SAg. Pensiunan Pengawas Pendais Kec. Cibatu, dan sekarang tinggal di Kp. Cigadog Kec. Sucinaraja Garut. A4.2.5.3. KH. JAENUDIN Sebagaimana telah dijelaskan oleh Nyimas St. Aminah, bahwa dari dua orang isterinya ( Ny. Hj. Faoziyah dan Ny. Hj. Asum ) KH Jaenudn mempunyai 6 orang putra, dantaranya adalah I. H. Muhyddin II. Drs. Mumad Kustaman Mantan Kepala UPTD Kec.Karangpawitan Garut tinggal di Jl. Raya Karangawitan ( Kp. Paledang Suci Garut ). III. Bakir Jaenudin Sekarang ( 2009 ) Kepala TU SMPN 2 Kr.Pawitan IV. Drs. Aas Kusdiana Sekarang ( 2009 ) sebagai Wakil Kepala SMPN 1 Kr. Pawitan Garut. A4.2.5.4. KH. BASRI KH Basri putra KH Munir sebagamana telah dijelaskan diatas, bahwa beliau adalah menantu KH Yahya ( Sukaregang ). Dari Nyimas Hj.Miming Ma’sumah putra KH Yahya, KH Basri dikaruniai 9 orang putra, diantaranya : I. Drs. Zaenal Abidin II. Drs. Mu’man. III. Ny. Ipah Afifah Menurut berita tulisan ( sms ) dari Muh. Muhibuddin yang tinggal di Jawa Timur ), bahwa ibunya Ny.Ipah Afifah putra KH. Basri menikah dengan H. Mahfud asal Jawa Timur, dan dikaruniai 7 orang putra ( semuanya tinggal di Jawa Timur ), yaitu : 1. M. Muhibuddin 2. Tajudin ssubqy 3. Yusuf Zainal Qubro 4. Ibn Athoillah 5. Ahmad Fathoni 6. Khairul Umam 7. Syahrulloh Muh. Muhibuddin putra H. Mahfud adalah adik ipar K.H.Aceng Aam (PP Fauzan Sukaresmi Garut ). Lihat di atas. IV. Ny. Hj. Nunuh Nurhayati Ny. Hj. Nunuh Nurhayati adalah isteri KH. Aceng Aam Mumad (Sesepuh PP Fauzan Sukaresmi Garut ). Lihat di atas. Dari dua isteri lainnya ( Ny. Piyah dan Ny. Ipoh ) mempunyai 3 orang putra, diantaranya III. Asep Ma’mur ( Rawa ). IV. Nyimas Masriyah A4.2.6. AMBU SOMPOK Menurut catatan dari H. Dading Somadiwangsa, bahwa Ambu Sompok adalah putra KH Hasan Basori. Dari putranya Ambu Edah, Ambu Sompok dikaruniai 3 orang cucu, yaitu : 1. KH Nasuki 2. Ambu Eyoh 3. Ambu Encih Seuweu siwi KH Hasan Basori putra KH. Muh. Salim, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber data : - Kyai Moh. Akil ( Kiarakoneng Kaler ), - KH Rd. Utang Fadlulloh ( Bojong ), - Ny.Dra.Hj. Eva Edari ( Tarogong Kidul Garut ), - Ir. S. Surya Panunggal (Simpang Bayongbong ), - H. Dading Somadiwangsa ( Sukadana Garut ) dan - Keluarga KH Jaenudin ( Paledang Suci ). A4.3. NYIMAS HJ. JUBAEDAH ( AMBU WAEDAH ). Menurut riwayat, bahwa Nyimas Hj. Jubaedah atau Ambu Waedah yang wafat pada tahun 1243 H / 1837 M dikaruniai 5 orang putra, yaitu : A4.3.1. NYIMAS ENOL Nyimas Hj. Jubaedah atau Ambu Waedah pertama kali menikah adalah dengan saudara sepupunya, yatu H. Hasan atau Alyasan putra Nyimas Kafiyah. Dari H. Hasan atau Alyasan, Nyimas Hj. Jubaedah melahirkan seorang putra perempuan, yaitu Nyimas Enol ( lahir + 1800 M ). Riwayat dan Silsilah Rundayan Seuweu siwi H.Hasan atau Alyasan dari Nyimas Hj.Jubaedah akan dijelaskan di belakang. ( LIhat A8.1.1. ) A4.3.2. KH ABDURROHIM ( Dangdeur ) Menurut catatan KH Ejeb Burhanudin, bahwa Nyimas Hj. Jubaedah dari pernikahannya dengan ama Tegal, telah melahirkan seorang putra,yaitu KH Abdurohim ( Dangdeur ). Menurut salah seorang cucu KH Abdurohim ( Ny. Mimin Ma’mulah – Dangdeur ), yang kebetulan penulis mengenal beliau, bahwa dari pernikahannya dengan Ny.Hj. Hamidah, KH Abdurohim dikarunai 5 orang putra, yaitu : 1. Ny. Hj. Mardiyah 2. Aceng Ahmad Amin 3. Ny. Ecin 4. Ny. St. Mulkiyah 5. KH Muh. Hudori A4.3.2.1. NY. HJ. MARDIYAH Ny. Hj. Mardiyah berdasarkan Buku Silsilah Keluarga Besar Buya Haji Siddik ( Ama Sukarasa – Pangatikan ), bahwa Ny. Hj. Mardiyah adalah menantu dari Buya Haji Siddik ( kakek dari garis ibu alm. KH Yusuf Tauziri – Wanaraja ). Ny. Hj. Mardiyah putra KH Abdurrohim dari suaminya H. Adra atau KH Masduki melahirkan 6 orang putra, yaitu : I. H. Anwar, II. H.Umar, III. H. Abdul Kodir, IV. H. Ahmad Zen ( H. Zaeni ), V. Ny. Hj. Enok VI. Ny. Hj.Oten Bustonah. Menurut Ceu Faridah putra Ny. Hj. Enok ( Ny. Hj. Faridah isteri H. Arman Efendi – Sukaregang), bahwa KH. Masduki dan keluarganya, menetap dan bertempat tinggal di Johor Malaysia. Menurut Ceu Faridah, dari H. Arman Efendi, beliau melahirkan 6 orang putra yaitu : 1 ). Ny. Dra. St.Nurlaela, 2 ). Ny.Yati Nurhayati, 3 ). Ir. Muh.Nurdin, 4 ). Ny.Susi Susilawati, 5 ). Ahmad Nurzaman dan 6 ). H. Mansur. A4.3.2.2. ACENG AHMAD AMIN Menurut Ibu Mimin, beliau kurang mengetahui seuweu siwi dari Aceng Ahmad Amin. A4.3.2.3. NY. ECIN Demikian juga halnya seuweu siwi Ny. Ecin A4.3.2.4. NY. ST. MULKIYAH Ny. St.Mulkiyah putra KH Abdurohim, dikarunai 5 orang putra, diantaranya : I. H. Yusuf dan II. Ny. Mimin Ma’nunah. A4.3.2.5. KH. MUH. HUDORI Beliau adalah sesepuh PP Dangdeur Karangpawitan, yang setelah wafat dilanjutkan oleh KH. Moh.Bakir, dan sekarang ( 2009 ) PP Dangdeur dikelola oleh putra sulung KH. Muh.Bakir, yaitu Aceng Agus Abas. Ketika ditemui di rumahnya, Aceng Agus Abas menjelaskan riwayat dan rundayan silsilah KH Muh. Hudori dan ayahnya KH Moh. Bakir. KH. Muh. Hudori dari isterinya ( Ny. St. Maemunah ) mempunyai 3 orang putra, diantaranya : I. Nyimas Euis Logayah Tidak ada data riwayat dan rundayannya. II. KH Moh. Bakir. Adapun KH Moh. Bakir dari isterinya ( Ny. Hj. Uun ) mempunyai 14 orang putra, diantaranya 1. Aceng Agus Abas Aceng Agus Abas sekarang sebagai sesepuh PP Dangdeur Karangpawitan Garut ( di belakang MAN 1 Garut ). 2. Aceng Ahmad Zahid. Aceng Ahmad Zahid adalah menantu dari KH. Rd. Aten Faturohman, kakak ipar dari KH Rd. Amin Muhyiddin ( Ceng Mimin ) sesepuh PP Asy Sya’adah Randukurung Limbangan. Seuweu siwi KH Abdurrohim ( Dangdeur ) putra Ama Tegal dengan Nymas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber data : - Ny. Mimin BA, - Aceng Agus Abas - Dangdeur dan - Ny. Hj. Faridah, isteri H. Arman Efendi – Sukaregang. A4.3.3. KH ABDULLAH Adapun putra Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) dari Ama Pekalongan adalah KH. Abdullah, yang menurut catatan beliau mempunyai 4 orang putra, yaitu I. KH. Ma’mun, II. H. Endang, III. KH.Emon V. Ny. Eneh. A4.3.4. KH MAJUDIN Putra Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) dari Ama Solihun, menurut catatan mempunyai seorang putra, yaitu KH. Majudin. Seuweu siwinya dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. A4.3.5.KH.MOH. ADRO’I Lihat A2.1.1. di atas. A4.4. MUH. HUSAIN ( Tanjung Kamuning ) Mengenai Muh.Husain, yang berdasarkan catatan tinggalnya di Tanjung Kamuning Tarogong. Tetapi data riwayat dan rundayannya belum diketemukan. A5. KH MUH. NURSA’ID Berdasarkan catatan KH Rd. Ma’mun Abdul Gani dan temuan penulis dari hasil silaturahmi ke beberapa tempat dan daerah, diriwayatkan bahwa KH Muh. Nursa’id adalah putra Embah Nuryayi yang tinggal dan menetap di daerah Sagaranten Pasirjengkol Sukawening. Menurut riwayat sepuh, bahwa dahulu di daerah Eureun Sono telah berdiri sebuah sebuah pesantren. Ada kemungkinan bahwa sesepuhnya adalah KH Muh. Nursa’id putra Embah Nuryayi Suci. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sekarang, bahwa makam Dalem Sutamerta berada di belakang makam KH Nursa’id. Dalem Sutamerta adalah yang memimpin Kadaleman Eureun Sono pada awal abad 18 M. Beliau adalah putra Dalem Mertasinga ( Bupati Limbangan 2, 1678 – 1726 M ). Ketika ayahnya wafat, Dalem Sutamerta tidak menjadi Bupati Limbangan meneruskan ayahnya, karena yang diangkat sebagai Bupati Limbangan adalah Dalem Wangsadita I ( 1726 – 1740 M ). Kadaleman Eureun Sono pada awal abad18 M termasuk wilayah Kabupaten Limbangan, yang menurut Sajarah Limbangan, saat itu pusat pemerintahan Kab.Limbangan dipindakan dari Pasirhuut ke kota Limbangan (sekitar alun-alun Limbangan sekarang ). Juga sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Aep Saeful Millah putra Muh. Ondi Jaelani ( Tanjungpura Karangpawitan ), bahwa Nyimas Romlah isteri dari KH Muh. Nursa’id adalah putra KH. Rd.Nurhasyim dengan Nyi Rd. Ayu Fatimah ( Cibiuk ). Menurut silsilah KH Rd. Nurhasyim ( Kyai Cibiuk ) adalah putra dari Dalem Sutamerta ( Eureunsono ). Menurut catatan silsilah rundayan susunan KH Rd. Ma’mun Abd. Ghani dan menurut catatan KH. Ejeb Burhanudin ( sesepuh PP Cidahu ) bahwa putra - putra dari KH Muh. Nursa’id, adalah sebagai berikut : 1. KH Rd.Moh. Arif ( Sadang ) 2. Embah Manjahbeureum. 3. Embah Jaksa 4. Ambu Dawiyah A5.1. KH. RD. MOH. ARIF Menurut riwayat, KH Rd. Moh. Arif adalah pendiri dan sesepuh Pondok Pesantren Sadang. Pada jamannya Pondok Pesantren ini sangat terkenal, bahkan sampai ke luar Kab. Garut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya alumni dari pesantren Sadang, yang menjadi Kyai/Ulama dan mendirikan beberapa pondok pesantren di daerah Garut maupun di luar Kab. Garut. Ciri khas pesantren Sadang sejak KH Rd. Moh. Arif sampai dengan sekarang ( 2009 ) adalah bidang pengajaran “ Al fiyah” disamping bidang-bidang pelajaran agama Islam lainya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Kyai Rd. Atang Badrutaman, bahwa KH. Rd. Moh. Arif ( Mama Sadang Sepuh ) dkaruniai 4 orang putra, yaitu 1. Eteh Sodong 2. Eyang Iyut 3. KH Rd. Yusuf 4. KH Rd. Moh. Abdurahman A5.1.1. ETEH SODONG Panggilan Eteh Sodong, kemungkinan diberikan oleh saudara-saudaranya dan beliau tinggal dan menetap di daerah Sodong. Daerah Sodong berada ke arah sebelah Timur dari Pondok Pesantren Sadang. Daerah Sodong masih termasuk wilayah Desa Sadang. Eteh Sodong dengan suaminya H. Dadang, dikarunai 3 orang putra, diantaranya : 1. Kyai Asy’ari 2. H. Abdullah. A5.1.2. EYANG IYUT Eyang Iyut putra KH Rd. Moh. Arif menikah dengan keturunan Sukapura, yaitu Rd. Jamsari. Dari Rd.Jamsari, Eyang Iyut melahirkan 4 orang putra, diantaranya : A5.1.2.1. Ny. Rd. Aslimah. Ny. Rd. Aslimah menikah dengan H. Arsad putra Eyang Abdurahman dari Kadugede Kuningan. Ada kemungkinan pada awalnya H. Arsad datang dari Kadugede Kuningan dengan maksud “ masantren “ di Pondok Pesantren Sadang, yang pada akhrnya menjadi menantu Eyang Iyut putra KH Rd. Moh. Arif. H. Arsad, menurut Rundayan Silsilah Eyang Abdurahman – Kuningan, adalah paman dari kakek penulis dari garis ibu, yaitu Moh. Maksudinata. Menurut riwayat , yang diceritakan langsung kepada penulis dahulu, bahwa Moh. Maksudinata ( kakek penulis ) adalah “ santri Sadang “ dan bertemu dengan nenek penulis ( Ny. Rd. Encih putra Rd. Eon keturunan Cinunuk ) yang juga “ santri Sadang “ sampai mereka menikah, dan akhirnya nenek penulis ( Nyi Rd. Encih ) dan suaminya ( Moh.Maksudinata ) tinggal dan menetap di Kampung Kaum Wanaraja, jauh dari saudara-saudaranya di Cnunuk Hilir. Menurut nenek penulis, bahwa dahulu banyak kerabat-kerabat beliau dari Cinunuk yang pergi belajar agama Islam di Pondok Pesantren Sadang. Apalagi salah satu leluhurnya menjadi menantu seorang Kyai dari daerah Sadang. ( Nyi Rd. Gedah putra Kyai Rd. Jalil ( Sadang ) adalah isteri Rd. Wangsanagara II putra Rd. Wangsanagara I dan cucu Dalem Jiwanagara I ). Dari H. Arsad, Ny. Rd. Aslimah dikaruniai 3 orang putra,yaitu : 1. Rd. Ahmad Nasuhi, 2. Nyimas Sukaenah 3. Nyima Eroh I. Rd. Ahmad Nasuhi Rd. Ahmad Nasuhi mempunyai menantu Rd.H.Syarif ( keturunan Sukapura. Ny.Rd.Mamah putra Rd. Ahmad Nasuhi dari Rd.H.Syarif, melahirkan 2 orang putra, yaitu 1. Rd.H.Jamaludin dan 2. Rd.H. Rafiudin. ( Naib Sadang - 1962 ). Rd. H. Jamaludin menjadi menantu KH.Rd. Ijra’i. Nyi Rd.Hj. Syarifah putra KH R. Ijra’I dari Rd. H.Jamaludin, melahirkan 7 orang putra, diantaranya Aceng Ici. Rd. H. Rafiudin menikah dengan Ny. Hj. St. Rohmah dan dikaruniai 8 orang putra, diantaranya Rd. H. Harun dan Rd. H.Didi ( teman penulis semasa di SMPN 2 Garut tahun 1962 ). II. Nyimas Sukaenah III. Nyimas Eroh Nyimas Eroh putra Nyi Rd. Aslimah selanjutnya tinggal dan menetap di daerah Cimalaka Wanaraja, karena dijadikan menantu sesepuh pesantren Cimalaka ( KH Tb. Aliban ). KH. Tb. Aliban datang ke Cimalaka Wanaraja, dan bersama-sama dengan Kyai Rd.Moh.Jamhari ( Eyang Cimalaka ) menjadi sesepuh pesantren Cimalaka. Keduanya adalah menantu Nyimas Dhomah putra Sembah Nuryayi Suci. Riwayat kedua tokoh sepuh Cimalaka ini, akan penulis uraikan di bawah ( keluarga Sembah Nuryayi di Cimalaka Wanaraja ). Seuweu siwi Eyang Iyut putra KH Rd. Moh. Arif dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. ( yang sumbernya antara lain dari Kyai Rd. Badrutaman, catatan Keluarga Kyai Rd. Rafiudin ( Naib Sadang ) dan lain-lain ). A5.1.3. KH RD. YUSUF Bedasarkan uraian Kyai Rd. Atang Badrutaman, bahwa kakek beliau (KH Rd. Yusuf ) dari pernikahannya dengan Ny.Hj. St. Maryam (keturunan Ragadiyem ) dikarunai 4 orang putra, yaitu KH Rd. Abdul Karim, KH Rd.Usman, Ny.Rd. St. Khodijah dan Ny. Rd. Siti Sukaesih. A5.1.3.1. KH RD. ABDUL KARIM Beliau adalah sesepuh pesantren Sodong dan menantu dari Mama Cibunar Cibatu ( KH Rd. Moh. Sayuti putra Kyai Rd. Moh. Irfan ( Cibolerang ). Dari Ny. Hj. Rd. Epon Sa’adah putra KH Rd. Moh. Sayuti ), KH Rd. Abdul Karim dikarunia 7 orang putra, diantaranya Ceng Sholeh ( KH Sholeh ) yang sekarang menjadi sesepuh di pesantren Sodong. Ketika penulis datang bersilaturahmi ke Sodong ( Nopember 2008 ), sempat bertemu dengan Ny. Hj. Rd. Epon Sa’adah ( Nini Imas – pen.) putra KH Rd. Moh. Sayuti (Mama Cibunar ), yang usianya telah sepuh. Beliau sempat menanyakan nenek penulis ( Ny.Rd. Encih ) yang beberapa tahun yang lalu telah wafat. A5.1.3.2. KH RD.USMAN KH Rd.Usman adalah sesepuh PP Riyadul Alfiyah Sadang. Pada jamannya banyak para santri yang datang dari beberapa daerah di Kab.Garut maupun dari luar Kabupaten Garut. Para alumni “Santri Sadang”, sekarang banyak yang telah menjadi Kyai dan menjadi sesepuh di beberapa pesantren. Diantaranya KH Rd. Aceng Mimar Hidayat ( sesepuh PP Urug dan juga sebagai menantu beliau ), KH Rd. Aceng Enang ( sesepuh PP Pulosari Leuwigong dan juga sebaga menantu beliau), KH Rd. Amin Muhyiddin putra KH Rd. Uding Muhyiddin/Mama Wates Anom ( sesepuh PP Asy Sya’adah Limbangan ) dan lain-lain. Beliau adalah menantu KH Ijra’i putra KH Rd. Abdurahman. KH Ijra’i secara nasab adalah adik sepupu KH Rd. Usman. Ny. Rd. Siti Atikah putra KH Rd. Ijra’i dari KH Rd. Usman putra KH Rd. Yusuf, melahirkan 8 orang putra, yaitu : KH Rd. Syarif Hidayat ( Ceng Iif), Ny. Rd. Hj. Sopiah, Ny. Rd. Lilis Aminah, Ny. Rd. St.Dalfah, Ny. Rd. St.Rodiah, Kyai Rd. Atang Badrutaman, Ny. Rd. St.Maryam dan Kyai Rd.Deden Syahd Abas. I. KH RD. SYARIF HIDAYAT KH Rd. Syarif Hidayat ( Ceng Iif ) sekarang ( 2009 ) sebagai sesepuh PP Riyadul Alfiyah Sadang. Hampir setiap hari, beliau mengajar santri-santrinya di dalam Mesjid Jami Sadang. Dalam mengajar para santrinya, beliau dibantu oleh saudara-saudaranya diantaranya Kyai Rd. Atang Badrutaman dan Kyai Rd. Deden Syad Abas, juga menantu beliau sendiri ( Rd. H. Ayep Aonullah putra KH Rd. Ahmad Masduki dari PP Al Fadilah Ciseureuh Limbangan ). Setiap tahun, setelah hari raya Idul Fitri biasa dilaksanakan acara Halal Bihalal sekaligus khaolan serta reuni para alumni “Santri Sadang “, baik santri beliau sendiri, atau santri ayah beliau ( KH Rd. Usman ). KH Rd. Syarif Hidayat adalah menantu KH Iding Jaenudin ( PP Babakanloa Cibatu ). Nyimas Enung Nurjanah putra KH Iding Jaenudin dari KH Rd. Syarif Hidayat melahirkan 6 orang putra, diantaranya: 1. Ny. Rd. Hj. Syarifah Isteri KH Udung Zakaria putra KH Emed Suhrowardi – Santiong Cicalengka. 2. Ceng Ulumuddin Suami Neng Helni putra KH Rd. Aceng Mimar Hidayat – PP. Urug Bayongbong. 3. Ny.Rd. Hj. Yeyen Mulyani Isteri Rd. H. Ayep Aonullah putra KH Rd. Ahmad Masduki – PP Al Fadilah Ciseureuh Limbangan ) 4. Ceng Uus Usman Suami Ny.Nurhayati putra KH Mansur – PP. Cigaluh Bandrek Cibatu. II. NY.RD.HJ.SOPIAH Ny. Rd.. Hj. Sopiah putra KH Rd.Usman menikah dengan KH Siroj (asal Cicalengka ) dan sekarang beserta keluaranya tinggal dan menetap di Cicalengka Bandung. Ny.Rd. Hj. Sopiah dari KH Siroj melahirkan 6 orang putra, diantaranya adalah : 1. Ceng Apipudin 2. KH Daud. III. NY. RD.LILIS AMINAH Ny. Rd.Lilis Aminah putra KH Rd.Usman menikah dengan KH Ohan (asal Cililin Bandung ) dan sekarang beserta keluaranya tinggal dan menetap di Cililn Bandung ). Ny.Rd. Lilis Aminah dari KH Ohan melahirkan 6 orang putra, diantaranya adalah 1. Ceng Dudan. IV. NY. RD.HJ.SS.DALFAH Ny. Rd. Hj. St. Dalfah putra KH Rd.Usman adalah menantu KH Deding Wajihadin ( Urug Bayongbong ) dan sekarang beserta keluarganya tinggal dan menetap di Urug Bayongbong. Ny.Rd. Hj. St. Dalfah dari KH Rd. Aceng Mimar Hidayat ( sesepuh PP Hidayatul Faizin Urug Bayongbong ) melahirkan 6 orang putra, sebagamana telah djelaskan di atas ( Point II ) V. NY. HJ.ST.RODIAH Ny. Rd.St.Rodiah putra KH Rd.Usman menikah dengan KH Asep dan sekarang beserta keluarganya tinggal dan menetap di kompleks PP Sadang. Ny.Rd.St.Rodiah dari Kyai Asep dikarunai 3 orang putra, diantaranya : 1. Ceng Hilman 2. Ceng Deden. VI. KYAI RD. ATANG BADRUTAMAN Kyai Rd. Atang Badrutaman putra KH Rd.Usman adalah menantu KH Rd. Aceng Mamad Nahrowi ( sesepuh PP Al Falah Awat Cibiuk ). Dan Neng Eka putra KH Rd.Aceng Ahmad Nahrowi beliau dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1. Ceng Azis 2. Ceng Hufin Nasirudin Dari Kyai Rd. Atang Badrutaman dan isterinya ( Neng Eka putra KH Rd. Ahmad Nahrowi ), penulis mendapatkan uraian riwayat dan rundayan silsilah Keluarga PP Sadang, Pulosari Leuwigoong, Sodong, Babakanloa Cibatu, Burujul Limbangan dlsb. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa KH Rd. Aceng Mamad Nahrowi adalah putra KH Marjuk keturunan KH Moh. Roji ( Sukamanah ) putra Embah Nuryayi Suci. Kyai Rd. Atang Badrutaman membantu saudaranya ( KHRd. Syarif Hidayat ) di PP Riyadul Alfiyah Sadang. VII. KYAI RD.SYAHID ABAS Kyai Rd. Syahd Abas putra KH Rd.Usman adalah menantu KH Aceng Muhammad ( KH Aceng Mumad – PP Fauzan Sukaremi Garut ). Kyai Rd. Syahd Abas dengan Nyimas Nenih Maemunah, saudaranya KH Aceng Aam Mumad putra KH Aceng Mumad ( PP Fauzan Sukaresmi Garut ) dikaruniai 3 orang putra, diantaranya 1. Ceng Nizan intidhom Kyai Rd. Syahd Abas tinggal dan menetap di kompleks PP Riyadul Alfiyah. VIII. NY. RD. ST.MARYAM Ny. Rd. St.Maryam ( Neng Iceu ) putra KH Rd.Usman menikah dengan KH Rd. Aceng Enang putra KH Uci Muksin ( Cibunar )/ Ny. Rd. St. Khodijah dan sekarang beserta keluarganya tinggal dan menetap di kompleks PP Pulosari Leuwigoong. Riwayat dan rundayan KH Rd. Aceng Enang nanti akan djelaskan di bawah. A5.1.3.3. NY. RD. HJ.SITI HODIJAH Ny. Hj. Rd. St. Hodijah adalah saudaranya KH Rd. Usman putra KH Rd. Yusuf ( Sadang ). Beliau adalah menantu KH Rd. A.Nahrowi/Ny.Rd.St.Sarah bertempat tinggal di Cibunar Cibatu. Ny.Hj. Rd. St. Hodijah dari KH Rd. Uci Muksin putra KH. Rd. A.Nahrowi melahirkan 8 orang putra, diantaranya : KH Rd. Acep Yusuf, Ny.Rd.Hj. Atikah, Ny. Hj.Rd.Hadijah, KH Rd. Didi Junaedi, KH Rd. Enang Mahalli, Ny. Rd.Hj.Enok,Ny. Rd. Aah dan Ny. Rd.Hj. Titi. I. H. RD. ACEP YUSUF Sebagaimana dituturkan oleh Rd. Aceng Mumad, bahwa ayahnya (KH Rd. Acep Yusuf ) putra KH Rd. Uci Muksin/ Ny. Hj. Rd. St.Hodijah menikah dengan Ny.Hj. Siti Munawaroh dan dikaruniai 4 orang putra, diantaranya adalah : 1. Ny.Hj. Rd. Aam Ny. Hj. Rd. Aam adalah menantu KH Iding Badrudin. Ny. Hj. Rd. Aam dengan KH.Mansur putra KH Iding Badrudin, melahirkan 5 orang putra, diantaranya : • Nyimas Nurhayati Menantu KH Rd. Syarif Hidayat, sesepuh PP Riyadul Alfiyah Sadang. Mereka menetap dan tinggal di Sadang. 2. Ny. Hj. Rd. Juju Juariah Ny. Hj. Rd.Juju Juariah menjadi istri KH. Aceng Embing ( Keresek Cibatu ). Mereka menetap dan tinggal di Keresek. 3. Rd. Aceng Aas Rd. Aceng Aas adalah menikah dengan adik misannya, yaitu Nyimas Dedah putra KH Rd. Aceng Enang Mahalli. Mereka menetap dan tinggal di Leuwgoong,berdekatan dengan PP Pulosari Leuwigoong. 4. Rd. Aceng Mumad. Putra bungsu dari KH Rd. Acep Yusuf adalah Rd. Aceng Mumad. Rd. Aceng Mumad inilah yang menjelaskan dan menguraikan rundayan silsilah Keluarga Besar PP Pulosari Leuwigoong. II. NY.RD.HJ.ATIKAH Ny. Rd. Hj. Atikah putra KH Rd.Uci Muksin/ Nyi Rd.Hj.Hodijah, menikah dengan KH Mumu Musa dan dikarunai 10 orang putra, diantaranya : 1. Aceng Bibin 2. Aceng Maftuh 3. Aceng Deding ( lihat A8 ) III. NY.HJ.RD.EDEH Ny.Hj. Rd. Edeh putra KH Rd.Uci Muksin/ Nyi Rd.Hj.Hodijah, menikah dengan KH Otong ( PP Pananggungan Cicalengka ) dan dikarunai 11 orang putra, diantaranya : 1. KH.Aceng , 2. Aceng Diding, 3. Aceng Atang 4. Aceng Yayat. NY. Hj. Rd.Edeh bermenantukan KH Jalaludin, KH Cecep, Aep Saeful Millah putra M.OndiJaelani (Tanjungpura Kr.Pawitan ), KH Enceng putra ayah Banjar ( PP Minhajul Karomah Banjar ) dll. IV. KH RD.DIDI JUNAEDI Beliau adalah sesepuh PP Pulosari Leuwigoong. Dari Nyimas Yayah beliau dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1. Aceng Iip. V.KH. RD.ENANG MAHALI Beliau adalah sesepuh PP Pulosari Leuwigoong. Beliau adalah menantu dari KH Rd. Usman ( Sadang ). Nyi Rd.Hj. Maryam putra KH Rd.Usman dari KH Rd. Enang Mahali melahirkan 9 orang putra, diantaranya : 1. Aceng Za, 2. Aceng Uan, 3. Aceng Bubun, 4. Aceng Yusa 5. Aceng Fauzi. VI. NY.RD.HJ.ENOK Beliau adalah isteri dari KH Aceng Mamad Nahrowi, sesepuh PP Al Falah Awat Cibiuk. KH Aceng Mamad Nahrowi adalah putra KH Marjuki, yang tela diuraikan di atas. Beliau adalah mertua isteri Kyai Rd. Atang Badrutaman (Sadang). VII.NY.RD.HJ. AAH Beliau adalah isteri KH Hasan dari PP Pasawahan Purwakarta. Putra-putranya diantaranya,adalah : 1. Asep 2. Enjang. VIII. NY.HJ.RD.TITI Beliau juga isteri dari KH Dudung Abd. Wadud dari PP Pasawahan Purwakarta. Putranya adalah: 1. Rd. Aceng Aap Abdul Jalil. A5.1.3.4.NY. RD. HJ.ST.SUKAESIH Beliau menikah dengan KH Rd.Sarkosih ( asal Soreang Bandung ). Beliau adalah pensiunan Naib, yang menjelang wafatnya tinggal di Cibalong Garut. Ny.Rd. Sukaesih ( Abu ) dari KH Rd. Sarkosih, melahirkan beberapa putra, diantaranya adalah : 1. Nyimas Isteri dari Ustad Ojak Yuswan ( pensiunan staf Depag Kabupaten Garutt ). 2. Nyimas Euis, 3. Nyimas Oom 4. Deden. Ketika menjabat naib di KUA Kec. Wanaraja ( 1966 ), beliau adalah ulama yang sering memberikan pengajian di Mesjid Kaum Wanaraja. A5.1.4. KH RD. MOH. ABDURAHMAN Beliau adalah putra KH Rd. Moh. Arif tinggal menetap di daerah Ckaruk Kec. Sukawening Kab. Garut. Dari kedua isterinya ( yaitu ……..dan ………… ) beliau dikaruniai 9 orang putra,diantaranya :KH Rd. Ijra’i, KH Rd.Marjuk dan KH Romli. A5.1.4.1. KH RD IJRA’I Beliau adalah menantu KH Rd. Ahmad Nahrowi ( Mama Keresek Cibatu keturunan Sumur Kondang). Ny.Rd. Uwu putra KH Rd. Amad Nahrowi, dari KH Rd. Ijra’i melahirkan 10 orang putra, yaitu : Ny. Rd. Syarifah, Ny. Rd. Zaenab, Ny. Rd.Mae, Ny.Rd. Atikah, Rd. A.Jajuli, Ny. Rd. Iyah,Ny. Rd.Iting, Ceng Emon Hidayat,Ceng Nunun dan Nyi Rd. Toto. I. Ny. RD. HJ. SYARIFAH. Sebagaimana telah dijelaskan di atas,bahwa Ny. Rd.Hj.Syarifah menikah dengan Rd. H. Jamaludin ( Sadang ). II. NY.RD.ZAENAB ( NY.RD.IJOH ) Ny.Rd.Zaenab adalah isteri KH.Iding Jaenudin putra KH.Maksudin (asal Malangbong ). Beliau adalah sesepuh PP Babakanloa Cibatu. Ny. Rd. Zaenab dari KH Iding Jaenudin melahirkan 6 orang putra, semuanya perempuan, yaitu : 1. Ny. Momo Fatimah Ny. Momo Fatimah menikah dengan KH.Apipudin (asal Citangtu ) dan melahirkan seorang putra Ny.Hj. Mimin Aminah. Ny. Hj. Mimin Aminah selanjutnya menikah dengan KH Endang Ridwan ( sekarang menjadi sesepuh PP Babakanloa Cibatu ) putra KH Maksudin dari Malangbong, dan dikaruniai 5 orang puta, diantaranya yang sulung adalah : • Cecep Jaeni Dahlan. 2. Ny.Endah Sofiah 3. Ny. Ika Mustika 4. Ny.Hj. Pupu 5. Ny. Hj.Ai Aum 6. Ny.Hj. Enung Nurjanah. Ny. Hj. Enung Nurjanah menjadi isteri KH Rd.Syarif Hidayat ( sesepuh PP Riyadul Alfiyah Sadang ). III.NY.RD.MAE Ny. Rd.Mae menikah dengan KH. Ii putra KH Rd. Uyeh Abdullah (Keresek Cibatu ). Dengan suaminya, beliau selanjutnya tinggal di Tegalpanjang. Salah satu putranya adalah • H. Aceng Ahmad atau Ceng Mamad. IV. NY. RD.HJ. ATIKAH Sebagaimana telah dijelaskan di atas,bahwa Ny. Rd. Atikah adalah isteri kakak misannya, yaitu KH Rd. Usman (sesepuh PP Riyadul Alfiyah Sadang) putra KH Rd. Yusuf ( Sadang ). V. RD.A.JAJULI Tidak ada data VI. MY.RD.IJAH Tidak ada data VII. NY.RD.HJ.ITING Ketika penulis mengunjungi beliau dirumahnya ( Jl.Raya Citangtu ), sebagaimana petunjuk dari Ceng Mamad putra KH. Ii ( Tegalpanjang ) yang masih keponakannya, dan menjelaskan nama penulis serta maksud kedatangan penulis kesana. Seketika beliau bangun, dan menjelaskan bahwa beliau mengenal ayah ( KH Rd.Ma’mun ) serta kakek penulis M. Maksudinata ( Lebe Wanaraja ), yang dahulu bertempat tinggal di belakang kaum Wanaraja. Rupanya beliau mengetahui dan mengenal ayah penulis, karena dahulu ayah penulis ( + tahun 1940 ) adalah “ santri Sadang “ dan “ pegawai KUA Wanaraja “ ( + tahun 1950 . Beliau mengetahui bahwa ayah penulis, dari garis ibunya ( Ny. Rd.Satriyah ) dan neneknya ( Ny. Rd.Kiyot ), masih ada hubungan kerabat dekat dengan Rd. Muh. Arif ( masih termasuk seuweu siwi dari KH Muh.Nursa’id putra Sembah Nuryayi Suci ). Ny. Rd. Hj. Iting sebagaimana dijelaskan kakak iparnya ( KH. Rd. Endang Ridwan – PP Babakanloa Cibatu ) kepada penulis, bahwa sebelum menikah dengan M.Kanta ( Citangtu ), Ny. Rd. Iting menikah dengan seorang sayyid , yaitu Syekh Sayyid Sa’id, dan dikarunia seorang putra, yaitu : • Syekh Yusuf Sidik Sekarang Syekh Yusuf Siddik tinggal di kota Riyyad Saudi Arabia ). Selanjutnya Ny. Rd. Hj.Iting menikah lagi dengan M.Kanta ( Citangtu ) dan dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : 1 ). Ceng Pandi 2 ). Ceng Furkon. VIII. CENG EMON HIDAYAT Tidak ada data IX. CENG NUNUN Tidak ada data X. NY.RD.TOTO Tidak ada data A5.1.4.2.KH.RD. MOH.MARJUK Menurut riwayat, bahwa dahulu beliau adalah Khalifah ( Naib – Pen ) di Kecamatan Sadang Distrik Wanaraja Kab. Limbangan Garut ( sekarang Sadang hanyalah sebuah Desa di Kecamatan Sucinaraja ). Beliau adalah menantu KH Tb. Aliban ( Cimalaka ). Ny Rd. Ombah putra KH Tb.Aliban/ Ny. Rd.Ganda Inten melahirkan 3 orang putra, yaitu Ceng Dahlan, Neng Lioh ( Ny. Rd.Lioh ) dan Neng Enjah ( Ny. Rd. Enjah ). I. CENG DAHLAN Menurut riwayat, bahwa beliau dahulu tinggal di Jakarta sebagai seorang tentara ( TNI AD ). Sebagaimana diceritakan oleh Ny. Rd. Enjah yang tinggal di Cimalaka Wanaraja, bahwa kakaknya ( Ceng Dahlan ) mempunyai 4 orang putra, yaitu Rd. Dandan, Ny. Rd. Nenen, Rd. Anton dan Rd. Teddi ( semuanya tinggal di Jakarta ). II. NY. RD.LIOH Tidak ada data riwayat dan rundayannya. III.NY.RD.ENJAH Beliau adalah menantu Rd. Ahmad Kosasih ( Cimalaka Wanaraja ) putra Kyai Rd. Moh. Jamhari atau Kyai Rd. Moh.lyas Anom ( Eyang Cimalaka )/ Ny. Rd.E.Rasiamah ( putra Nyimas Dhomah ). Mengenai riwayat serta silsilah rundayan Rd. Engkom dengan Ny.Rd.Enjah, akan penulis jelaskan di belakang. Seuweu siwi KH Rd. Moh. Arif ( Sadang ) putra KH. Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Kyai Rd. Syarif Hidayat ( PP Riyadul Alfiyah Sadang ) - Kyai Rd. Atang Badrutaman ( PP Ryaul Alfiyah Sadang ) - KH Rd. Sholeh putra KH Rd. Abdul Karim ( PP Sodong ) - Rd. Aceng Mumad Mukhibulbahri putra KH Rd. Acep Yusuf ( PP Pulosar Leuwigoong - Ceng Ahmad putra KH Rd.Ii ( Tg.panjang Sucinaraja) - KH Rd. Endang Ridwan ( PP Babakanloa Cibatu ) - KH Mansur (PP Cigaluh Bandrek ) - Ny. Rd. Enjah putra KH Rd.Marjuk ( Cimalaka Wanaraja). A5.2. EMBAH MANJAH BEUREUM Berdasarkan catatan KH Rd. Ma’mun Abdul Gani, bahwa Embah Manjahbeureum, dari putranya Embah Abubakar ( A5.2.1) menurunkan Eyang Encah (Ny. Rd. Encah ) dan Eyang Abu. Eyang Encah menikah dengan Kyai Rd. Ali Hasan Munaram putra Kyai Rd. Nurjalen ( generasi ke 4 dari Dalem Jiwanagara I putra Tmg. Wijayakusumah/ Dalem Sukadanuh Sadang keturunan Adipati Limansenjaya /Sunan Cipancar Limbangan ). Sebagai isteri ke 2 Kyai Rd. Ali Munaram, Eyang Encah melahirkan 3 orang putra, yaitu Ny. Rd.Kiyot, Kyai Rd.Ahmad Nawawi dan Ny. Rd.Iti. I. NY. RD.KIYOT ( Lahir + 1890 M ) Sebagaimana diriwayatkan KH Rd.M.Toha putra KH Rd. Ahmad Nawawi, bahwa Ny.Rd.Kiyot sebelum menikah dengan H.Hasan putra Eyang Aci ( Cimalaka Wanaraja keturunan Panjalu Ciamis ), pertama kalinya menikah dengan seorang Wedana Ciparay Kabupaten Bandung. Karena suaminya ( Wedana Ciparay Bandung ) wafat, selanjutnya beliau pulang bersama saudaranya KH Rd. Ahmad Nawawi ( Juru tulis Wedana Ciparay Bandung ) ke Kampung Cisalam ( sekarang termasuk wilayah Desa Sukahaji Kec. Sukawening ). Kemudian Ny. Rd.Kiyot menikah lagi dengan H. Hasan ( wafat di Mekah ) dan melahirkan seorang putra, yaitu Ny.Rd. Satriyah. 1. NY. RD.SATRIYAH Pertama kalinya beliau menikah dengan Saudara misannya,yaitu Rd. Danuji putra KH Hasan Arif ( Lebe Sagaranten ) dan melahirkan seorang putra,yang namanya Ny. Rd. Rumnasih ( Ma Aceuk ). Setelah Rd. Danuji wafat, maka beliau menikah dengan paman misannya, yaitu Rd.Abdul Ghani putra Rd.Marhiyun ( Pasirbatu Pasirjengkol Sukawening ) adik dari kakeknya Kyai Rd. Al Munaram ( Cisalam ). Dari Rd. Abdul Ghani, Ny Rd. Satriyah melahirkan 3 orang putra, yaitu Ny. Rd. Sukaesih ( Ma Icih ), KH Rd. Ma’mun Abdul Ghanidan Ny.Rd.Sukarsih ( Bi Engkar ). 1 ). Ny. Rd. Rumnasih ( Ma Aceuk ) Beliau menikah dengan M.Harna dan mempunyai 2 orang putra, yaitu ( 1 ). Ny. Oboy Isteri E.Pandi , adik ipar KH Rd. Abdul Ghani. ( 2 ). Ny. Uha Isteri KH Rd. Moh. Toha putra KH Rd. Ahmad Nawawi. 2 ). Ny. Rd.Sukaesih ( Ma Icih ) Beliau adalah adik seibu dengan Ny. Rd. Rumnasih ( Ma Aceuk ). Ny. Rd. Sukaesih menikah dengan M.Bisri putra Eyang Iti, dan dikurniai serang putra, yaitu M. Damas Ghani Somantri ( suami Ny. Asih Juariah putra no. 3 KH Rd.Ma’mun Abdul Gani ).M. Damas Ghani Somantri adalah pensiunan Kepala SD Wanaraja 7 Garut . Tinggal dan menetap di Kp.Kaum Wanaraja. 3 ). KH.Rd. Ma’mun Abdul Ghani Beliau dilahirkan pada tahun 1916. Setelah sekolah sampai kelas 2 SR, beliau terus “ masantren “ ke beberapa pesantren, diantaranya pesantren Balong Suci, Sadang, Cibangban , Kudang, Keresek dlsb. Guru-guru beliau diantaranya KH Rd. Yusuf (Sadang ), Mama Atori ( Cibangban Kr. Pawitan ), Mama Kudang ( KH Rd.Mumu Bakri ) dlsb. Setelah “ masantren “ pada usia 20 tahun ( 1946 ) diangkat sebagai “Lebe Wanaraja “ dan sejak 1948 sampai dengan 1972 ( selama 24 tahun ) sebagai pegawai KUA Kab. Garut. Setelah pensiun tahun 1972, beliau terus aktif di masyarakat dan beliau adalah salah satu dari pendiri beberapa pengajian di sekitar Desa Wanaraja. Beliau wafat pada tahun 1996 pada usia 80 tahun, meninggalkan seorang isteri ( Ny. Rd. St.Hafsah ) dan beberapa orang putra ( 6 diantaranya menurunkan seuweu siwi Keluarga Besar KH Rd.Ma’mun Abd.Ghani ). Dari beliaulah ( KH Rd. Ma’mun Abd. Gani ) penulis menerima catatan “ Silsilah Rundayan Bani Nuryayi ( khususnya seuweu siwi KH. Muh.Nursa’id) dan catatan “ Silsilah Rundayan Cinunuk dan Limbangan “, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai pedoman/acuan penulis dalam perjalanan menelusuri sesepuh Bani Nuryayi dan Keluarga Besar Limbangan Garut, dengan jalan dan cara “ nyukcruk lembur mapay padesan “ untuk melihat, mendengar dan mencatat sedikit riwayat dan rundayan para sesepuh Bani Nuryayi dan Limbangan. KH Rd. Ma’mun Abdul Gani putra Rd. H. Abdul Ghani, menikah dengan isterinya Nyimas St. Hafshah putra M.Maksudinata ( asal Kadugede Kuningan) / Nyimas Encih ( asal Cinunuk ), yang masih ada hubungan kerabat. Nyimas St.Hafshah dari suaminya ( KH Rd. Ma’mun Abdul Ghani ) melahirkan 15 orang putra, 9 diantaranya wafat ketika masih kecil. Dan yang sampai dewasa dan berketurunan, yaitu : 1. Ny. Asih Juariah ( Lh. 42 ) 2. Ny. Yayah Rokayah (L 45 ) 3. Acmad Djubaedi ( Lh. 13-05- 1948 ) 4. Ny. Entin Kurniatin ( Lh. 52 ) 5. Ny. Dedeh St.Halimah ( Lh. 56 ) 6. Ny. Eet Surniati ( Lh. 60 ) Seuweu siwi KH Rd.Ma’mun Abdul Ghani sebagian besar, menetap dan tinggal di Wanaraja, tetapi ada pula yang tinggal dan menetap di Karawang, Tangerang, Bekasi, Kutoarjo dlsb. 4 ). Ny. Rd.Sukarsih ( Bi Engkar ) Beliau adalah putra bungsu dari Rd. Abdul Ghani dan dari suaminya (M.Didi asal Babakan Loa Pangatikan ),beliau melahikan beberapo orang putra, diantaranya : • Aeng Karyono ( Purn. TNI AD) Sampai dengan sekarang ( 2009 ) terus tinggal dan menetap di Jakarta. II. KH RD.AHMAD NAWAWI Sebagaimana riwayat yang disampakan oleh putranya ( Kyai Rd.Moh.Toha – Aki Toto ), bahwa KH Rd. Ahmad Nawawi ( Lh, +1890 M ) adalah sebagai Jurus Tulis Wedana Ciparay Bandung. Karena Kyai Rd. Ali Hasan Munaram telah sepuh, maka beliau disuruh pulang ke Garut ( Cisalam Sukawening ), yang selanjutnya bersama saudaranya KH Rd.Hasan Arif, untuk meneruskan membina dan mengelolai pesantren Cisalam. KH Rd. Ahmad Nawawi ( Wafat tahun 1950 M ) dari Nyimas Diyoh, dikaruniai 5 orang putra, yaitu Kyai Rd. Abdul Fatah, Kyai Rd. Moh. Thoha, Kyai Rd.Husen, Ny. Rd. Aisah dan Ny.Rd.Dewi. 1. KH Rd. Moh. Abdul Fatah ( Lh. 1920 M ) Beliau adalah sesepuh di PP Cisalam Sukahaji Sukawening dan dari isteri pertamanya dikaruniai 5 orang putra, diantaranya : 1 ) . Ir. Rd. Acmad Tresna Riva’i ( Mang Bulloh ) 2 ). Rd. Amar M. Beliau telah wafat ( 2008 M ) di daerah Cibatu, dan meninggalkan seorang seorang putra bungsunya bersama isteri terakhirnya. ( 1 ). Ir. Rd. Achmad Tresna Riva’i ( Bulloh ) ( Lh. 9-4-’43 M ) Beliau adalah putra sulung dari KH Rd.Abdul Fatah. Setelah menamatkan pendidikannya di IPB tahun 1972, beliau terus bekerja di Perusahaan Ban Good Year Bogor. Penulis pertama kali bertemu dengan Ir. Rd. Achmad Tresna ( Mang Bulloh ) pada tahun 1966 ( SMAN Garut ). Setelah Lebaran tahun 2008, beliau bersama putra sulungnya Ir.Adi Rusdi Widya ( Bogor 13-9-’69 ) datang ke Garut untuk menemui pamannya KH Rd.M.Thoha ). Sekarang ( 2009 ) beliau telah pensiun dan bersama isterinya tinggal di Cipeuteuy Bogor. Salah satu putranya,yatu • Ir. Adi Rusdi Widya ( Bogor 13-9-’69 ) Karyawan PT Elcho Cikarang Bekasi dan bertempat tinggal di Cikarang Barat Bekasi. 2. KH Rd. Moh. THoha ( Lahir : 1924 M ) Beliau adalah sesepuh Masjid Al Amanah Kp. Cimalaka Wanaraja bersama keponakannya KH Rd.Ma’mun Abdul Ghani ( yang telah wafat pada tahun 1996 ). Sekarang ( 2009 ) beliau telah sepuh dan tinggal bersama putra putunya di Kp. Cimalaka Wanaraja. Beliau dari isterinya ( Ny. Uha putra Ny. Rd. Rumnasih, sekarang telah wafat ) dkaruniai 5 orang putra,diantaranya : • Ny.Mae Pensiunan Guru SMPN di Tasikmalaya 3. NY. RD. ITI ( + 1890 M) Ny. Rd.Iti dari suaminya ( ? ) dikaruniai 2 orang putra,yaitu 1 ). M.BISRI Moh.Bisri menikah dengan putra saudara misannya ( Ny. Rd. Sukaesih putra Rd. Abdul Gani) dan mempunyai seorang putra, yaitu : • Moh.Damas Gani Somantri Pensiunan Kepala SDN WanarajaVII dan beliau sebagai suami saudara sepupunya Ny.Asih Juariah putra KH Rd.Mamun Abdulghani 2 ). NY. UYU Adapun Ny. Uyu menjadi isteri dari Kyai M. Oyo, dan menjadi sesepuh pondok pesantren Cisalam ( sekarang termasuk wilayah Desa Sukahaji Kec. Sukawening ). Ny. Uyu dari suaminya Kyai M. Oyo melahirkan 8 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Kyai Moh. Amin Hidayat ( Ceng Amin ) ( Cibatu ), ( 2 ). Kyai Jenal Arifin ( Ceng Aim ) ( Sesepuh PP Cisalam ) ( 3 ). Kyai Asep Nurjaman. Sekarang yang menjadi sesepuh PP Cisalam, adalah Kyai Misbah Ansori SPdi putra Kyai Jenal Arifin. Seuweu siwi Embah Manjabeureum putra KH. Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Rd.Abdul Ghani ( Kaum Wanaraja ) - Acmad Djubaedi ( Jl. KH YusufTauziri blk. No. 353 Wanaraja ) - KH.Rd.Moh. Toha (Cimalaka Wanaraja ) - Ir.Rd.Achmad Riva’i ( Bogor) dan lain-lan. A5.3. EMBAH JAKSA Berdasarkan catatan KH Rd. Ma’mun Abdul Gani, bahwa Embah Jaksa putra KH Muh.Nursa’id mempunyai 2 orang putra,yaitu Rd. .H.Muh. Nasikh atau terkenal dengan sebutan Embah Inggi, seorang petinggi di daerah Sumursari Desa Sukasono Kab. Garut ( dahulu termasuk Distrik Cibatu Kab.Limbangan ) dan Embah Tegalawi. A5.3.1. RD.MUH.NASIKH Dari isterinya ( ? ), Rd..Muh.Nasikh dikarunai 7 orang putra, yaitu : Rd. Wirapraja, Nyi Rd. Hj.Kuraesin, Rd.Kartapraja, Eyang Emot , Eyang Endong, Eyang Engkong dan Rd. Sutapraja. A5.3.1.1. RD. WIRAPRAJA Tidak ada riwayat dan silsilah rundayannya. A5.3.1.2. NY. RD.KURAESIN Sebagaimana dituturkan Rd. Ido cucu Eyang Emot, bahwa Ny. Rd. Hj.Kuraesin dari suaminya H. Soleh, melarkan 5 orang putra, diantaranya: 1. Abdurahman ( Bandung ) 2. Sumarna ( Cikole Wanaraja Garut ). A5.3.1.3 RD. KARTAPRAJA Beliau pada awal abad 20 adalah sebagai lurah Desa Sukasono Kec. Sukawening Kec. Sukawning Distrik Cibatu Kab. Lmbangan, dan beliau terkenal dengan sebutan Lurah Bintang. Dari pernikahannya dengan Ny. Hj.Masriyah, Rd.Kartapraja dikarunai 5 orang putra, yaitu : 1. Rd. Bai 2. Ny. Rd. Hadaningsih 3. Ny. Rd.Tejaningsi 4. Rd.H.Basar 5. Rd. H.Hidayat (Rd. Oyot ). Rd. Bai dengan Ny. Rd. Tejaningsih putra Rd. Kartapraja, tidak ada riwayat maupun rundayannya. Ny.Rd. Hadaningsih saudaranya Rd.Bai, adalah menantu Rd. H. Muhyi / Eyang Emot. Beliau adalah nenek dari Rd. Ido. Rd.H.Basar dar isteinya ( ? ) mempunyai 3 orang putra, yaitu : 1 ). Rd. Hayun 2 ). Rd. Hayat 3 ). Rd. Arif. Putra bungsu Rd.Kartapraja adala Rd.H.Hidayat ( Rd. Oyot ). Dari Ny.Rd.Emin, Rd. Kartapraja mempunyai 6 orang putra, diantaranya : 1 ). Rd. H.U.Jamhur (Jakarta ) 2 ). Drs. Rd.Teddi ( Pemda Garut ) 3). Rd. Ardi (Lampung ) 4 ). Rd. Dadang. A5.3.1.4. EYANG EMOT Eyang Emot menikah dengan Rd. H. Muhyi, salah seorang dari sesepuh Kampung Sumursari pada saat itu. Dari Eyang Emot putra Eyang Inggi, Rd.H.Muhyi mempunyai 4 orang putra,salah seorang diantaranya adalah : • Rd. Sacadiwangsa Rd. Sacadiwangsa adalah menantu Rd.Kartapraja atau Lurah Bintang. Rd. Sacadiwangsa putra Rd. .Muhyi dan Ny. Rd.Hadaningsih putra Rd.Kartaprajaa ( Lurah Bintang ) adalah orang tua dari Rd. Ido ( salah satu dari sumber riwayat, dimana penulis beberapa bulan yang lalu pernah mengunjungi di rumahnya ( Kp. Cipanas Sumursari ). A5.3.1.5. EYANG ENDONG Eyang Endong, sebagaimana yang tercatat padab Buku Silsilah susunan KH Rd.Ma’mun Abd.Gani, beliau adalah isteri yang tua dari Kyai Rd. Ali Munaram. Isteri yang mudanya Kyai Rd. Ali Munaram adalah Eyang Encah, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dari Kyai Rd. Ali Hasan Munaram, Eyang Endong melahirkan 6 orang putra, yaitu KH Rd. Hasan Arif ( Lebe Sagaranten ), Ny.Rd.Emi, Ny. Rd. Ijot, Rd.Moh. Yusuf ( Lurah Sagaranten ), Rd.Moh. Isa dan Ny. Rd. Niot. I. KH RD. HASAN ARIF KH Rd. Hasan Arif dengan saudara seayahnya ( KH.Rd. Ahmad Nawawi ), sebagaimana telah dijelaskan di atas, keduanya atas perintah oran tuanya, menggantikannya dalam pembinaan pesantren Cisalam. KH Rd.Hasan Arif mempunyai 6 orang putra, yaitu 1. Rd. Darnuji Putra-putranya,diantaranya : 1 ). Ny.Rd.Rumnasih 2 ). Rd.H. Hambali 2. KHRd. Abdurrohim ( Mama Lebe Sukarmi ) Putra-putranya,diantaranya : 1 ). Rd. H. Danumiharja 2 ). Rd..Danawijaya 3 ). KH Rd. Hasan Ma’ruf 4 ). Rd.H.Abdurahman 5 ). Rd.H. Holil. 3. Ny. Rd.Kinot Tdak ada data riwayat dan rundayannya. 4. Ny. Rd.Juwanis Dahulu beliau menetap di Jakarta bersama suaminya ( Rd.Nata pegawai PJKA di Jakarta ). Putra-putranya adalah : 1 ). Rd.H.Adang 2 ). Rd.H. Encep Efendi 3 ). Rd. Abdullah (Kol.Purn.TNI AD ). II. NY. RD.EMI Ny.Rd. Emi putra Rd. Ali Munaram/ Eyang Endong dikarunai 5 orang putra, diantaranya : 1. Moh. Ahya 2. Endun 3. Eno. III.NY.RD.IJOT Ny. Rd.Ijot putra Rd. Ali Hasan Munaram dikaruniai 3 orang putra,diantaranya : • Aki Wihatma. IV. RD.MOH. YUSUF Menurut KH. Rd. Muh. Mahali putra KH Rd. Amad Mahali ( sesepuh PP Sumursari ), dalam “ Riwayat Singkat Pesantren Sumur “ yang disusunnya pada tanggal 1 Muharam 1381 H / 14 Juni 1961 ( tepat 50 th. Berdirinya PP Sumursari ), bahwa Rd. Moh. Yusuf adalah Lurah hormat Sagaranten. KH Rd. Muh.Mahali menjelaskan bahwa ketika pada tahun 1911 ayah beliau ( KH Rd.Achmad Mahalli putra KH Rd. Abdul Fatah Cibalandong Cibiuk ), pindah dari Sindangkasih Karangpawitan ke Sumursari Sukawening, Rd.Moh. Yusuf telah mewakafkan tanah miliknya seluas100 bata untuk membangun “ PP Sumursari “. Sejak tahun 1911 sampai dengan sekarang PP Sumursari ( PP An Najat – Pen.) secara berturutan yang menjadi sesepuhnya adalah : KH Rd. Achmad Mahali ( 1911- 1947), KH. Rd. Muh. Mahali ( 1947 ), KH Rd. Dadang Abdul Rojak dan Rd. Sa’ad Aliyuddin. Menurut riwayat sebagaimana dijelaskan pada “ riwayat singkat pesantren Sumur “, bahwa KH Rd.Abdurahman ( Mama Kulon ) putra KH Rd. Aonillah ( Mama Serang Cibiuk ) paman dan juga mertua KH. Rd. Achmad Mahalli putra KH Rd.Abdul Fatah ( Keluarga Besar Limbangan ), pernah mengatakan kepada KH Rd. Achmad Mahali, dengan kata-kata “ waktu bapa jarah ka Mekah , patepung jeung dulur jenenganana Rd. H.Muhammad Yusuf Lurah hurmat Sagaranten. Mantenna ( Rd. M.Yusuf – Pen. ) kacida mikaresep ka para Kyai, malah – malah aya kasauran mikapalay ka salah sahiji Kyai dulur bapa (KH Rd. Achmad Mahali – Pen.), anu ridoeun nyicingan sareng mantenna pikeun tuturkeuneun mantenna sareng seuweu putuna kana urusan kaagamaan kangge ka masyarakat umum. Ku emutan bapa leuwih hade dijugjug ka anjeunna,, nomer hji kasauranana, nomer kaduana tutukeun tapak lacak karuhun, sabab Dalem Sagaranten ( Dalem Sutamerta – Eureunsono – Pen. ) teh sarua pada seuweu Balubur Limbangan ( Sunan Ru! menggong ) ayeuna mah buru bae istiharohan sugan ngarepok jeung urang “. Hal ini dapat dipahami, karena keduanya ( Rd. H.Muh.Yusuf dan KH Rd. Abdurahman ) masih termasuk “Keluarga Besar Sunan Rumenggong/ Sunan Cipancar “. Kemungkinan saat itu, yang termasuk wilayah Desa Sagaranten meliputi wilayah Eureunsono, Sukasono, Sumursari dan Sagaranten. KH Muh.Nursa’id Sagaranten dan Dalem Sagaranten ( Dalem Sutamerta ) dahulu bertempat di daerah Eureunsono ( sekarang ). Karena daerah Eureunsono ketika itu ( awal abad 18 M ), menurut Sajarah Limbangan termasuk wilayah Kadaleman tersendiri. Pada saat Dalem Sutamerta menjadi Dalem Eureunsono, Bupati Limbangan saat itu ( 1726 – 1740 M ) adalah Dalem Wangsadita I ( Rangga Limbangan ), yang masih keturunan Sunan Rumenggong dan Sunan Sunan Cipancar Limbangan. Apalagi sebagaimana riwayat sesepuh di Tanjungpura Karangpawitan, bahwa isteri KH Muh. Nursa’id ( Nyimas Romlah ) adalah masih cucu dari Dalem Sutamerta ( mertua Ny. Rd. Ayu Fatimah putra Kyai Rd. Syekh Jafar Sidik, seorang Kyai sepuh Cibuk ). Rd. H.Moh. Yusuf menurut salah seorang cucunya ( Ustad Sobar pensiunan Kepala MTs. An Najat ) dikarunai 7orang putra, diantaranya Ny. Rd.Hasanah ( isteri KH Rd. Abdurrohim ), Rd. Enjum dan Rd.Bakri. V. RD.MOH.ISA Rd.Moh.Isa putra Rd. Ali Munaram dikaruniai 3 orang putra, diantaranya : • Ny. Rd. Uha. Menurut Abdul Wahid putra Ny. Rd.Uha ( pensunan PNS di Skorem 62 TN Garut ), bahwa mertua ibunya adalah keturunan Sumedang. Menurut sepengetahuan penulis , bahwa pada tahun 1959 Nini Uha ( panggilan dari penulis ) beserta suaminya ( Ak Unjang – Pen. ) dan putra – putranya tinggal di Kp. Cinunuk Girang Wanaraja. Sekarang ( 2009 ) hampir sebagian besar tinggal dan menetap di Cikarang Timur Bekasi. Putra-putranya,diantaranya : 1 ). Endun Sobarnas Beliau adalah pensiunan pegawai Dinas Pendidikan Kec. Sukawening. 2 ). Ny. Rukoyah Mantan anggota DPRD Kab.Bekasidan sekarang tinggal dCikarang Bekasi. A5.3.1.6. EYANG ENGKONG Menurut Rd. Ido, bahwa Eyang Engkong adalah isteri dari Lurah Cinta dan dan melahirkan 3 orang putra, diantaranya 1. Rd. Moh. Sanusi Harjadinata 2. Rd Uned. Menurut sumber lain, bahwa Lurah Cinta ayah dari Rd. Moh. Sanusi itu, namanya Rd.H.Wirantadijaya ( Lurah Cinta Kec. Nangkapait Kewedanaan Cibatu Kab. Garut ). Sebagaimana diketahui, bahwa Rd.Moh. Sanusi Harjadinata pada jaman dahulu ( pertengahan abad 20 M ) pernah menjabat Gubernur Jawa Barat 1951 - 1957, Menteri Dalam Negeri R 1957 – 1959 dll. Dari isterinya ( Ny.Rd.Iin Sofiah ) beliau dkaruniai 8 orang putra perempuan. Seuweu siwinya sampai dengan sekarang menetap dan tinggal di Bandung. A5.3.1.7. RD. SUTAPRAJA Rd. Sutapraja menurut KH Rd.Muh. Mahalli adalah lurah hormat Sagaranten. Dari putranya Rd. Karnadipura, menurunkan cucu, diantaranya: 1. Rd. Undang Sutisna ( Mayjen.Purn. TNI AD ) ( Bandung ) 2. Ny. Rd. Ayi (Bandung ) 3. Rd.Ujang Hermawan ( Pegawai BRI Garut) ( Sukasono Sukawening Garut ) dll. A5.3.2. EMBAH TEGALAWI Berdasarkan catatan KH Rd. Ma’mun, bahwa Embah Tegalawi mempunya dua putra,yatu 1. Rd. Jibjayuda 2. Embah Ranayuda. Menurut analisa penulis, ada kemungkinan Marta Jibja ( Lurah Desa Sukasono) sebagaimana tersebut pada lembaran “riwayat ringkes pasantren Sumur” ada hubungannya dengan Rd. Jibjayuda dan Embah Ranayuda. Wallohu’alam. Seuweu siwi Embah Jaksa putra KH. Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data - KH Rd.Ma’mun Abdu Ghani ( Wanaraja ) - Rd.Ido putra Rd.Sacadiwangsa (Sumursari Sukawening ) - Rd. Abdul Wahid (Cikarang Bekasi ), - Rd. H. Wawan putra KH Rd. Abdurahman ( Sumursari ) - Sobar putra M.Dasuki ( Sumursari ) - KH Rd. Muh.Mahali ( Riwayat selintas pesantren Sumur ) 1961. - Rd. Sa’ad Aliyuddin putra KH Dadang Abd.Rajak ( PP An Najat ) A5.3.4. AMBU DAWIYAH Sebagaimana tersebut pada catatan KH Ejeb Burhanudin, bahwa Ambu Dawiyah adalah putra dari KH Muh. Nursaid. Menurut sesepuh di Tanjungpura Karangpawitan, bahwa Ambu Dawiyah ketika masih kecil dibawa dari Sagaranten ke Tanjungpura, oleh bibiknya ( Nyimas Kafiyah ). Menurut sesepuh di Tanjungpura, selanjutnya Ambu Dawiyah menikah dengan Kyai Rd.Ahmad Jauhari putra Kyai Rd. Salinggih dengan Nyimas Lolo (Alamiah ) dari Cicadas Limbangan. Dari Kyai Rd. Amad Jauhari, Ambu Dawiyah melahirkan 6 orang putra, diantaranya Rd. Diyut, Ny. Rd.Liyut dan Nyimas Marti. Rd.Diyut dan saudara-saudaranya, masih saudara seayah lain ibu dengan Nyimas Imong Halimah ( yang menurunkan Keluarga Besar PP Pulosari Limbangan ), Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Kyai Rd. Moh.llyas Anom atau Eyang Cimalaka ( menantu Nyimas Dhomah putra Embah Nuryayi ), dan Ny. Rd. Oma Komariah atau Uyut Oma ( Cicadas Limbangan ), yang menurunkan Keluarga Besar PP Lio Limbangan ). A5.3.4.1.RD. DIYUT Rd. Diyut menurut Bapak Aep Saeful Milah, mempunyai 6 orang putra, diantaranya KH Rd. Ahmad Syarif, Nymas Baah dan Ny Rd. Hatimah,. I. KH. RD.AHMAD SYARIF Menurut Ny.Oom Munawaroh dan Aceng Abdul Kudus putra KH Sidk (sesepuh PP At Thoriyah Karangtengah ), bahwa KH Rd. Ahmad Syarif menikah dengan Ambu Imur putra Ambu Kisrah, seuweu dari Nyimas Ruwiyah putra Nyimas Kafiyah. Ambu Imur dari KH Rd. Ahmad Syarif melahirkan beberapa orang putra, yaitu : 1. Ambu Timot Ambu Timot dari KH Dimyati,mempunyai seorang putra, yaitu • Saepudin. 2. Mama Atori Mama Atori menurut sesepuh di Cibangban, bahwa pada jamannya beliau adalah Kyai yang mempunyai kharisma tinggi dan dihormati oleh semua kerabat, putra putu serta para murid-muridnya. Salah satu dari murid beliau adalah, KH Rd.Ma’mun Abdul Ghani putra Rd.Abdul Gani dari Cimalaka Wanaraja Garut ( ayah penulis ). Pondok Pesantren peninggalan Mama Atori, yang sekarang disebut PP At Thoriyah , diteruskan oleh para putra dan mantunya. Menurut catatan dari Kyai Obon Sya’ban ( Cibangban ), bahwa dari Nyimas Elot putra KH Abdul Karim, Mama Atori dikaruniai 2 orang putra, yaitu: 1 ). Nyimas Titi 2 ). Nyimas Mae. Ketika penulis bersilatuahmi ke PP At Thoriyah, penulis sempat bertemu dengan Nymas Mae putra Mama Atori,yang usianya telah sepuh. Putra putu Keluarga Mama Atori, penulis menerima langsung dari Ny.Oom Munawaroh dan Ceng Abdul Kudus putra Nyimas Mae. 3. Ny.Rd. Rokayah Menurut Ny. Oom Munawaroh, bahwa Ny. Rd.Rokayah adalah menantu dari KH Marjuki putra KH Musa Ateken dan Nyimas Enol ( cucu Nyimas Kafiyah Tanjungpura ). Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. 4. Rd.Sanusi Rundayan Rd.Sanusi putra KH Rd. Ahmad Syarif, Ceng Abdul Kudus maupun kakaknya, tidak mengetahuinya. II.NYIMAS BAAH Nyimas Baah adalah mertua isteri dari KH Idris putra KH Marjuki (putra buyut Nymas Kafiyah ). Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. III.NY.RD.HATIMAH Ny.Rd. Hatimah menurut Kyai Aep Saeful Milah adalah mertua dari Sobandi putra KH Abdul Hamid cucu dari KH Muh. Arwah (Cikalimeneng Karangpawitan ). H. Sobandi adalah kakek dari garis ibu, Kyai Aep Saeful Milah ( Tanjungpura ). A5.3.4.2. NYIMAS MARTI Nyimas Marti dari suaminya ( ? ) dikaruniai 6 orang putra, yaitu KH Hasan Mukmin, Eyang Ulama Isteri, Eyang Ciol dan Kyai Suja’i. I. KH HASAN MUKMIN KH.Hasan Mukmin, adalah mertua KH Satibi putra KH. M. Salim atau cucu Nyimas Kafiyah. II.EYANG ULAMA ISTERI Eyang Ulama Isteri dari suaminya ( ? ) dikarunia 3 orang putra, yaitu: 1. Bah Roji 2. Ny. Ela 3. Eyang Cioh III. EYANG CIYUT Eyang Ciyut adalah mertua Ali Mursad putra KH M. Arwah (Cikalimeneng Karangpawitan ). IV. EYANG CIOL Eyang Ciol menikah dengan KH Musa Ateken ( asal Jawa) dan melahirkan 2 orang putra,yatu : 1. KH. Abdul Karim KH Abdul Karim dari Ny.Markumah mempunyai 6 orang putra, yaitu : 1 ) . Nyimas Elot ( isteri Mama Atori ). Dua putranya adalah Nyimas Titi dan Nyimas Mae ( telah dijelaskan di atas ). 2 ). Nyimas Yoyoh ( isteri dari Kyai Ba’i). Dua diantara putranya adalah Abdullah dan Endin. 3 ). Kyai Izuddin ( tak ada data riwayat rundayannya ) 4 ). KH Abdullah ( suami Ny.Mapu’ah ). Salah seorang putranya adalah Nyimas Duduh ( isteri KH Ejeb Burhanudin ). Lihat Silsilah Rundayan Nyimas Kafiyah. 5 ). KH Holil ( suami Ny.Hj. Hasanah ). Salah seorang putranya adalah Kyai Obon Sya’ban. Belialah yang telah memberikan bantuan kepada penulis, dengan memberikan catatan Silsilah Rundayan sebagian dari Bani Nuryayi dan selintas riwayatnya. 6 ). KH Elon Dahlan ( suami Nymas Hj. Fadilah ) Dua putra beliau,yaitu KH Aceng Obuy Sobur ( suami Nyimas Habbah SPdi ) dan Kyai Aceng Osep Dakwan ( suami Ny. Syarifah Atip Wardah SPdi ) Kyai Aceng Osep Dakwan dari Ny.Syarifah Atip Wardah, mempunyai 8 orang putra, diantaranya adalah : ( 1 ). Ceng Yusuf Firdaus, SPdi. Guru MI Al Khoeriyah III Kec.Karangpawitan Garut. ( 2 ). Ny.Lilis Isteri Aceng Abdul Kudus putra KH.Adang Basuni. ( 3 ). Ny.Nunuh Nurfauziah Isteri Aceng Abdullah putra K Adang Basuni 2. KH. Abdul Hanan Abdul Hanan ( putra KH Musa Ateken / Eyang Ciol ) dari isterinya Ny.Fatimah, mempunyai 4 orang putra, diantaranya : 1 ). KH. Ubun Burhanudin 2 ). KH. Saepudin Beliau adalah suami Ny.Encum putra KH Yahya dan dkaruniai putra : • Pepe Saepudin Pensiunan Guru AgamaSMKN Karangpawitan dan mantan anggota DPRD Kab.Garut. V. KH SUJA’I KH Suja’i putra Nyimas Marti, dari isterinya ( ?) mempunyai 4 orang putra diantaranya : 1. Kyai Opo Mustopa ( Ciparay ), 2. KH. Ici ( BentarGarut ) 3. Ny.Maryamah Ny. Maryamah adalah menantu H. Ahmad Suja’i (Cikalimeneng). Seuweu-siwi Nyimas Maryamah akan dijelaskan di bawah. Seuweu siwi Ambu Dawiyah putra KH. Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Aceng Abdul Halim putra KH Saja ( PP Sukarame ) - Kyai Aep Saeful Milah putra Moh.Ondi (Tanjungpura ), - KH. Makinadin putra H. Ahmad Husaeri ( Cikalimeneng Kr.Pawitan ) - KH. Aceng Aam Amirudin putra .Mansur ( PP Sukaregang Garut ) A6. KH MUSA ( DOLOS JAWA) Sebagaimana diceritakan para sesepuh Bani Nuryayi di Suci Karangpawitan Garut, bahwa pada awalnya beliau dahulu pergi ke Jawa Timur dengan maksud “ masantren “ dan berguru ke bebarapa Kyai di Jawa Timur. Tetapi beliau terus menetap dan tinggal di daerah Dolos Surabaya Jawa Timur. Tetapi dari Jawa Timur datang ke Suci dengan maksud “ masantren “, namanya sama, yaitu “ Musa “. Beliau ini akhirnya menetap tinggal di Suci Karangpawitan dan tidak kembali ke Jawa. Beliau terkenal dengan sebutan KH Musa Ateken. Lihat Keluarga KH Salim ( Cibangban ) dan Nyimas Kafiyah ( Tanjungpura ) atau KH Muh.Nursa’id ( Sagaranten ). A7.KH. MUH. ARWAH ( CIKALIMENENG ) KH Muh. Arwah adalah putra Sembah Nuryayi. Beliau tinggal di daerah Ckalimeneng ( sekarang termasuk Desa Kec.Karangpawtan Garut ). Dari isteri pertamanya ( ? ), sebagaimana disampakan oleh KH Makinadin atau Ceng Makin putra Ahmad Husaeri dan Kyai Aep Saeful Millah putra buyut H. Sobandi , bahwa KH Moh. Ali Arwah dkaruniai 6 orang putra,diantaranya Ali Mursad dan Ali Irsad. Dan dari isteri keduanya yang bernama Ny.Onih, KH Muh. Arwah dikaruniai seorang putra, yaitu Ali Mustopa. A7.1. ALI MURSAD Ali Mursad mempunyai 5 orang putra, diantaranya H.Ahmad Suja’i dan H.Abdul Hamid. A7.1.1.H. AHMAD SUJA’I Dari Ny.Hj. Maemunah, H.Ahmad Suja’i mempunyai 5 orang putra, yaitu : A7.1.1.1. H.Mansur Beliau adalah menantu KH Suja’i putra Nyimas Marti ( Tanjungpura ). Ny. Hj.Maryamah putra KH. Suja’i menikah dengan H.Mansur, setelah suami pertamanya ( Ahmad Husaeri saudaranya H.Mansur ) wafat. Dari H.Mansur, melahirkan 5 orang putra, diantaranya : 1. KH. Ahmad Mazen 2. H. Aam Amirudin KH Ahmad Mazen adalah sesepuh PP Sukaregang Wetan Garut. A7.1.1.2. Ny. Eneh Suhanah Dari suaminya ( Nahrowi ), Ny. Eneh Suhanah melahirkan 3 orang putra, diantaranya 1. Ma’sum. A7.1.1.3. Bah Uju Bah Uju dengan isterinya ( Ma Tami ) mempunyai seorang putra,yaitu : 1. Ruhiyat. A7.1.1.4. Bah Dabigi Bah Dabigi dengan isterinya ( Ma Iti ) mempunyai 3 orang, diantaranya 1. Yuyu Wayudin. A7.1.1.5. Ma Andi Ma Andi dengan suaminya ( Bah Damhuri ) melahirkan 6 orang putra, diantaranya : 1. Oman Komar, 2. Abdul Kodir ( Sukaraja ) 3. Maman dan Abdul Hanan. A7.1.1.6. Ahmad Husaeri Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Ny. Hj. Maryamah putra KH Suja’i, menikah pertama kalinya dengan Ahmad Husaeri saudaranya H.Mansur. Ahmad Husaeri dengan Ny. Hj.Maryamah dikaruniai 2 orang putra, yaitu : 1. Ny. Siti Nafisah ( Wafat ketika masih bayi ) 2. KH Makinadin ( Ceng Makin ) A7.1.1.7. Ny.Jua Dari suaminya ( Aceng H. Subki ) Ny.Jua melahirkan 3 orang putra semuanya perempuan, yaitu : 1. Ny. Atikah, 2. Ny.Sa’adah 3. Ny.Hasanah. A7.1.1.8. Ny.Rogayah Dar suaminya (Najmudin ), Ny.Rogayah melahirkan 6 orang putra, diantaranya : 1. H. Holidin, 2. Fudholi dan 3. H. Endang. A7.1.2. H.ABDUL HAMID H. Abdul menikah dengan Eyang Ciyut putra Nyimas Marti, saudaranya Eyang Ciol. Dari Eyang Ciyut, H.Abdul Hamid, menurunkan seorang putra,yaitu 1. H. Sobandi. H. Sobandi mempunyai putra, yaitu Ny. Edoh Jubaedah ( ibu dari Bapak Aep Saeful Milah Tanjungpura). Para cucunya akan djelaskan di belakang. A7.2. ALI IRSAD Menurut catatan putra beliau mempunyai 2 putra kembar, yaitu : 1. Hasan Zarqowi 2. Hasan Jayadi A7.3. ALI MUSTOPA Menurut Ceng Makin, beliau adalah putra KH Muh.Arwah dari Nyimas Onih. Dari isterinya ( ? ), Ali Mustopa menurunkan 5 orang putra,diantaranya. 1. H. Sulaeman. Seuweu siwi KH. Muh. Arwah dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Aceng Abdul Halim putra KH Saja - Kyai Aep Saeful Milah putra Moh Ondi (Tanjungpura ), -KH. Makinadin putra H. Amad Husaeri ( Cikalimeneng Kr.Pawitan ) -KH. Aceng Aam Amirudin putra H.Mansur( PPSukaregang Garut). A8. NYIMAS KAFIYAH Nyimas Kafiyah atau Nyai Tanjungpura adalah putra bungsu Embah Nuryayi dari Nyimas Sompok. Beliau tinggal dan menetap di daerah Tanjungpura Karangpawitan. Menurut riwayat, Nyimas Kafiyah menikah dalam usia muda dengan mendahului saudara-saudaranya. Berdasarkan catatan KH Ejeb Burhanudin ( PP Cidahu ), bahwa Nyimas Kafiyah menikah dengan Eyang Ali Muhammad putra Rd. Alipudin, cicit ( buyut – sd ) Rd. Sedakerti keturunan Sukapura dengan Nyimas Munah keturunan Timbanganten. Dari Eyang Ali Muhammad putra Rd. Alipudin, Nyimas Kafiyah melahirkan 13 putra, diantara adalah : 1. Hasan ( Aliyasan ) 2. Ny.Habasiyah 3. Nyimas Junnah 4. Ny.Jammah 5. Nyimas Ruwiyah 6. Nyimas Seram 7. Eyang Ardasim dll Putra - putra Nyimas Kafiyah ini masih saudara sepupu dari KH Rd. Abdul Habib putra Eyang Muhammad Ali ( Khalifah Garut pada tahun + 1820 M ) dan KH. Rd. Muh. Ilyas putra Eyang Raksa ( Imam Kaum Garut ). Catatan : KH. Rd. Abdul Habib adalah ayah dari KH Rd. Moh. Yasin ( Imam Besar Kaum Garut ). Beliau adalah kakek mertua dari H. Rd. Endo Trenggana ( mantan anggota DPRD Kab. Garut ). A8.1. H. HASAN ( ALI HASAN ) H. Hasan ( Alyasan ) adalah putra sulung Nyimas Kafiyah dari Rd. Ali Muhammad. Dari Nyimas Hj. Jubaedah saudara sepupunya, H. Hasan atau Alyasan mempunyai seorang putra perempuan, yaitu Nyimas Enol. Menurut riwayat, karena kecantikannya banyak para “ pemuda “ , baik dari kalangan biasa, para Dalem atau lainnya banyak yang menyukainya. Pada akhirnya, Nyimas Enol ditikahkan dengan KH Musa asal Lumajang JawaTimur, yang terkenal dengan sebutan KH Musa ( Ateken ) sebagaimana telah djelaskan di atas. Sebagaimana diriwayatkan oleh KH Emuh Muh. Qudsi, bahwa Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) tidak lama berumah tangga dengan H. Hasan atau Alyasan putra Nyimas Kafiyah, karena Aliyasan telah lama pergi ke Jawa Timur dan tidak pernah kembali ke Suci ( Garut ). Menurut riwayat/sejarahnya, H.Hasan/Alyasan putra Nyimas Kafiyah saat itu termasuk dalam istilah sekarang, ke dalam “ DPO “ atau Daftar Pencarian Orang dari pemerntahan Hindia Belanda di Batavia , karena beliau termasuk salah satu “ pemuda “ yang disinyalir akan mengadakan pemberontakan di daerah Suci Karangpawitan. Menurut sejarah Iokal atau nasional, memang bahwa pada akhir abad 18 dan awal abad19, akibat dominasi kekuasan pemerintah kolonialis Belanda atas penduduk pribumi, khususnya di Pulau Jawa, lebih - lebih terhadap rakyat Priangan ( misalnya, tanam paksa, kerja paksa dlsb ), bagi penduduk yang mempunyai “ghirah “ tentu saja akan mendorong mereka untuk mengadakan perlawanan atau pemberontakan terhadap pemerintah Belanda. Itulah yang memungkinkan “pemuda Hasan “ membenci terhadap perlakuan orang-orang Belanda tersebut. Apalagi ketika pada tahun 1799 M, Gubernur Jenderal Pemerintah Hindia Belanda pertama, yaitu Daendels yang sangat kejam memperlakukan penduduk pribumi, bahkan pemerintahan penduduk pribumi, yang semasa VOC masih diberi hak otonomi dalam mengatur tata pemerintahan tradsionalnya, setelah diambil alih oleh pemerintahan Hindia Belanda ikut mengatur ke dalamnya Misalnya “ pembubaran Kabupaten Limbangan, Parakanmuncang dan Sukapura pada tahun 1811 M, dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Sehingga Gubenur Jenderal Daendels, Gubernur Jenderal Belanda saat itu oleh penduduk priangan terkenal dengan sebutan “ Mas Galak “. Ketika itu ( 1811 M ) Kabupaten Limbangan telah dibubarkan oleh Gubernur Jenderal Daendels. Dan sebagai Bupati Limbangan terakhir adalah Tumenggung Wangsakusumah II ( 1799 – 1811 M ). Sebagaimana menurut Sejarah Limbangan, bahwa pada tahun 1813 Kabupaten Limbangan dibentuk kembali, dengan ibu kotanya di Suci Karangpawitan. Alasan utama pemerintahan Kabupaten Limbangan dipusatkan di daerah Suci, menurut KH Emu Muhammad Qudsi, karena menurut “issue “ disinyalir , bahwa H. Hasan atau Alyasan, cucu pertama Sembah Nuryayi, yaitu H. Hasan putra Nyimas Kafiyah akan melakukan pemberontakan di daerah Suci. Ketika Kabupaten Limbangan dibentuk kembali pada tahun 1813 M, dengan ibu kotanya ditempatkan di daerah Suci. Sejak itulah (1813 M ) menurut riwayat, H. Hasan atau Alyasan putra sulung Nyimas Kafiyah, pergi ke Jawa Timur meninggalkan isteri ( Nyimas Hj. Jubaedah/ Ambu Waedah ) bersama seorang putrinya Nyimas Enol ). Dikabarkan bahwa H.Hasan atau Alyasan menetap di Jawa Timur sampai wafatnya di sana. Diriwayatkan, bahwa KH A.Emed Suhrowardi, sesepuh PP Santiong Cicalengka ( Mama Santiong ) ketika masih ada, pernah berziarah ke makam Aliyasan (Hasan ) tersebut. Ada kemungkinan, karena alasan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka untuk selanjutnya Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) atas persetujuan para kerabat dan sesepuh Suci, diijinkan untuk menikah kembali. A8.1.1. NYIMAS ENOL Nyimas Enol putra Rd. H. Hasan/ Nyimas Hj.Jubaedah menikah dengan KH Musa (Ateken ) yang berasal dari Lumajang Jawa Timur. KH. Musa ( Ateken ) pada awalnya datang ke daerah Suci untuk “ masantren “, tetapi setelah menikah, beliau terus menetap dan seuweu siwinya telah menyebar ke berbagai daerah, sebagaimana nanti akan dijelaskan di bawah. Dari Nyimas Enol, KH Musa ( Ateken ) dikarunai 8 orang putra, yaitu yang menurut KH Emuh Muh. Qudsi urutanya sebagai berikut : 1. KH Marjuki ( Cidahu ) 2. KH A. Jaenal Arif ( Sukaraja ) 3. KH Ahmad Aslah ( Sindangkasih Cisaradan ) 4. KH A. Suyuti ( Suci ) 5. Ny. Iyut 6. Ny. Encoh 7. Ny. Hamidah 8. Ny. Eyoh A8.1.1.1. KH.MARJUKI KH Marjuki adalah putra sulung KH Musa ( Ateken ) dari Nyimas Enol. Menurut catatan, bahwa KH Marjuki adalah menantu Ambu Kisrah. Ambu Menot putra Ambu Kisrah dengan suaminya KH Marjuki dikaruniai 8 orang putra, yaitu Nyimas Romlah, A. Sobandi, KH. Idris, Nyimas Uti, Ny. Encoh, Ny.Liut, A.Emed dan Ny. Erum. I. NY.ROMLAH Menurut riwayat, bahwa Ny. Romlah menikah dengan KH Abdul Habib putra Muhammad Ali. KH Abdul Habib adalah saudara sepupu H. Hasan (Alyasan ) putra Ali Muhammad/ Nyimas Kafiyah. Saat itu ( awal abad 19 M ), KH Abdul Habib adalah sebagai Kalifah Kaum Garut Kab. Limbangan Garut . Dari KH Abdul Habib, Nyi. Romlah melahirkan 7 orang putra, diantaranya : 1. Muhammad 2. Sadili Muhammad putra Ny. Romlah dengan KH Abdul Habib, masih mempunyai saudara-saudara seayahnya didaerah Cibolerang, diantaranya Muh. Buhori dan Muh. Ayeh, yang ibunya adalah Nyimas Ubi saudaranya Nyimas Emong Sulwiah ( ibu KH Rd. Moh. Sayuti – Mama Cibunar) putra Rd. Muh. Jaliam ( keturunan KH Rd. Abdul Barri putra Kyai Syekh Wali Jafar Sidik Cibiuk ). Menurut catatan KH Abdul Habib ( Kalifah Kaum Garut ) wafat tanggal 24 Jumadil awwal 1247 H. II. A. SOBANDI A. Sobandi putra KH Marjuki dijadikan menantu oleh KH Rd. Moh. Syarif ( saudara sepupu Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Eyang Cmalaka Wanaraja ). A. Sobandi adalah saudara ipar dari Mama Atori ( PP At Thoriyyah Karang Tengah Kr.Pawitan ). A. Sobandi putra KH Marjuki dari Ny. Rukoyah putra KH Rd. Moh. Syarif dikaruniai 4 orang putra, diantaranya adalah KH Saja dan Ny. Kanah, 1. KH Saja KH Saja adalah menantu H. Holil putra KH Abdul Manan ( ktr. KH Muh. Salim Cibangban ) Dari Ny. Hamdanah putra H.Holil, KH Saja dikaruniai 4 orang putra, salah satu diantaranya adalah 1 ). KH Abdul Halim AS ( Ceng Elim ) Beliau adalah sesepuh PP Sukarame Kr.Pawitan. Dari KH Abdul Halim ( Ceng Elim ) penulis sempat pula mendapat selintas riwayat Sembah Nuryayi. 2. Ny. Kanah Nymas Kanah dari suaminya ( M. Harmaen ) melahirkan 3 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Yaya ( 2 ). Arian. III. H.IDRIS H. Idris adalah menantu Nyimas Baah putra Rd. Diyut. Dari isterinya Ny. Hj. Ijah Hodijah, H. Idris dikaruniai 6 orang putra,diantaranya Ny. Hj. Hadami ( Umi ). Liat no. 4. Ny. Hj. Hadami ( Umi ) adalah menantu bibiknya ( Nyimas Uti )/KH Turmudi. IV. NYIMAS WUTI. Nyimas Wuti adalah menantu Mama Mahali Cianjur. Nyimas Uti dari KH Turmudi putra Mama Mahali ( saudara seayah dari KH Moh. Gozali - Cikarokrok ) melahirkan seorang putra, yatu KH Toha. 1. KH. Toha KH Toha menikah dengan Ny. Hj.Hadami, saudara misannya, dan dkaruniai 6 orang putra, diantaranya Ny. Hj. Nuroniyah dan KH Ejeb Burrhanudin. 1 ). Ny. H. Nuroniyah Ny. Hj. Nuroniyah dari H. Kasam Samsudin ( Copong ) melahirkan 5 orang putra, yaitu Ny. Hamimah, KH Muslim, Ny.Hj. Aat Atmilah, Ny. Dawiyah dan H.Usman. ( 1 ). Ny.Hamimah Ny. Hamimah dari suaminya (Jamil ), dikaruniai 7 orang putra, diantaranya Mansur, Momon, Ase, Amjah dan Ade. Ny. Hamimah dan keluarga sekarang ( 2009 ) menetap di daerah Rawa Wetan Karangpawitan. ( 2 ). KH Muslim KH Muslim tinggal di daerah Copong Sukamantri. Dari beliaulah penulis menerima riwayat dan Silsilah Rundayan KH.Toha dan seuweu siwinya. Dari isterinya ( Ny. Nurjanah) beliau dikaruniai 8 orang putra, diantaranya Sahlan Mujahid, Fathul Munawar dan Suyupaloh. KH Muslim yang memberikan petunjuk kepada penulis, untuk menghubungi paman beliau ( KH Ejeb Burhanudin –Cidahu Kr.Pawitan ). ( 3). Ny.Hj.Aat Atmilah Ny. Hj.Aat Atmilah tinggal bersama suaminya ( KH Holil Munawar ) di Kampung Copong Desa Sukamanti Kec. Garut Kota. Bagi masyarakat Copong khususnya, dan umumnya masyarakat Garut Kota mengetahui bahwa suaminya Ny.Hj. Aat Atmilah ( KH Holil Munawar ) adalah salah satu tokoh / sesepuhnya, karena beliau sebagai Ketua Majelis Ulama Kec. Garut Kota Kab.Garut. Pada bulan ramadhan tahun 2008, sempat penulis bersilaturahmi ke rumah KH Holil Munawar di copong, karena beliau adalah salah satu dari tokoh/ sesepuh Bani Nuryayi Suci Garut. Dari suaminya ( KH Holil Munawar ) melahirkan 4 orang putra, diantaranya : • Aceng AM Fikri SAg, Bupati Garut ( 2009 – 2014 M ). 2 ). KH Ejeb Burhanudin KH Ejeb Burhanudin adalah salah satu dari tokoh/sesepuh di lingkungan Bani Nuryayi dan beliau juga adalah sesepuh PP Cidahu Kidul Karangpawitan. Pada bulan Ramadhan 2008, dalam perjalanan “ nyukcruk lembur mapay padesan “ penulis berkesempatan datang ke Cidahu dan karena beliau saat itu sedang pergi ke Bandung, penulis diterima oleh putranya (Ny.Iik Lina) dan isterinya ( Ny. Hj. Duduh Hindasah ). Dari Ny.Iik Lina putra KH Ejeb Burhanudin, penulis mendapat penjelasan tentang keluarga KH Ejeb Burhanudin dan seuweu siwinya. Penulis datang lagi setelah Lebaran ( 2008 ), kebetulan KH Ejeb Burhandin menyambut kedatangan penulis. Dari beliau, penulis menerima selintas riwayat Sembah Nuryayi. Dan dari beliau pula, penulis menerima riwayat KH Musa ( Ateken ), Nyimas Hj.Jubaedah (Ambu Waedah ), Nyimas Enol dan sesepuh-sesepuh lainnya seuweu putu Sembah Nuryayi. Ketika itu sempat KH Ejeb Burhanudin meminjamkankan buku catatan Rundayan Sembah Nuryayi, yang digunakan sebagai alat bantu yang digunakan sebagai standar dalam perjalanan penelusuran seuweu siwi Bani Nuryayi. Dari buku itulah, ditambah catatan-catatan silsilah dari Kyai Obon Sya’ban ( Cibangban ), Buku Kuno dari KH Aceng Abdul Halim AS ( Berisi rundayan dari Dalem Pagerjaya Godog dll ), Rundayan Silsilah Sembah Nuryayi ( khususnya KH. Muh. Nursa’id, Nyimas Dhomah dan Eyang Arif Cimalaka Wanaaja ) atau sesepuh lainnya dari pelbagai daerah di Karangpawitan, Sukaresmi, Bayongbong, Garut Kota, Wanaraja, Sucinaraja, Pangatikan, Cibatu, Banyuresmi, Tarogong, Leuwigoong, Cibiuk dan Limbangan. KH Ejeb Burhanudin dari isterinya ( Ny. Hj.Duduh Hindasah putra KH Abdullah ) dikaruniai 3 orang putra, yaitu : 1. Asep Hilman, 2. Yayan Sufyan 3. Ny.Iik Lina. V. NY.ECOH Ny. Encoh putra KH Marjuki menikah dengan saudara misannya, M. Dawami putra Ny. Eyoh. Lihat di bawah VI. NY. WALIUT Ny. Waliut putra KH Marjuki menika dengan Encem, dikarunai 5 orang putra, diantaranya : 1 ). Jahman 2 ). Ono. VII. A. EMED A.Emed putra KH Marjuki adalah menantu KH Satibi putra Nyimas Enol/ KH Musa ( Ateken ). Dari Nyimas Murta putra KH Satibi, Aceng Emed dikaruniai 3 orang putra, diantaranya 1. KH Sasa Syarifudin ( Ceng Sasa ). Ketika masih ada, beliau adalah sesepuh PP Nurul Abshor Cijambe Limbangan (Jl Raya Limbangan ). Sekarang ( 2009 ) sebagai sesepuhnya adalah menantunya, yaitu KH Yusuf ( Keturunan Biru asal Pasirwangi ). Menurut Ny. Hj. Maryam ( isteri KH Sasa Syarifudin keturunan Kiaralawang ), bahwa KH Sasa Syarifudin putra A. Emed, dikarunai 9 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Hj. Hodijah ( isteri KH Yusuf ). 2 ). Aceng Ibrahim Di lingkungan PP Nurul Abshor Cijambe Limbangan, selain diselengarakan penddikan dan pengajaran salafiyah, juga diselenggarakan jenjang pendidikan Raudlatul Athfal ( RA ). VIII. Ny. ERUM Menurut catatan, bahwa Ny. Erum putra KH Marjuki dari suaminya (?), mempunyai cucu H. Habib dari putranya H. Pepe. Seuweu siwi KH Marjuki dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Aceng Abdul Halim - PP Sukarame Kr.Pawitan - KH Muslim - Copong Garut. - KH Ejeb Burhanudin – PP Cidahu Kidul A8.1.1.2. KH A. JAENAL ARIF Menurut catatan KH Ejeb Burhanudin, KH A. Jaenal Arif saat itu sebagai sesepuh pesantren Sukaraja Karangpawitan. A.Jaenal Arif menikah dengan Nyimas Ijut putra KH Moh. Roji. Dari A.Jaenal Arif, Ny. Ijut melahirkan 6 orang putra, yaitu : I. KH Bajuri Menurut catatan KH Ejeb Burhanudin, KH Bajuri adalah sesepuh pesantren Sukaraja, dan KH Bajuri terkenal dengan sebutan Mama Sukaraja. II. H Sa’dulloh Tidak ada riwayatnya maupun rundayan seuweu siwinya. III. A. Abdullah Tidak ada riwayatnya maupun rundayan seuweu siwinya. IV. Ny. Hj. Aminah Tidak ada riwayatnya maupun rundayan seuweu siwinya. V. Ny. Hj. Armisah Ny. Hj. Armisah menikah dengan dengan KH Abdurohim, dan dikaruniai 3 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Dewi. Ny. Dewi adalah menantu dari Kyai A. Sayuti saudara misan ibunya. Seuweu siwinya akan dijelaskan di bawah. VI. Ny. Hj. Saodah Ny. Saodah dari suaminya ( ? ) melahirkan 8 orang putra, diantaranya: 1 ). Muh. Samsudin 2 ). Muh. Yusuf dan 3 ). Eon. A8.1.1.3. KH. MUH.ASLAH Menurut riwayat yang disampaikan oleh salah seorang cucu beliau, yaitu Rd. Dimyati putra Rd. Engking Faqih di rumahnya ( Sindangkasih Kr.Pawitan Garut ), bahwa dahulu KH Rd. M. Asloh adalah sesepuh pesantren Sindangkasih, yang banyak didatangi oleh para orang tua yang menitipkan putra-putranya untuk menjadi santri di pesantren Sindangkasih. Apalagi setelah dibantu oleh menantunya ( KH Rd. Ahmad Mahali ), yang tinggal bersamanya hampir selama 8 tahun ( 1903 – 1911 M ). Tetapi pada tahun 1911 M, atas permintaan para sesepuh Kampung Sumursari,yang saat itu termasuk Desa Sagaranten memohon kepada KH Rd. Moh.Aslah, supaya mengijinkan menantunya untuk dijadikan sesepuh bagi masyarakat Sumursari Desa Sagaranten. Lurah Desa Sagaranten saat tu, adalah Rd. Moh.Yusuf putra Kyai Rd.Ali Munaram ( keturunan Sunan Cipancar dari sekeseler Cinunuk ), yang ibunya sendiri ( Eyang Endong ) masih cicit ( buyut – sd ) KH. Muh. Nursa’id putra Embah Nuryayi. Menurut “ riwayat singkat pesantren Sumursari “ susunan KH Rd. Muhammad Mahali putra KH Rd. Ahmad Mahali ( cucu KH Moh. Aslah ), bahwa pada saat menyambut kedatangan rombongan ayahnya ( KH Rd.Ahmad Mahali ) ( + 300 orang ), telah hadir untuk menyambutnya para sesepuh sumur diantaranya Lurah hormat Rd. Sutapraja dan saudaranya Lurah Bintang (Rd.Kartapraja -pen ), KH Hasan Arif kakaknya Rd. Moh .Yusuf dlsb. Menurut penulis, ketiga sesepuh/tokoh Desa Sagaranten ini adalah masih seuweu siwi Bani Nuryayi ( lihat seuweu siwi KH Muh.Nursa’id – Sagaranten ). Kembali kepada KH Moh. Aslah putra KH. Musa (Ateken ) dengan Nyimas Enol, saat itu 1911 M usianya sudah sepuh. Diceritakan oleh Nyimas Safiyyah ( Nini Pipih – Pen ) putra KH Abdul Hanan (cucu Eyang Muh. Ro’if yang juga cicit ( Buyut –sd ) Embah Nuryayi/ Nyimas Bathiyah ) bahwa mesjid tua di depan rumah tempat tinggalnya, adalah mesjid peninggalan KH Moh. Aslah. Untuk mengenang KH Moh. Aslah, rumah bekas tempat beliau sekarang ( 2009 ) sedang direhab oleh para seuweu putunya. Kepada penulis Nyimas Safyyah ( Nini Pipih ) beserta kakaknya (Nyimas Umamah ) yang sudah sepuh ( usia + 92 tahun ), Eyang Mamah yang masih terbaring di tempat tidurnya, mendo’akan dan memotivasi penyusun untuk meneruskan perjalanan “nyukcruk lembur mapay padesan “. Dari Eyang Pipih dan Rd. Dimyati ( cucu KH Mo. Aslah ) penulis mendapat penjelasan riwayat PP Sindangkasih dan Silsilah Rundayan KH. Moh. Aslah. Seuweu siwi KH Moh. Aslah di Sumursari penulis mendapatkan penjelasan riwayat dan silsilah Rundayannya dari Rd. Saad Alyuddin, sesepuh PP An Najat Sumursari sekarang (2009). Dari Ny. Rd. Dewi Nursih putra Kyai Rd.Jamhari, KH Moh. Aslah dikaruniai 11orang putra, diantaranya Ny. Rd. Hj. Onoh Rohanah (menikah th 1903), Rd. Moh. Rifa’i dan Rd. Engking Fakih KH Moh. Aslah + Ny. Rd. Dewi Nursih putra Kyai Rd.Jamhari, Dikaruniai 11orang putra, diantaranya Ny. Rd. Hj. Onoh Rohanah, Rd. Moh. Rifa’i dan Rd. Engking Fakih. K.H. Rd. Moh. Rifa’i +Jamsiah 1. Hj. Siti Suhara Hj. Siti Suhara (w. 2011) + Ojo bin Maksudi (w. 1951) Melahirkan 6 orang anak diantaranya H. Haerudin yang menikah dengan Hj. E. Kuraesin H. Haerudin + Hj. E. Kuraesin 1. Tajul Arifin, Prof. Dr. Drs. MA 2. Apong Maesaroh 3. Jenal Asikin, H. Drs. 4. Enok Jubaedah, Dra., M.Ag. 5. Enung Nurjannah 6. Noneng Solihah, S.Ag. 7. Syaroni 8. Misbah, S.Ag. 9. Yayan Khaerul Anwar, H, SHI, M.Ag 10. Eunis Khoerunnisa, S.Ag. M.Ag. 11. Ajeng Sayyidah Ulfah

3 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kang...

Anonim mengatakan...

kagungan informasi sejarah keturunan Eyang Nagara cilawu

Unknown mengatakan...

Aslkm. Maaf barangkali permohonan petunjuk saya sudah diterima, saya senang dengan uraian silsilah yg begitu tertata rapi, hanya saya juga ingin mengetahui apakah a.n wangsa dipura bin djaja dipura (Wongso dipoera Bin Djaja Dipoera) apakah ada silsilah dari purwakarta atau cirebon. Terima kasih sebelumnya atas bantuannya (salam tyan)

Posting Komentar