skip to main |
skip to sidebar
LELUHUR LIMBANGAN GARUT HINGGA TAJUL
ARIFIN (MALANGBONG) Oleh Tajul Arifin (untuk dianalisis) A. Silsilah Rundayan
Raja-raja Galuh, Sunda dan Pajajaran. Pada Rundayan Silsilah Asal Usul
Limbangan, Catatan Silsilah Cinunuk Hilir ( Wanaraja Garut ), Silsilah
Menak-menak Limbangan, Sajarah Cikundul (Cianjur ), Cirebon, Kuningan, Panjalu,
Galuh Kertabumi, Ciamis, Banten, atau yang lain-lainnya, semuanya selalu
mencantumkan nama Prabu Siliwangi sebagai salah satu leluhurnya. Misalnya
rundayan menurut versi Sajarah Cirebon susunan Rd. Sastrapraja mulai dari Ciung
Wanara sampai dengan Prabu Siliwangi, urutannya adalah sebagai berikut : 1.
Ciung Wanara 2. Dewi Purbasari 3. Prabu Linggahiyang 4. Prabu Linggawesi 5.
Prabu Wastu 6. Prabu Susuk Tunggal 7. Prabu Anggalarang 8. Prabu Siliwangi
Rundayan menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, urutannya sebagai
berikut : 1. Ciung Wanara 2. Kidang Kancana 3. Linggahiyang 4. Linggawesi 5.
Prabu Linggawastu 6. Prabu Susuk Tunggal 7. Prabu Anggalarang 8. Prabu
Siliwangi Menurut kedua naskah tersebut, Prabu Anggalarang sebutan dalam pantun
bagi Prabu Dewa Niskala ( Raja Galuh/ Kawali 1475 – 1482 M ) adalah putra Prabu
Susuk Tunggal ( Raja Sunda/ Bogor 1382 – 1482 M ). Padahal sebagaimana tersurat
pada Prasasti BatuTulis Bogor ( yang dibuat oleh Prabu Surawisesa pada tahun
1533 M ), bahwa Prabu Dewa Niskala adalah putra Maharaja Linggawastu Kancana
(1371 – 1475 M ) dan cucu Maharaja Linggabuana ( 1350 -1357M ) yang gugur di
Bubat. Prabu Susuk Tunggal dan Prabu Dewa Niskala, keduanya adalah putra dari
Maharaja Lingga Wastukancana ( lain ibu ). Karena Prabu Jaya Dewata menikah
dengan saudara misannya, yaitu Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putri Prabu
Susuk Tunggal, maka beliau selain sebagai putra mahkota Galuh juga menjadi
Putra Mahkota Kerajaan sunda ( Bogor ). Dengan demikian Prabu Jaya Dewata adalah
pewaris dua Kerajaan, yaitu Kerajaan Galuh - Kawali dan Kerajaan Sunda – Bogor.
Ketika Prabu Jaya Dewata diangkat sebagai Raja Galuh – Kawali, juga beliau
sebagai Raja Sunda - Bogor. Saat itulah Kerajaan Sunda dan Galuh bersatu
kembali ( Kerajaan Sunda – Galuh ),dimana beliau sebagai rajanya dengan gelar
Sri Baduga Maharaja/ Prabu Siliwangi (1482- 1521 M ). Masyarakat Sunda menyebut
Kerajaan Sunda – Galuh itu dengan nama Kerajaan Pakuan Pajajaran. Nama
Pajajaran sebenarnya adalah nama Keraton di Kerajaan Sunda yang dahulu dibuat
lebih kurang 1330 tahun yang lalu oleh Prabu Tarusbawa, menantu Linggawarman (
Raja Tarumanagara ke 12 tahun 666 – 669 M ). Beliau adalah pendiri Kerajaan
Sunda pada 670 M dan sebagai Raja Galuh Pertama ( 670 – 723 M ). Selama kurang
lebih 9 abad ( abad 7 – abad 16 ) Keraton Pajajaran ini digunakan oleh
raja-raja Sunda dan raja-raja Pajajaran, sampai ditinggalkannya oleh Raja-raja
Pajajaran terakhir ( Prabu Nilakendra dan Prabu Ragamulya ), karena ada serbuan
dari tentara Banten ( tentara Surosowan ) yang dipimpin oleh Maulana Hasanudin
dan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf. Pajajaran sebagai nama kerajaan dimulai
pada masa pemerintahan Sang Haliwungan ( Prabu Susuk Tunggal ) ( 1382 – 1482 M
).(Yoseph Iskandar : 226 ). Apabila yang dimaksud Prabu Linggawesi itu pada
Rundayan tersebut di atas adalah Maharaja Linggabuana ( Sang Mokteng ing Bubat
) yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh ( 1350 – 1357 M ) ayah dari Maharaja
Linggawastu ( 1375 – 1475 M ), dan Prabu Linggahyang itu Prabu Linggawisesa (
1333 -1340 M), apakah mungkin Prabu Linggahiyang ( Raja Sunda – Galuh 1333 –
1340 M ) putranya Dewi Purbasari/ SangManistri Raja Galuh 783 -799 M ) ? Urutan
rundayan dari Prabu Siliwangi ke atas, memang akan sampai pula ke Dewi
Puspasari ( dalam cerita Lutung Kasarung namanya adalah Dewi Purbasari ) putra
dari Ciung Wanara atau Sang Manarah Raja Galuh 739 - 783 M ). Atau juga akan
sampai kepada Rahyang Banga Raja Sunda 739 – 766 M. Ketika penyusun pada
tanggal 20 Pebruari 2006 datang mengunjungi Bapak Drs. H. Jaja Sukarja ( mantan
Kasi Kebudayaan Dikbud Kab. Ciamis ) di rumahnya ( setelah pulang dari Panjalu
Camis ), beliau menceritakan Ciamis tempo dulu, diantaranya menjelaskan Sejarah
Galuh dan cerita atau dongeng Ciung Wanara dan Lutung Kasarung. Beliau
memberikan respons yang positip, bahwa penulis sedang menelusuri leluhur
Limbangan khususnya, umumnya leluhur “ Urang Sunda “. Dewi Purbasari dan Sang
Manarah atau Rahyang Banga yang terkenal dalam cerita Pantun “ Lutung Kasarung
“ dan “ Ciung Wanara “. Menurut beliau Ciung Wanara adalah Raja di Kerajaan
Galuh demikian pula Dewi Purbasari, sedangkan Aria Banga atau Rahyang Banga
adalah Raja di Kerajaan Sunda. Aki Balangantrang yang tersebut pada Pantun “
Ciung Wanara “ menurut Drs. H. Jaja Sukarja dalam buku susunannya “ Situs
Karangkamulyan “ dan Sejarah Jawa Barat susunan Drs. Joseph Iskandar, namanya
adalah Bimaraksa ( Patih Galuh ) kakek dari Naganingrum ibu dari Sang Manarah
atau Ciung Wanara. Bimaraksa adalah putra Jantaka (Raja Resi Wanayasa Bojonggambir
) cucu Wrettikandayun ( Pendiri Kerajaan Galuh 670 M ). Beliau adalah Eyang
buyut dari garis ibu ( Naganingrum ) Sang Manarah ( Ciung Wanara ).
Wrettikandayun menurut Sejarah Jawa Barat adalah putra bungsu Sang Kandiawan,
Raja Kendan ( 597 – 612 M ) putra Raja Suraliman Sakti ( 568 – 597 M ). Raja
Suraliman Sakti adalah cucu Raja Suryawarman ( Raja Tarumanagara 535 – 561 M )
dan sebagai menantu Raja Kundungga ( Raja Kutai ). ( Yoseph Iskandar : 105 ).
Hal ini dibenarkan pula oleh Maharaja Srinala Pradita Alpiansyah Rechza
Fachlevie Wangsawarman ( Pemangku Adat, Raja Kutai Mulawarman Kalimantan Timur
) yang pernah datang ke Padepokan “Ki Garut” di Kp. Gugunungan Kelurahan
Margawati Kec. Garut Kota Kab. Garut pada tanggal 21Pebruari 2010. Raja Suraliman
Sakti ( 568 – 597 M ) adalah saudara sepupu Rakryan Sancang ( lahir 591 M )
putra Raja Kertawarman ( Raja Tarumanagara 561 – 618 M ). Menurut Kang Deddy
Effendie , Rakryan Sancang inilah yang sering dirancukan dengan putra Sri
Baduga Maharaja, yaitu Raja Sangara, yang menurut Babad Godog terkenal dengan
sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat Suci. Berdasarkan urutan Rundayan
Silsilah, dari Ciung Wanara atau Sang Manarah ( 739 – 793 M ) sampai Prabu
Linggahiyang ( 1333 - 1350 ), menurut naskah Wangsakerta terhalang lebih kurang
20 generasi, yaitu urutan Raja-raja Galuh, Sunda dan Sunda Galuh. Apalagi bila
dimulai dari Raja-raja Salakanagara kemudian Tarumanagara, yang menurut Naskah
Wangsakerta termasuk leluhur Raja-raja Galuh, Sunda, Sunda Galuh dan Pajajaran.
Menurut Sejarah Jawa Barat susunan Drs. Yoseph Iskandar, Raja Sanjaya (Raja
Sunda Galuh 723 – 732 M ) cicit Wrettikandayun, pendiri Kerajaan Galuh ( 670 M
) adalah Pendiri Dinasti Sanjaya 732 M di Jawa Tangah. Dari Putri Sudiwara
putra Dewasinga ( Kalingga Selatan ), Raja Sanjaya menurunkan Raja – raja
Kalingga Utara ( Bumi Mataram ) antara lain : 1. Rakai Panangkaran ( 754 – 782
) putra Sanjaya. 2. Rakai Balitung ( 898 – 910 ) keturunan Sanjaya 3. Rakai
Wawa ( 924 – 929 ) menantu Rakai Balitung ( Drs. Yoseph Iskandar : 326 ). Raja
- raja Mataram Jawa Timur, yaitu : 1. Mpu Sindok ( 939 – 947 ) menantu Rakai
Wawa 2. Sri Isana Tunggawijaya ( 947 – 967 ) putra Mpu Sindok, ibunya keturunan
Sanjaya. 3. Makutawangsawardana ( 967 – 991 ) putra Sri Isana Tunggawijaya. 4.
Airlangga ( 1016 – 1042 ) putra Mahendradata cucu Sri Isana Tunggawijaya dan
ayahnya adalah Prabu Udayana dari Bali ( Drs. Yoseph Iskandar : 326 ).
Raja-raja yang pernah berkuasa di Karajaan Mataram ( Kediri ) Jawa Timur adalah
sebagai berikut : Raja-raja yang pernah berkuasa di Karajaan Kediri ( Jawa
Timur ) * ) 1. Sri Jayawarsa ( 1104 – 1115 ) putra menantu Airlangga,
Samarotsaha Kamakesana ( Janggala 1049 – 1104 ) 2. Sri Kameswara I ( 1115 –
1130 ) putra Sri Jayawarsa. 3. Sri Jayabaya ( 1130 – 1160 ) putra Sri Kameswara
I. 4. Sri Sarweswara ( 1160 – 1171 ) putra Sri Jayabaya. 5. Sri Aryeswara (1171
– 1181 ) putra Sri Sarweswara ( Dalam wawacan beliau terkenal dengan nama
" Angling Darma " ) 6. Sri Gandra ( 1181 – 1185 ) putra Sri Aryeswara.
7. Sri Kameswara II ( 1185 – 1194 ) putra Sri Gandra 8. Sri Sarweswawa II (
1194 – 1200 ) putra Sri Kameswara II. 9. Sri Kertajaya ( 1200 – 1222 ) putra
Sri Sarweswara II, Raja Kediri terakhir. ( Drs. Yoseph Iskandar : 327 ).
Keterangan : * ) Dalam cerita kentrungan, yaitu cerita tradisional klasik orang
Jawa Timur, disebutkan bahwa Kerajaan Galuh Besar dari tatar Sunda (yaitu
sebelum Galuh dibagi dua, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh ), kekuasannya
sampai ke wilayah Timur. Jawa Tmur juga termasuk Galuh. Di daerah Surabaya ada
nama kampung Galuhan. Orang Galuhan ( Surabaya ) sampai sekarang tetap mengaku
bahwa leluhur mereka dari Galuh (Tatar Sunda). ( Ujung Galuh 7 : 54 ). Dan
setelah itu barulah berdiri Kerajaan Singosari ( 1222 M ), Majapahi (1293 M ),
Demak ( 1518 M ), Pajang dan Kesultanan Mataram. Kembali kepada Leluhur Prabu
Jaya Dewata ( Prabu Sliwangi ), hampir semuanya dimulai dari Ratu Galuh.,
tetapi siapa asal mulanya, kapan awal keberadaannya, bagaimana riwayatnya,
bagaimana bahasanya, keyakinannya dan apa saja kekayaan seni budayanya dan
sebagainya, pada buku-buku Silsilah tidak disebutkan. Menurut almarhum Bapak
Sobarnas - Ketua Simpay Tresna Garut, hal tersebut disebabkan karena
kepentingan Sejarah belum menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat
Sunda dalam membuat Sejarah atau Silsilah Leluhurnya, masih lewat cerita
Legenda, Babad, Pantun, Wawacan dan sebagainya. Tetapi apabila mengingat
kepentingan “Kebudayaan Sunda ", yang sampai sekarang masih meraba-raba,
Sejarah dapat dijadikan landasan yang kuat untuk menentukan " Nilai Budaya
". (Sobarnas : 53 ). Pada pelajaran Sejarah Indonesia di SD dan SMP tahun
60-an, para siswa SD atau SMP di wilayah Pasundan ( Jawa Barat ), lebih hapal
nama-nama Raja Kalingga, Kediri, Janggala, Singosari, Majapahit, Demak, Pajang
dan Mataram di Jawa Tengah dan Jawa Timur daripada nama-nama Raja Tarumanagara,
Galuh, Sunda atau Pajajaran, Sultan-sultan Cirebon dan Banten. Atau paling
tidak di Jawa Barat hanya mengenal nama Raja Purnawarman ( Tarumanagara ), Sri
Baduga Maharaja dan Raja Samian atau Raja Surawisesa ( Pajajaran ). Padahal “
urang Sunda “ tidak ada bedanya dengan suku-suku bangsa lainnya di Nusantara (
Indonesia ) seperti Jawa, Aceh, Minangkabau dan lain-lainnya. Oleh sebab itu “
urang Sunda “ ( Jawa Barat, Banten dan Jakarta ) sama dengan suku-suku lainnya
mempunyai “ hak Sejarah “. Bahkan kerajaan besar di Jawa Timur, yaitu Majapahit
dari mulai Raden Wijaya ( 1293 – 1299 M ) sampai Brawijaya V atau Prabu
Kertabumi ( 1447 – 1451 ) tercantum dalam pelajaran Sejarah Indonesia. Padahal
menurut Joseph Iskandar, Raden Wijaya adalah putra Rahiyang Jayagiri dan cucu
dari Prabu Darmasiksa, Raja Sunda Galuh Galunggung, 1157 – 1297 M. Atau mungkin
sebagaimana dituturkan oleh kang Aan Merdeka Permana dari Majalah Sunda Ujung
Galuh, yang terjemahannya sbb : “ Bila mengikuti kehendak ilmuwan, dimana
sejarah itu harus ada bukti arkeologi dan catatan tertulis ( prasasti, catatan
kuno dan sebagainya ), itulah kekurangan “sejarah Sunda “, kekurangan bukti otentik.
Untuk ukuran sejarawan/ilmuwan, mungkin dianggapnya bahwa orang Sunda ( Jawa
Barat – pen. ) tidak mempunyai sejarah sebab semuanya hanya dianggap
cerita/dongeng. Apakah betul ? “ ( Ujung Galuh 06/2008 : 4 ). B. Seuweu siwi
Sri Baduga Maharaja ( Prabu Siliwangi ). Adapun putra - putri Prabu Jaya
Dewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi yang menurunkan seuweu siwi Keluarga
Besar Cirebon, Banten. Galuh, Karawang, Limbangan ( Garut ), Cianjur ( Cikundul
), Bandung Timbanganten dsb, sebagaimana tercatat dalam buku Sejarah Jawa
Barat/ Sejarah Cirebon – Banten/ Sejaran Timbanganten/ Sejarah Panjalu –
Ciamis, Sejarah Limbangan, Sejarah Karawang dll diantaranya sebagai berikut :
I. Rd. Walangsungsang ( Pangeran Cakrabuana ) ( Lahir tahun 1423 M ). Pangeran
Cakrabuana adalah pendiri dan Raja Caruban Larang ( 1456 – 1479 M ) dengan
diberi gelar oleh ayahnya “ Sri Mangana “. Banyak sejarawan mengatakan bahwa,
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam ( Cirebon, Demak dan Banten ) adalah juga
tanda masuknya Islam ke tanah Jawa. Padahal Kesultanan Cirebon, bagaimana
mungkin terbentuk tiba-tiba, tanpa menyiapkan basis sosial masyarakat muslim
yang telah mengakar dan tersebar di sepanjang pesisir Utara wilayah Cirebon.
Mungkin beberapa puluh tahun sebelum Pangeran Walangsungsang lahir, masyarakat
Islam telah menetap dan tinggal membentuk komunitas bersama dengan masyarakat
yang lainnnya ( KH Rahmat Abdullah-ed. ). Bahkan menurut Pak H. Jaja Sukarja (
mantan Kasi Kebudayaan Dikbud Ciamis ), ada putra Bunisora ( saudaranya Maharaja
Linggabuana – Sang Mokteng ing Bubat ) , yaitu Bratalegawa yang telah memeluk
agama Islam dan menikah dengan wanita Gujarat India ( Farhana binti Muhammad ).
Bratalegawa adalah seorang saudagar dan setelah menunaikan ibadah haji dengan
isterinya, ia mendapat julukan Haji Baharuddin Al Jawi. Menurut Yoseph
Iskandar, sebagai haji pertama di Kerajaan Galuh, ia dikenal dengan Nama Haji
Purwa Galuh. Walaupun Haji Purwa beserta anak cucunya berbeda agama, ketika
Prabu Wastu Kancana menjadi raja, dia tidak memusuhinya. Hubungan kekeluargaan
mereka harmonis, sebab Haji Purwa adalah adik sepupunya dan sekaligus kakak
ipar Prabu Niskala Wastu Kancana. ( Yoseph Iskandar : 250 ). Kalau menurut
silsilah, Bratalegawa atau Haji Baharuddin Al Jawi masih termasuk eyang/ kakek
( aki ti gigir – sd ) dari Pangeran Walangsungsang (cucu dari Ratu Mayangsari
saudaranya Bratalegawa ). Putranya Pangeran Walangsungsang adalah Nyi
Pakungwati yang menikah dengan saudara sepupunya Syarif Hidayatullah putra
Syarif Abdullah dari Ny.Hj. Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ). Pada tahun
1529 M beliaulah yang memimpin tentara gabungan Cirebon dan Demak ke Kerajaan
Maja dan Talaga yang selanjutnya dlanjutkan oleh Fatahillah ( menantu Syarif
Hidayatullah ). II. Ny. Hj. Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ) ( Lahir
1426 M ). Ny. Hj. Syarifah Mudaim adalah saudaranya Rd. Walangsungsang. Setelah
ibunya ( Nyai Subanglarang ) wafat, bersama kakaknya ( Pangeran Walangsungsang
) meninggalkan Pakuan pergi ke Cirebon dan menjadi murid Syekh Dzatuk Kahfy dan
beberapa tahun kemudian pergi bersama kakaknya menunakan ibadah haji ke Mekah.
Di kota Suci Mekah kedua kakak beradik itu bermukim beberapa bulan di rumah
Syekh Bayanullah sambil menambah ilmu Agama Islam. Di sinilah terjadi peristiwa
penting, yaitu dinikahinya Ratu Rara Santang oleh seorang pembesar Kota
Isma’iliyah bersama Syarif Abdullah bin Nurul Alim dari suku Bani Hasyim. Pada
masa itu Pusat Pemerintahan Islam berada di Istambul Turki. Dan untuk lebih
dekat dengan lingkungan, maka Syarif Abdulah mengganti nama Rara Santang dengan
nama Syarifah Mudaim. Dari perkawinan itu kemudian dikaruniai dua orang putra,
masing-masing Syarif Hidayatulah dan Syarif Nurulllah ( Hasan Basyari : 12 ).
Syarif Abdullah bin Syekh Nurul Alim adalah saudara sepupu Syekh Rahmatullah
bin Syekh Ibrahim Al Ghazi ( Sunan Ampel ), keduanya adalah cucu Syekh
Jamaludin Kubro Al Husein. Syarif Hidayatulah yang pada tahun 1479 M
menggantikan Pangeran Cakrabuana ( Pangeran Walangsungsang ) ( karena usianya
sudah sepuh – pen. ) sebagai Sultan Cirebon dengan gelar Susuhunan atau Sunan.
Menurut salah satu sumber ketika itu kakek beliau ( Sri Baduga Maharaja/ Prabu
Sliwangi ) mengirimkan paket kayu jati, yang sekarang masih ada tersimpan di
kompleks Gunung Sembung yang dikenal dengan sebutan Balemangu Pajajaran. Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati ( Sultan Cirebon 1482 – 1552 ) adalah yang
menurunkan para Sultan Cirebon dan seweu-siwinya. Para Sultan Cirebon, sejak
Syarif Hidayat sebagai berikut : 1. Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati (
1482 – 1552 ) 2. Moch. Arifin ( Pangeran Pasarean ) 1552 – 1555 M 3. Pangeran
Sawarga/Aria Kamuning/Dipati Cirebon 4. Panembahan Ratu 5. Pangeran Made Gayam
6. Pangeran Adiningkusumah/Pangeran Girilaya 7. Pangeran Martawijaya/Raja
Syamsudin/Kasepuhan, putra 6 8. Pangeran Kertawijaya/Raja Badrudin/Kanoman,
putra 6 9. Pangeran Wangsakerta, putra 6 ( lain ibu dengan no. 7 + 8 ) Makam
Syarif Hidayatullah berada di kompleks permakaman Gunung Sembung Cirebon. Ada
wasiat Syarif Hidayatulah ( Sunan Gunung Jati ) yang ditujukan bagi seuweu
siwinya pada khususnya dan umat Islam ada umumnya, yang bunyinya “ Ingsun titip
tajug lan fakir- miskin “. Nama Sunan Gunung Jati sering dirancukan dengan
Fatahilah menantunya, yang memimpin tentara gabungan Demak dan Cirebon ketika
merebut pelabuhan Sunda Kalapa pada tahun 1527 M. Menurut Silsilah, sebenarnya
Fatahillah bukan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, tetapi keduanya
ada hubungan kekerabatan. Kakek Syarif Hidayatullah dari ayah ( Syarif Abdullah
), yaitu Syekh Ali Nurul Alim dengan kakek buyut Fatahillah, yaitu Syekh Barkat
Jainal Alim masih bersaudara, putra dari Jamaludin Al Kubro ( Campa ). III.
Raja Sangara ( Lahir 1428 M ). Menurut Sejarah Cirebon, beliau datang ke
Cirebon bersama dengan ayahnya ( Prabu Jaya Dewata ) ketika memberikan gelar
“Sri Mangana “ kepada kakaknya ( Pangeran Cakrabuana ) sebagai Raja Caruban
Larang. Mungkin Raja Sengara setelah bersama-sama berkumpul dengan kakaknya (
Prabu Walangsungsang ) , beliau menjadi murid dari Syekh Dzatul Kahfy pula.
Raja Sangara menuntut ilmu Islam dan mengembara hingga ke Timur Tengah.
Kemudian menyebarkan agama Islam di tatar selatan dengan sebutan Prabu Kian
Santang (Sunan Rohmat). Rajasengara menurut Sejarah Limbangan atau Sejarah
Godog terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat. Raja Sangara
inilah yang kelak menjadi penyebar dan pengembang agama Islam di pedalaman
wilayah Galuh, yang pusatnya di daerah Godog Suci Karangpawitan Garut, tepatnya
di wilayah Keprabuan Galeuh Pakuan - Limbangan yang penguasanya masih keturunan
dari Sri Baduga Maharaja, yaitu Adipati Limansenjaya atau Sunan Cipancar.
Catatan : Menurut Sejarah Jawa Barat, Nyai Subanglarang adalah saudara sepupu
Prabu Jaya Dewata. Beliau adalah putra Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Muarajati
Cirebon ( menggantikan kakaknya Surawijaya Sakti ) yang telah memeluk agama
Islam. Ki Gedeng Tapa mengirimkan putranya untuk menjadi santri Syekh Quro (
Syekh Hasanudin ) Karawang. Ketika itu daerah Karawang, Subang ,Purwakarta dan
Majalengka masih termasuk wilayah Kerajaaan Sindangkasih ( dibawah Kerajaan
Sunda Galuh ) yang ketika itu rajanya adalah Maharaja Wastu Kancana ( 1371 –
1475 M ) ayah dari kelima putranya, yaitu Prabu Susuk Tunggal, Prabu Dewa
Niskala, Surawijaya Sakti, Ki Gedeng Sindangkasih dan Ki Gedeng Tapa. Syekh
Quro adalah sesepuh pesantren pertama di pesisir Utara wilayah Kerajaan Sunda
Galuh tahun 1428 M. Ketika menikah dengan Nyai Subanglarang, Prabu Jaya Dewata
masih remaja dengan nama Raden Pamanah Rasa atau Keukeumbingan Raja Sunu.
Adapun “ guru agama Islam “ putra-putranya sebagaimana tsb.di atas, adalah
Syekh Idlofi / Syekh Dzatuk Kahfi/ Syekh Nurjati, seorang ulama keturunan
Hadramaut yang berasal dari Mekah dan menyebarkan agama Islam di berbagai
daerah di Kerajaan Sunda ( Jawa Barat ) dan selanjutnya menjadi sesepuh
pesantren Pasambangan Gunung Jati Cirebon. Salah satu cicit Syekh Dzatuk Kahfy
adalah Pangeran Panjunan ( Syekh Abdurahman ). Cucu Pangeran Panjunan adalah
Pangeran Santri ( Ki Gedeng Sumedang ) putra Pangeran Muhammad ( Pangeran
Panjunan ). Pangeran Santri ( Ki Gedeng Sumedang ) adalah isteri dari Nyimas
Ratu Inten Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedanglarang ). Dari Nyimas Ratu Inten
Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedanglarang ), Pangeran Santri dikaruniai 6 orang
putra, diantaranya yaitu : 1. Pangeran Angkawijaya ( Prabu Geusan Ulun ). 2.
Santowan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden, Pamanukan dan Subang
dll Dari garis ibu dan neneknya Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Bimaraksa (
Patih Galuh ) atau Aki Balangantrang yang menurunkan putra Prabu Guru Aji
Putih, yang rundayaannya sebagai berikut : 1. Prabu Guru Aji Putih- Kerajaan
Tembong Agung – Darmaraja 2. Prabu Tajimalela/Prabu Agung Resi Cakrabuana 3.
Prabu Gajah Agung/Wirajaya/Sunan Pagulingan 4. Sunan Guling/Mentalaya 5. Sunan
Tuakan/Tirtakusumah 6. Nyimas Ratu Isteri Patuakan 1450 – 1530 M, isteri Sunan
Corenda 7. Nyimas Ratu Inten Dewata/Dewi Setyasih/ Ratu Pucuk Umum 1530 – 1578,
isteri Pangeran Santri. 8. Prabu Geusan Ulun Dari kakeknya garis ibu Prabu
Geusan Ulun adalah keturunan Suryadewata atau Batara Gunung Bitung ( pamannya
Maharaja Linggabuana, Raja Sunda Galuh ), yang rundayaannya sebagai berikut :
1. Suryadewata ( Batara Gunung Bitung ) 2. Sudayosa ( Kang katetek ing wanaraja
) 3. Darmasuci ( Raja Talaga ) 4. Sunan Talagamanggung 5. Ratu Simbarkancana,
isteri Kusumalaya ( adiknya Prabu Jaya Dewata ( Sri Baduga/Prabu Siliwangi ) 6.
Batara Sakawayana ( Sunan Corenda ), suami Nyimas Ratu Isteri Patuakan 7.
Nyimas Ratu Inten Dewata/Dewi Setyasih/ Ratu Pucuk Umum 1530 – 1578, isteri
Pangeran Santri. 8. Prabu Geusan Ulun Dari garis laki-laki Prabu Geusan Ulun
adalah keturunan Syekh Dzatuk Kahfy, yang rundayaannya sebagai berikut : 1.
Syekh Dzatuk Kahfy 2. Pangeran Panjunan ( Syekh Abdurahman ) 3. Pangeran
Muhammad 4. Pangeran Kusumadinata/Pangeran Santri, suami Nyimas Dewi Inten
Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedang ) 5. Prabu Geusan Ulun Kelak keturunan
Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun (Raja Sumedanglarang 1578 – 1601 M
) secara turun temurun menjadi para Bupati Sumedang kecuali 1 ( anak tiri ),
11, 12 dan 13, yaitu sbb : 1. Pangeran Aria Suriadiwangsa/Pangeran Rangga
Gempol I ( 1601 – 1625 ). Anak Tiri Prabu Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya.
Beliau adalah putra dari Panembahan Ratu ( Sultan Cirebon ). * ) 2. Pangeran
Rangga Gede ( 1625 – 1633 ) Putra Prabu Geusan Ulun 3. Raden Bagus Weruh
Kusumadinata /Pangeran Rangga Gempol II ( 1633 – 1656 ) 4. Pangeran Rangga
Gempol III/Pangeran Panembahan ( 1656 – 1705 ) 5. Dalem Adipati Tanumaja ( 1705
– 1709 ) mertua Dalem Wangsadita I (Bupati Limbangan 3 1740 – 1744 M ).. 6.
Pangeran Kusumadinata/Pangeran Karuhun ( 1709 – 1744 ) 7. Dalem Istri
Rajaningrat ( 1744 – 1759 ) isteri saudara sepupunya Dalem Surianagara I (
putra Dalem Wangsadita I Bupati Limbangan 3 ). 8. Dalem Adipati Kusumadinata
/Dalem Anom ( 1759 – 1761 ) Putra 7. 9. Dalem Adipati Surianagara II ( 1761 –
1765 ) Putra 7. 10. Dalem Adipati Surialaga I/ Dalem Panungtung ( 1765 – 1773 )
Putra 7. 11. Dalem Adipati Tanubaya ( 1773 – 1775 ) asal Parakanmuncang. 12.
Dalem Adipati Patrakusumah ( 1776 – 1789 ) menantu 11. 13. Dalem Aria Sacapati
( 1789 – 1791 ). 14. Rd. Jamu/ Pangeran Kusumadinata/Pangeran Kornel ( 1791 –
1828 ) Putra 9. 15. Dalem Adipati Kusumahyuda I /Dalem Ageung ( 1828 – 1833 )
16. Dalem Adipati Kusumahdinata/Dalem Alit ( 1833 – 1834 ) putra Dalem Adipati
Adiwijaya ( Bupati Limbangan Garut 1813 – 1833 ). 17. Rd. Tumenggung
Suriadilaga/Dalem Sindangraja ( 1834 – 1836 ) 18. Rd. Somanagara/ Pangeran
Suriakusumah Adinata/ Pangeran Sugih (1836 – 1882 ) putra 15. 19. Pangeran Aria
Suriaatmaja/Pangeran Mekah ( 1882 – 1919 ) 20.dst. * ) Pangeran Rangga Gempol I
( Rd. Aria Suradiwangsa ) adalah mertua Pangeran Kusumadiningrat leluhur Dalem
Wirawangsa ( Bupati Sukapura ). Adapun Nyi Rd. Rajanagara, kakaknya Pangeran
Karuhun/ Kusumadinata putra Dalem Tanumaja menikah dengan Dalem Wangsadita I (
Bupati Limbangan 3 1740 -1744 ) mempunyai putra Dalem Surianagara I ( yang
menurunkan para Bupati Sumedang sebagaimana tsb. di atas ), Wangsadita II dan
saudara-saudara yang menurunkan para Bupati Limbangan ) ( Riwayat dan Rundayan
Dalem Wangsadita I lihat di bawah ). IV. Prabu Munding Surya Ageung ( Raja Maja
) Menurut Sejarah Panjalu Ciamis, Prabu Munding Surya Ageung adalah ayah dari
Rd.Ranggamantri/Parunggangsa ( Raja Maja terakhir ). Rd. Ranggamantri
selanjutnya menikah dengan Ratu Dewi Sunyalarang ( Ratu Parung - 1500 M ) putra
Sunan Parung /Batara Sakawayana ( Raja Talaga – 1450 M ) dan akhirnya merangkap
sebagai Raja Talaga terakhir. Diislamkan oleh Syarif Hidayatullah tahun 1529 M,
Rd. Ranggamantri/Parunggangsa diberi julukan “ Pucuk Umum “. Rd. Ranggamantri (
+ 1530 M ) mempunyai 3 orang putra, yaitu : 1. Prabu Haurkuning Prabu
Haurkuning adalah Pendiri Kerajaan Galuh Pangauban. Beliau mempunyai 3 orang
putra, yaitu : 1 ). Maharaja Upama Menggantikan ayahnya sebagai Raja Galuh
Pangauban di Putra Pinggan. 2 ). Maharaja Cipta Sanghiang Menjadi raja di Galuh
Salawe ( daerah Cmaragas Sekarang ). Maharaja Cipta Sanghiyang, mempunyai 3
orang putra, yaitu : ( 1 ). Nyi Tanduran Ageung Beliau adalah isteri Pangeran
Rangga Permana putra Prabu Geusan Ulun yang mendirikan Kerajaan Galuh Kertabumi
( Raja Galuh Kertabumi 1585 – 1602 M ). Menurut catatan Rd. Yusuf Suriadiputra
( Bupati Ciamis 1954 – 1958 M ) salah satu keturunan Rd. Wirasuta ( Bupati
Karawang pertama ) bahwa Nyi Tanduran Ageung mendapatkan wilayah sebelah Timur
alun-alun Ciamis sekarang meliputi Kec. Ciamis, Cijeungjing (Bojong ), Rancah,
distrik Banjar sampai ke sebelah Selatan. Pangeran Rangga Permana ( Prabu di
Muntur ) dengan Nyi Tanduran Ageung berputrakan 2 orang yaitu : a. Maraja Cipta
( Adipati Kertabumi II ) Beliau adalah mertua Adipati Panaekan ( Bupati Nagara
Tengah ). b . Rd. Kanduruan Singaperbangsa ( Adipati Kertabumi III ) Beliau
yang menurunkan para Bupati Galuh Kertabumi/ Ciancang, yaitu sbb : 1.
Rd.Adipati Singaperbangsa II atau Rd. Pagergunung dan disebut Adipati Kertabumi
IV ( 1618 – 1641 ). Putra Adipati Kertabumi III. 2. Kanduruan Singaperbangsa
III ( Adipati Kertabumi V ) ( (1641– 1654 ). 3. Rd. Wirasuta disebut Mas Galak
atau Kanduruan Singaperbangsa IV (1654 – 1656 ), Bupati Galuh Kertabumi
terakhir, kemudian pindah ke Karawang menjadi Bupati Karawang 1 dengan gelar
Dalem Panatayuda I ( 1679 – 1721 ) putra 2 4. Rd. Candramerta ( 1676 - 1681 )
putra 3 5. Rd. Jayanagara ( 1681 – 1683 ) putra 4 6. Rd. Puspanagara ( 1683 –
1685 ) putra 4 7. Panembahan Wargamala ( 1685 – 1700 ) 8. Dalem Candranagara (
1700 – 1714 ) putra 4 9. Nyi Rd. Ayu Rajakusumah ( Bupati Istri ) ( 1714 – 1718
) putra 8 10. Dalem Kertayana/ Dalem Wiramantri I ( 1718 – 1736 ) suami Nyi Rd.
Ayu Rajakusumah.( menantu 8 ) 11. Dalem Wiramantri II ( 1736 – 1762 ) putra 10
12. Dalem Wiramantri III ( 1762 – 1787 ) putra 11 13. Dalem Wiramantri IV (
1787 – 1803 ) putra 12 ( Kabupaten Utama ). 14. Rd. Demang Wirantaka ( 1803 –
1811 ) putra 13 Bupati terakhir Pada tahun 1811 Kabupaten Utama – Ciamis –
Banagara disatukan menjadi satu Kabupaten Ciamis, sampai dengan sekarang.
Keterangan : * ).Karena pada tahun 1679 M daerah Karawang dijadikan Kabupaten,
maka beliau yang menjadi Bupati Karawang pertama (1679 – 1721 M ) dengan gelar
Dalem Panatayuda I. Beliaulah yang menurunkan para Bupati Karawang sebagai
berikut : 1. Dalem Panatayuda II ( 1721 – 1732 ). 2. Dalem Panatayuda III (
1732 – 1752 ). 3. Rd. Apun Balon /Dalem Panatayuda IV ( 1752 – 1783 ). 4. Rd.
Singasari /Dalem Panatayuda V ( menantu 3 ) ( 1783 – 1809 ). Dalem Panatayuda V
pada tahun 1809 dipindahan menjadi Bupati Brebes dengan gelar Dalem Singasari
Panatayuda I, putranya Rd. Sastrapraja ( Demang Karawang ) menjalankan
pemerintahan Kab. Karawang sampai kekosongan Bupati diisi oleh Dalem Surialaga
II ( 1811 – 1813 M ) putra Dalem Surialaga I ( Bupati Sumedang ). Sejak tahun
1813 – 1821 M pemerintah tidak mengangkat Bupati di Karawang, dan daerah
Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru ada tahun 1821 M Kabupaten
Karawang didirikan kembali sampai dengan sekarang. ( 2 ). Cipta Permana Beliau
adalah Raja Galuh Kawasen ( 1595 – 1615 M ) yang wilayahnya sebelah Barat
alun-alun Ciamis sekarang sampai perbatasan Tasikmalaya ditambah Ciancang dan
Pasirjeungjing. Beliau tinggal di Nagara Tengah ( Ciancang ). Selanjutnya Cipta
Permana diganti oleh putranya Dipati Panaekan sebagai Bupati Nagara Tengah.
Putranya adalah Dalem Imbananagara, yang menurunkan para Raja/ Bupati Galuh
Imbanagara, yaitu sebagai berikut : 1. Dalem Adipati Panji Jayanagara ( 1635 –
1674 M) 2. Dalem Angganagara ( 1674 – 1678 M ) 3. Dalem Anggapraja ( 1678 –
1679 ) ( Putra 1 ) 4. Raden Adipati Angganaya ( 1679 – 1693 ) ( Putra 1 ) 5.
Dalem Sutadinata ( 1693 – 1706 M ) ( Putra 3 ) 6. Dalem Kusumadinata I ( 1727 –
1732 M ) ( Putra 5 ) 7. Dalem Jagabaya ( 1732 – 1751 M ) ( Putra 5 ) 8 Dalem
Kusumadinata III ( 1751 – 1801 M ) ( Putra 7 ) 9. Dalem Natadikusumah ( 1801 –
1806 M ) ( Putra 8 ) Setelah Dalem Natakusumah, selanjutnya sebagai Bupati
Galuh Imbanagara terakhir adalah Dalem Surapraja ( 1806 – 1811 M ) putra Dalem
Suriapraja I ( Rangga Bungsu ) Bupati Limbangan ke 5 ( 1744 – 1755 M ). Menurut
Sajarah Limbangan, beliau terkenal dengan sebutan Dalem Imbanagara. Beliau
adalah menantu Tmg.Jengpati I ( keturunan Sanghiyang Permana ). ( 3 ).
Sanghiyang Permana Sanghiyang Permana meneruskan pemerintah ayahnya di Galuh
Salawe. Menurut Ds. Jaja Sukarja, Sanghiyang Permana dikaruniai 2 orang putra,
yaitu : a. Sangadipati Secara turun temurun rundayannya sebagai berikut :
Sangadipati – Rd. Tg. Kabolotan – Nyai Gede Kaliangis – Kyai Hameng Jaya – Rd.
Tmg. Pamulihan – Rd. Tmg.Panembahan. Kemudian Rd. Tmg. Panembahan mempunyai 2
orang putra, yaitu : 1. Rd. Tmg.Wiranagara ( Cibodas ) dan 2. Rd. Tumenggung
Jengpati. Rd. Tumenggung Jengpati I adalah Bupati Camis di Cibitu. Beliau
mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1. …………….yang dijadikan isteri Dalem Surapraja
putra Dalem Suriapraja I ( Bupati Limbangan ke 6 ) cucu Dalem Wangsadita I
Bupati Limbangan 3 ), yang diangkat menjadi Bupati Imbanagara pada tahun 1806 –
1811, sehingga diberi beliau disebut Dalem Imbanagara. 2. Penambahan
Sutadirana. b. Rd. Jakkah ( Ciawi ) Petualangan Rd. Jakkah telah disusun dalam
bentuk cerita wawacan oleh Rd. Wangsa Muhammad ( Pangeran Papak ) pada
pertengan abad 19 M. Beliau adalah salah seorang sesepuh di Cinunuk Wanaraja
Garut, yang masih keturunan Sunan Cipancar Limbangan. Catatan : Pada tahun 1811
M, Kab. Galuh Kertabumi, Galuh Imbanagara dan Kab. Panjalu digabungkan menjadi
Kabupaten Ciamis. 3 ).Sareupeun Agung. Beliau menjadi Raja Cijulang ( Ciamis .
Secara turun temurun rundayannya secara berurutan sbb : Sareupeun Agung –
Santowan Kolet - Kiai Gede Utama – Jengpati Jangabaya – Tmg. Jengpati II (
Bupati Ciamis di Cibitu ) – Tmg.Jengpati III ( Bupati Ciamis ) – Tmg. Jengpati
Wira Utama ( Bupati Ciamis ). Tmg. Jengpati Wira Utama mempunyai 3 orang putra,
yaitu : 1. Rd. Tmg.Jengpati IV ( Bupati Ciamis ) 2. Rd. Tmg.Jeng Raya 3. Rd.
Tg. Sacakusuma atau Tmg. Wiramantri ( Bupati Utama ). Tmg. Jengpati IV
mempunyai putra Rd. Tmg. Jengpati V ( Bupati Ciamis di Pasirmanggu ). Beliau
mempunyai 13 orang putra, yaitu : 1. Rd. Tmg. Jayengpati 2. Nyi Rd. Dewi Aliya
3. Rd. Wirakusumah 4. Rd. Kartanagara 5. Rd. Sutanagara 6. Rd. Martanagara 7.
Rd. Adipati Sindungmangga 8. Rd. Demang Sumapraja 9. Nyi Rd. Mojadewi 10. Rd.
Praja Wijaya 11. Rd. Mangkunagara 12. Nyi Rd. Madu 13. Rd. Nata Dewi 2. Rd.
Rangga Gumilang Rangga Gumilang adalah pendiri Kerajaan Panjalu ( + 1530 M ).
Beliaulah yang menurunkan para Raja /Bupati Panjalu. Para Raja/Bupati Panjalu :
1. Rangga Gumilang 2. Lembu Sampulur 3. Prabu Cakradewa ( Menantu 2 ) 4. Prabu
Boros Ngora 5. Hariang Kuning ( Putra 4 ) 6. Hariang Kencana ( Putra 4 ) 7.
Hariang Kuluk Kukunang Teko 8. Dipati Kariang Kanjut Kandali Kancana 9. Dipati
Hariang Martabaya 10. Dipati Hariang Kunang Natabaya 11. Aria Sumalah ( Putra
10 ) 12. Aria Secamata ( Putra 10 ) 13. Rd. Aria Wirabaya ( Putra 11 ) 14.
Dalem Wirapraja 15. Rd.Prajasasana ( Cakranagara I ) ( putra Rd.Aria Wiradipa,
cucu 12 ) 16. R.Cakranagara II 17. R. Cakranagara III ( Bupati Panjalu terakhir
). Ada Cerita Rakyat Panjalu, bahwa Prabu Boros Ngora bertemu dengan Baginda Ali
sahabat Nabi dan setelah masuk Islam dia diperintahkan untuk menyebarkan ilmu
agama Islam di negerinya dan sebagai kenang-kenangan dia diberi sebilah pedang,
cis,pakaian kehajian dan segayung air zam-zam. Cerita rakyat seperti ini hampir
mirip dengan cerita mengenai Prabu Kiansantang di Godog ( Suci Karangpawitan
Garut ) atau " Sejarah Duhung " di Cinunuk Hilir Wanaraja Garut atau
juga “ Wawacan Gagak Lumayung “. Wallohu’alam. Pada tahun 1819 Kawali, Panjalu
dan Rancah resmi menjadi wilayah tatar Galuh dengan ibu kota di Ciamis , berada
dibawah pemerintahan Bupati Rd. Adipati Adikusumah ( 1819 – 1839 ). ( H. Djadja
Sukardja : 35 ). Catatan : Setelah Prabu Jaya Dewata/ Prabu Siliwangi
memindahkan pusat kekuasaanya ke Bogor, Kerajaan Galuh di Kawali diserahkan
kepada saudaranya Sang Ningratwangi, sebagai Raja Kawali ( 1482 – 1507 M )
kemudian putranya Prabu Jayaningrat ( 1507 – 1529 M ) saudara sepupu Prabu
Surawisesa ( Raja Pakuan Pajajaran 1521 – 1535 M ). Ketika tahun 1529 M
Kerajaan Galuh ( Kawali ) dikalahkan oleh tentara gabungan Demak, akhirnya
Kerajaan Galuh Kawali dibawah Kesultanan Cirebon. Raja Galuh Kawali atas
penunjukkan Syarif Hdayatullah diangkat Pangeran Dungkut putra Langlangbuana (
Raja Kuningan ) menggantkan mertuanya ( Prabu Jayaningrat ) sebagai Raja Galuh
Kawali ( 1529 – 1575 M ). Setelah Pangeran Dungkut yang menurunkan para Raja
Kawal/ Bupati Kawali sebagai berikut : 1. Pangeran Bangsit ( Mas Palembang ) (
1575 – 1592 M ) 2. Pangeran Mahadikusumah ( 1592 – 1643 M ). 3. Pangeran Usman (
1643 M ), menantu 2. 4. Dalem Adipati Singacala ( 1643- 1718 M ), menantu
3.Bupati pertama Kawali. 5. Dalem Satia Meta ( 1718 – 1745 M ). 6. Rd. Adipati
Mangkupraja I ( 11745 – 1772 M ). 7. Rd. Adipati Mangkupraja II ( 1772 – 1801 M
). 8. Rd. Adipati Mangkuparaja III ( 1801 – 1810 M ) Bupati terakhir Kabupaten
Kawali. Pada tahun 1810 M disatukan dengan Kab. Panjalu. ( Drs. Jaja Sukarrja :
34 ). 3.Sunan Wanaperih Sunan Wanaperih adalah yang menggantikan
Rd.Ranggamantri sebagai Bupati Talaga terakhir. Cucu Sunan Wanaperih yaitu Aria
Wangsa Goparana putra Sunan Cibinong Wanapeurih ( Sunan Ciburang ) yang memulai
membabat hutan di tempat yang nantinya menjadi cikal bakal Kota Cianjur. Salah
seorang putranya, yaitu Dalem Adipati Aria Wiratanudatar I ( Dalem Cikundul )
sebagai pendiri Kab. Cianjur dan menjadi Bupati pertama Kab. Cianjur ( 1567 –
1600 M ). Beliaulah yang menurunkan para Wiratanudatar ( Bupati Cianjur ),
Bogor dan seuweu siwinya. Salah seorang putra keturunan Dalem Cikundul adalah
Rd. Abas putra sulung DAA Wiratanudatar VI. Pada tahun 1833 Rd. Abas ini dibawa
ke Sumedang dan dibesarkan oleh Pangeran Kornel ( Bupati Sumedang 1791 – 1828
M), bahkan setelah dewasa ditikahkan dengan keluarganya bernama Nyi Raden
Purnama, yaitu putri Tumenggung Kusumadinata ( Bupati Limbangan Garut 1833 –
1834 M ). Dan selanjutnya ketika Tumenggung Kusumadinata dipindahkan ke
Sumedang, maka Raden Abas juga diangkat menjadi Bupati Limbangan Garut
mengganti mertuanya dengan gelar Adipati Aria Surianatakusuma ( 1833 – 1871. Catatan
: Nyimas Ratu Patuakan ( Dewi Sintawati ) putra Sunan Patuakan (keturunan
PrabuTajimalela ) adalah menantu Ratu Simbarkancana ( Ratu Talaga )/Kusumalaya.
Kusumalaya adalah adiknya Prabu Jaya Dewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu
Siliwangi. Ratu Simbarkancana adalah cucu Pendiri Kerajaan Talaga, yaitu Prabu
Darmasuci putra Sudayosa, saudara sepupu Maharaja Linggabuana 1350 – 1357 M ).
Menurut Drs. Joseph Iskandar, ayah Sudayosa yaitu Prabu Suryadewata putra Prabu
Ajiguna Linggawisesa ( Raja Sunda Galuh 1333 – 1340 M ) dari permaisuri Ratu
Umi Lestari. Prabu Suryadewata tewas ketika sedang berburu di dalam hutan
daerah Wanaraja Garut sekarang ( sang mokta ing wanaraja ) (Yoseph Iskandar :
242 ). Dari Sunan Corenda, Nyimas Patuakan melahirkan seorang putra : Nyimas
Ratu Dewi Inten Dewata atau Dewi Satyasih. Nyimas Ratu Inten Dewata/Ratu Pucuk
Umum Sumedang ( 1530 – 1578 M ) menikah dengan Pangeran Santri/Pangeran
Kusumadinata ( keturunan Syekh Dzatuk Kahfy ) dan mempunyai keturunan
sebagaimana telah dijelaskan di atas. V. Prabu Surawisesa Ibunya adalah Nyai
Kentring Manik Mayang Sunda putra Prabu Susuk Tunggal - Raja Sunda Bogor 1382 –
1482 M ), Dalam buku Sejarah Indonesia, namanya adalah Raja Samian. Beliau
adalah Raja Pakuan Pajajaran 1521 – 1535 M menggantikan Sri Baduga Maharaja/
Prabu Siliwangi. Pada taun 1533 M, untuk mengenang ayahnya, Prabu Surawisesa
membuat Prasasti Batu Tulis Bogor. Petualangan Prabu Surawisesa, diceritakan
dalam cerita Pantun/wawacan dengan nama Guru Gantangan atau Mundinglaya Dikusumah.
Pada masa Prabu Surawisesa inilah, terjadinya penyerangan ke Banten oleh
tentara Gabungan Demak dan Cirebon dibawah pimpinan Fatahilah pada tahun 1525.
Setelah beliau wafat secara turun temurun yang memerintah Kerajaan Pakuan
Pajajaran adalah : 1. Dewata Buana ( 1535 – 1543 M ). 2. Ratu Sakti ( 1543 –
1551 M ) 3. Prabu Nilakendra ( 1551 – 1567 M ) 4. Prabu Ragamulya/Suryakancana
( 1567 – 1579 M ). Prabu Ragamulya ini pernah membuat wangsit atau wasiat
kepada para ponggawanya dan rakyat Pajajaran yang masih setia, yaitu Wangsit
Siliwangi atau Uga Lebak Cawene ( Sobarnas : 23 ). Menurut Kang Aan Merdeka
Permana dalam Majalah Ujung Galuh 6 : 65 meriwayatkan bahwa karena beliau (
Prabu Ragamulya – pen. ) telah merasa bahwa Pajajaran akan mulai berakhir, maka
Prabu Ragamulya telah mengutus putranya Aji Mantri untuk menyerahkan mahkuta
raja kepada Prabu Geusan Ulun di Sumedang Larang. Aji Mantri dikawal 4 patih
yaitu Jaya Perkosa, Terongpeot, Sayang Hawu dan Suradijaya. Pada zaman Prabu
Ragamulya Suryakencana ( Prabu Siliwang terakhir) inilah Pakuan Pajajaran sirna
ing bhumi , pada tanggal 11 bulan Wesa tahun 1501 Saka'" bertepatan dengan
tanggal 11 Rabiulawal 987 H atau tanggal 8 Mei 1579 M. Keraton Pajajaran yang
pertama kali dibuat oleh pendiri Kerajaan Sunda, yaitu Tarusbawa sebagaimana
telah dijelaskan di atas dan berdiri selama hampir 900 tahun, sekarang tinggal
menjadi kenangan “ wargi- wargi Sunda” (Jawa Barat dan Banten ). VI. Surasowan
(Adipati Banten ) Surasowan adalah saudara seibu sebapa dari Prabu Surawisesa.
Nyi Kawunganten putra Surasowan adalah isteri Syarif Hidayatullah /Sunan Gunung
Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah dari Nyi Kawunganten dikaruniai 2 orang
putra, yaitu Ratu Kalinyamat dan Maulana Hasanudin ( Sultan Banten 1552 – 1570
M ). Dari Maulana Hasanudin menurunkan para Sultan Banten sebagai berikut :
1.Maulana Yusuf (1570 – 1580 M ) 2. Maulana Muhammad ( 1580 – 1596 M ) 3. Abdul
Mufakir ( 1624 – 1651 M ) 4. Abdul Fatah/ Sultan Ageng Tirtayasa ( 1651 – 1682
M ) 5. Sultan Haji (1682 – 1687 M ) * ) 6. Sultan Abu’l Fadhl ( 1687 – 1690 M )
putra 5 7. Sultan Abu’l Mahasin Muh. Zaenal Abidin ( 1690 – 1733 M ) 8. Sultan
Abu’lfathi Muh. Arifin ( 1733 – 1750 M ) Keterangan : *) Sultan Haji ( 1682 –
1687 M ), setelah tidak menjadi Sultan, beliau menjadi ulama terkenal dengan
sebutan Syekh Maulana Mansur. Beliau adalah salah satu ulama penyebar dan
pengembang agama Islam di tatar Pasundan. Ulama yang sejaman dengan beliau
adalah Syekh Jafar Sidik ( Cibiuk Garut ) dan Syekh Abdul Muhyi ( Pamjahan Tasikmalaya
). Menurut Catatan Silsilah, ada diantara beberapa keturunan Syeh Maulana
Hasanudin ( Banten ) ada pula yang berbaur dengan Keluarga Besar Sunan Cipancar
Limbangan atau Bani Nuryayi atau mungkin sekeseler lainnya di daerah Garut dan
sekitarnya, misalnya yaitu Nyi Rd. Syarifah Aisah, isteri dari Kyai Rd. Moh.
Aonilah yang terkenal dengan sebutan Mama Serang Cibiuk ( Cibiuk/ Limbangan ).
Atau juga KH Tb. Aliban menantu dari Ny Rd. Dhomah cucu Embah Nuryayi – Suci/
Nyi Rd. Bathiyah – Cimalaka Wanaraja/Limbangan. Lihat riwayat dan rundayannya
pada Bagian lain. Kakak ipar Syarif Hidayatullah adalah Aria Surajaya putra
Surasowan. Pada tahun 1525 M, keratonnya diduduki oleh tentara gabungan Demak
dan Cirebon. Aria Surajaya beserta keluarga dan sebagian pembesar yang masih
hidup terpaksa melarikan diri masuk ke dalam hutan lebat untuk menuju Pakuan (
Bogor ) ( Yoseph Iskandar : 284 ). Untuk menghormati kakeknya, Maulana
Hasanudin menggunakan nama Surasowan sebagai nama pasukan Banten, yaitu pasukan
Surasowan. VII. Sunan Dayeuhmanggung Ibunya adalah Nyai Putri Inten Dewata
putra Sunan Permana Puntang atau Dalem Pasehan dari Kerajaan Timbanganten .
Sunan Dayeuhmanggung adalah Raja di Kerajaan Permana Puntang Timbanganten.
Menurut Naskah Silsilah Menak-menak Limbangan, beliau adalah mertua Prabu
Mundingwangi ( Sunan Cisorok ) putra Sunan Rumenggong ( Limbangan ). VIII.
Sunan Derma Kingkin ( Sunan Gordah) Sunan Derma Kingkin adalah saudaranya Sunan
Dayeuhmanggung. Beliau adalah Raja di Kerajaan Permana Puntang Timbanganten.
Menurut Sejarah Asal Usul Limbangan dan Timbanganten, beliaulah mempunyai 3
orang putra , yaitu : 1. Sunan Ranggalawe 2. Sunan Rumenggong Akan dijelaskan
pada Bagian 2 di bawah 3. Sunan Patinggi. IX. Prabu Layakusumah Ibunya adalah
Ratu Anten dari Pakuan Raharja ( Sukabumi ). Beliau adalah raja di Keprabuan
Pakuan Raharja ( Cicurug Sukabumi ) sebagai vazal (bawahan ) Kerajaan Pakuan
Pajajaran. Prabu Layakusumah adalah suami Nyi Putri Buniwangi putra Sunan
Rumenggong, yang menurunkan Para Raja/ Bupati/ Dalem Galeuh Pakuan/ Limbangan/
Sudalarang/Sumedang/Garut dan seuweu siwinya ( Keluarga Besar Limbangan ). (
Lihat Bagian 2 ). Dengan melihat putra-putra Prabu Jaya Dewata/ Sri Baduga
Maharaja/Prabu Siliwangi tersebut di atas, maka sebenarnya antara Keluarga
Besar Galuh, Karawang, Sukapura, Cirebon, Banten, Bandung, Timbanganten,
Limbangan, Garut, Parakanmuncang, Cianjur dll, baik langsung ataupun tidak
langsung, masih ada tali kekerabatan diantara mereka. Sebagai contoh : Rd. H.
Muhammad Musa ( Hoofz Penghulu Limbangan Garut ). Beliau termasuk Keluarga
Besar Sunan Cipancar Limbangan dan mungkin pula tercatat pula dalam Rundayan
Menak-menak Timbanganen ( Tarogong Garut ), Panjalu ( Ciamis ) dan Cianjur.
Karena memang demikianlah kenyataannya. Ibunya Rd. H. Muhamad Musa, yaitu Nyi
Rd. Mariyah keturunan Dalem Jiwanagara I ( Cinunuk Wanaraja Garut ) putra Dalem
Tg. Wijayakusumah dan keturunan Rd. Rajasuta ( Limbangan )/ Nyi Rd. Ajeng
Karaton ( Timbanganten), ayahnya ( Rd. Rangga Suriadiusumah – Patih Limbangan )
adalah cucu Rd. Jayanagara putra Dalem Secamata ( Bupati Panjalu ) dan Nyi Rd
Lenggang Nagara putra Rd. Tmg. Natanagara ( Bupati Bogor ) keturunan Dalem
Wiratanudatar I (Dalem Cikundul Cianjur ). Demikian pula tokoh – tokoh ( para
Dalem, Bupati, Patih Penghulu dlsb) di Limbangan Garut, Timbanganten, Sukapura,
Galuh, Sumedang, Cianjur dan tempat- tempat lainnya di daerah Pasundan. Hal ini
dikarenakan antara “wargi-wargi “ Limbangan, Sukapura, Cianjur, Sumedang dlsb.
terjalin tali persaudaraan melalui hubungan perkawinan, sejak dahulu, sekarang
bahkan mungkin di masa-masa yang akan datang. Menurut Catatan Dewan Wargi-wargi
Sunda tertanggal 8 April 1968, bahwa pada tanggal 7 April 1968 telah diadakan
pertemuan silaturahmi “Dewan Wargi-wargi Sunda “ di Panti Karya Bandung. Jumlah
yang hadir semuanya ada 76 orang perwakilan dari wargi-wargi Sumedang Sukapura,
Galuh, Bandung, Timbanganten, Limbangan, Banten, Parakanmuncang, Cidamar,
Cukundul dan Karawang. Ketuanya saat itu adalah RAA Suria Danoeningrat ( Bandung
). Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dan selintas Riwayat/Rundayan
Timbanganten, yang penulis susun mudah-mudahan jadi obor penerang bagi seuweu
siwi Limbangan Garut ( termasuk Timbanganten ) khususnya dan seuweu siwi Sunda
( Jawa Barat dan Banten ) yang masih kegelapan, mudah-mudahan tersingkap dan
menjadi pembuka pintu untuk meneliti Sejarah/Rundayannya. Ada nasehat dari alm.
Bapak Sobarnas ( Ketua Simpay Tresna Garut ) dalam bahasa Sunda sebagai berikut
: “ ………… Bumi muntir, jaman robah, atuh Kabudayaan urang Sunda oge milu robah,
ngindung ka waktu mibapa ka jaman, hususna di widang Sajarah tina sawangan
sastra ( babad, dongeng, carita pantun, carita rayat – pen ) sing ngajaul kana
sawangan sajarah sacara ilmiah, sangkan sajarah Tatar Sunda henteu terus-terusan
poek peteng. Pesek “ falsafah, siloka, perlambangna “. Anu heubeul pikeun
eunteung ( neuleuman sajarah ngan ku sawangan sastra – babad – sasakala –
dongeng ). Ayeuna garapeun ( cing urang sasarengan kokoreh bukti sajarah sacara
ilmiah). ……………Bral miang sing panjang natar lalakon kasmaran picaritaeun. Prak
rumat budaya urang, sangkan ngajega nepi ka jaga “ ( Sobarnas : 2 ). BAGIAN 2
SEJARAH KELUARGA BESAR LIMBANGAN A. SUNAN RUMENGGONG Menurut Sejarah Limbangan,
bahwa Sejarah Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dimulai sejak keberadaan
Kerajaan Rumenggong atau Keprabuan Kerta Rahayu, yang rajanya bernama Prabu
Rakean Layaran Wangi atau Prabu Jayakusumah. Bila dikaitkan dengan nama
Limbangan, Sejarah Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dimulai sejak Keprabuan
Galeuh Pakuan ( pecahan dari Kerajaan/ Keprabuan Rumenggong ) yang dirubah
namanya, menjadi Kabupaten Limbangan oleh Adipati Limansenjaya atau Prabu
Wjayakusumah atas perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di
Cirebon pada tahun 1525 M. Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, bahwa
Sunan Rumenggong adalah masih keturunan Prabu Jaya Dewata ( Prabu Siliwangi )
dari Nyi Putri Inten Dewata ( putra Dalem Pasehan Timbanganten ) dan masih
saudara dari Sunan Ranggalawe ( Ratu Timbanganten ). Sunan Rumenggong mempunyai
3 putra, yaitu : 1. Prabu Mundingwangi atau Sunan Cisorok 2. Nyi Putri
Buniwangi/ Nyi Rambut Kasih Lh. + 1470 3. Dalem emas ( dari isteri keduanya ).
Nyi Putri Buniwangi atau Nyi Putri Rambut Kasih menikah dengan Prabu Layakusumah
putra Sri Baduga Maharaja dari Ratu Anten. Prabu Layakusumah adalah raja di
Keprabuan Pakuan Raharja ( Cicurug Sukabumi ) sebagai vazal Kerajaan Pakuan
Pajajaran ( Bogor ). Pada sebagian rundayan silsilah Limbangan, Nyi Rambut
Kasih sering dirancukan dengan Nyi Ambet Kasih putra Ki Gedeng Sindangkasih (
Cirebon ). Nyi Ambet Kasih adalah isteri dan saudara sepupu dari Prabu Jaya
Dewata, yang saat itu masih bernama Raden Pamanahrasa putra Prabu Dewa Niskala.
Prabu Dewa Niskala saat itu masih sebagai putra mahkota Kerajaan Sunda Galuh,
yang rajanya adalah Maharaja Linggawastu Kancana ( 1371 – 1475 M ) yang
berkedudukan di Kawali ( Ciamis ). Di daerah Sindangkasih Majalengka, adapula
seorang putri yang menjadi Ratu Sindangkasih benama Nyi Putri Rambut Kasih (
petilasannya “Pasir Lenggik “di daerah Sindangkasih Majalengka ). Menurut
sesepuh di daerah Sindangkasih ( Majalengka ), dia itu adalah putra Prabu Jaya
Dewata, yang ketika agama Islam mulai memasuki daerah Majalengka , dia menolak
untuk menganut agama Islam. Ratu Sindangkasih bagi masyarakat di Majalengka,
terkenal dalam cerita legenda “ Majalengka “. Menurut riwayat lain, disebutkan
bahwa bahwa Sunan Rumenggong dari isteri pertama tidak mempunyai putra, tetapi
memelihara Putri Ambetkasih/Nyi Putri Buniwangi putra Sunan Patinggi Buniwangi.
Dari isteri keduanya Sunan Rumenggong dikaruniai 6 orang putra,yaitu 1. Dalem
Mangunharja ( Sunan Galunggung ) 1.1.Dalem Singaharja 1.1.1. Nagaparana 2.
Dalem Manggunrembung/Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ) 3. Dalem Mangunreksa
( Sunan Manglayang ) 4. Dalem Manguntaruna ( Purbalingga Jawa Tengah ) 5. Dalem
Emas ( Sunan Bunikasih ) 6. Dalem Mangunkusumah ( Lemah putih Depok ) Menurut
riwayat, bahwa pada + tahun 1600 M Nagaparana pernah mengadakan pemberontakan,
yang menyebabkan tewasnya Tumenggung Wangsanagara (Sunan Kareseda ) putra Prabu
Wijayakusumah ( Sunan Cipancar ) di suatu tempat yang sekarang disebut
Ragahiyang di Gunung Sadakeling. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Dalem
Santowaan cucu Prabu Mundingwangi ( Dalem Cibolerang Wanaraja ). Setelah wafat
Sunan Rumenggong dimakamkan di Kampung Poronggol ( sekarang termasuk Desa
Ciwangi Kecamatan Limbangan ). Sedangkan saudaranya, Sunan Patinggi makamnya
ada di Kampung Nangkujajar Limbangan. B. PRABU MUNDINGWANGI Nama beliau pun
sering dirancukan dengan Prabu Mundingwangi atau Prabu Munding Surya Ageung (
Raja Maja ) putra Prabu Jaya Dewata, saudaranya Ratu Sindangkasih, sebagaimana
telah disebutkan di atas. Kembali kepada Prabu Mundingwangi putra Sunan Rumenggong,
bahwa beliau menggantikan ayahnya menjadi Prabu di Keprabuan Rumenggong atau
Kerta Rahayu. Menurut Rd. Soemarna, ada kemungkinan beliau memindahkan pusat
pemerintahannya dari Kertarahayu ke Dayeuhmanggung (Desa Selaawi ) dan menikahi
putri Sunan Dayeuhmanggung saudaranya Sunan Gordah dan mempunyai putra : •
Prabu Salalangu Layakusumah Setelah wafat Prabu Mundingwangi dimakamkan di
daerah Cisorok – Selaawi dan terkenal dengan sebutan Sunan Cisorok. Kerajaan
Rumenggong dilanjutkan oleh Prabu Salalangu Layakusumah. C. PRABU SALALANGU
LAYAKUSUMAH Lh. + 1485 M Sepeninggal Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ),
Keprabuan Kerta Rahayu dilanjutkan oleh putranya , yaitu Prabu Salalangu
Layakusumah. Menurut Silsilah menak-menak Limbangan, beliau adalah kakek dari garis
ibu Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar. Setelah Prabu Salalangu
Layakusumah wafat diganti oleh putranya Dalem Santowaan atau disebut juga
Santowaan Nusakerta. D. DALEM SANTOWAAN Lh. + 1505 M Dalem Santowaan
menggantikan Prabu Salalangu Layakusumah, tetapi tidak di Keprabuan Kerta
Rahayu, karena wilayah Keprabuan Kerta Rahayu telah dibagi tiga wilayah, yaitu
Kaprabuan Galeuh Pakuan, Kaprabuan Sudalarang dan Kadaleman Cibolerang
Wanaraja. Kaprabuan Galeuh Pakuan, dipimpin oleh Dalem Adipati Limansenjaya
atau Prabu Wijayakusumah ( Sunan Cipancar ), yang menggantikan ayahnya Prabu
Hande Limansenjaya. Wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan
Limbangan, Cibiuk, Leuwigoong, Selaawi, Malangbong, Karangtengah, Cibatu ,
Wanaraja dan Karangpawitan. Kaprabuan Sudalarang, dipimpin oleh Dalem
Singadipati I, yang menggantikan ayahnya Prabu Wastu Dewa. Wilayahnya meliputi
yang sekarang termasuk Kecamatan Sukawening dan Karangtengah Kab. Garut. Dalem
Santowaan memimpin Kadaleman Cibolerang Wanaraja. Pusat Kadalemannya, adalah di
suatu tempat antara Cibolerang dan Bojongsari ( arah sebelah Barat Daya
Kp.Cinunuk Hilir Wanaraja ). Wilayah Kadaleman Cibolerang meliputi yang
sekarang termasuk wilayah Cipicung (Banyuresmi), Cinunuk ( Wanaraja ), Cimurah,
Calingcing dan Suci Karangpawitan. Ada kemungkinan makam yang berada disana,
adalah makam Dalem Santowaan dan isterinya. Makam tersebut sampai sekarang
tidak ada yang memelihara atau mengurusnya. Menurut Sajarah Limbangan, Dalem
Santowaan mempunyai 5 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem Nayawangsa 2 ). Dalem
Wangsareja 3 ). Kyai Gede Papandak ( Distrik Wanaraja ) 4 ). Kyai Gede Dadap
Cangkring ( Distrik Wanaraja ) 5 ). Kyai Nawu D.1. DALEM NAYAWANGSA Dalem
Nayawangsa adalah Dalem di daerah Cipacing Wanakerta, yang sekarang termasuk
wilayah Kec. Cibatu Kab. Garut. Dalem Nayawangsa diangkat sebagai Bupati
Limbangan yang pertama ( 1660 – 1678 M ) oleh Pangeran Rangga Gempol III Bupati
Sumedang ( 1656 – 1705 ). Setelah wafat pada pada tahun 1678 M, beliau
digantikan oleh Dalem Mertasinga (1678 – 1726 ) putra Dalem Adipati Rangga
Megatsari. Kabupaten Limbangan, oleh karena saat itu penduduknya hanya 200
keluarga, maka berdasarkan Keputusan VOC tanggal 15 Nopember 1684 statusnya
menjadi Distrik ( Kawadanaan ) Kabupaten Sumedang. Pada tahun 1705 statusnya
dikembalikan menjadi Kabupaten di bawah Kesultanan Cirebon. Dalem Nayawangsa
menikah dengan Ny Rd. Ayu Kuningan putra Dalem Sanggadipati II ( Ragadiyem )
cucu Prabu Wastu Dewa ( Keprabuan Sudalarang ). Dalem Nayawangsa mempunyai dua
orang putra, yaitu ; 1. DALEM KUDAWARSA Dalem Kudawarsa menikah dengan saudara
sepupunya Nyi Tanurang Manik menurunkan 2 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem
Wangsadita I ( Rangga Limbangan ) Dalem Wangsadita I menggantikan Dalem
Mertasinga, sebagai Bupati Limbangan 3 (1726 -1740 M ). Beliaulah yang
menurunkan para Bupati Limbangan, Sumedang dan seuweu siwinya. Seuweu siwinya
akan dijelaskan di belakang. 2 ). Rd. Candrakusumah. Rd. Candrakusumah
riwayatnya belum dketemukan, tetapi dalam Sajarah Menak - menak Limbangan,
beliau menurunkan putra, cucu dan seterusnya sampai Rd.Padmareja ( Camat
Leuwidadap Kab. Bandung ). Seuweu siwi Rd.Padmareja tidak diketahui. 2. DALEM
WANGSAREJA Dari cucunya Rd. Abubakar putra Rd.Muh.Rajak, menurunkan
cicit/buyut, yaitu : 1 ). Kyai Rd. Ali Mujaham 2 ). Kyai Rd.Ali Mujahim 3 ).
Kyai Rd. Muh. Arif 4 ). Kyai Rd.Arsi Tidak ada data riwayat dan rundayan seuweu
swinya. D.2. DALEM WANGSARAJA Lh. + 1525 M Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem
Santowaan, yang menurut Sajarah Limbangan menjadi Dalem Banjaran ( Wanaraja ).
Beliau adalah menantu dari Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari ( cicit dari
Sunan Cipancar ), karena menikah dengan putranya yang bernama Nyi Rd. Tanurang
Rucitawangi. Ketika Rangga Megatsari wafat ( 1650 M ), yang menggantikannya
sebagai Bupati Limbangan adalah putranya Dalem Wangsakusumah I. Karena putra
Dalem Wangsakusumah, yaitu Rd. Bedangga Kusumah masih kecil,maka atas perintah
Sultan Mataram Dalem Wangsareja menggantikannya sebagai Bupati Limbangan. Dari
perkawinannya dengan Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi, Dalem Wangsaraja dikaruniai
dua orang putra, yaitu : 1. Nyi Rd. Tanurang Manik Nyi Tanurangmanik menjadi
isteri dari Dalem Kudawarsa putra Dalem Nayawangsa, yang selanjutnya melahirkan
2 orang putra sebagaimana telah disebutkan di atas. 2. Rd. Rajasuta. Rd.
Rajasuta menjadi menantu Sunan Tangkil yang menjadi Demang Timbanganten. Dari
Nyi Rd. Ajeng Karaton putra Sunan Tangkil, Rd. Rajasuta mempunyai 2 orang
putra, yaitu : 1 ). Dalem Rajadiwangsa. 2 ). Rd. Taruna ( Cikukuk ). Putra
Dalem Rajadiwangsa, yaitu Rd. Arsadinata I ( Patih Limbangan) menikah dengan
Nyi Rd. Purba Sepuh ( Leuwibolang ) putra Dalem Wangsadita I ( Bupati Limbangan
3, 1726 - 1740 M ), menurunkan 4 orang putra, yaitu : ( 1 ) . Rd. Rajadinata I
( Wedana Cileuleuy ) ( 2 ). Rd. Natadireja ( 3 ). Rd. Arsadinata II ( 4 ). Nyi
Rd. Natijah 1.Rd. Rajadinata I ( Wedana Cileuleuy ) Salah seorang putra Rd.
Rajadinata I, yatu : • Nyi Rd. Umu Kulsum Belau adalah istri dari Kyai Rd. Moh.
Soleh ( Penghulu Malangbong ) putra Rd.Mas Nur Hasan, cucu Rd. Surayuda (
Wedana Malangbong ). Rundayannya akan dijelaskan pada Bagian 4. 2.
Rd.Natadireja. Rd. Natadireja menikah dengan Ny Rd. Natamantri putra Nyi Rd
Kambang cucu Dalem Wangsadita II ( Bupati Limbangan 4). Rd. Natadreja
dikaruniai 7 orang putra, diantaranya yaitu : 1). Nyi Rd. Siti Maliki Beliau
adalah suami Rd. Sinureja putra Rd. Sutabangsa yang nantinya menurunkan
tokoh-tokoh terkenal Cibiuk dan Limbangan : ( 1 ). Kyai Rd. Jafar Sidik ( 2 ).
Kyai Rd.Fakih Ibrahim Riwayat dan rundayannya akan dijelaskan pada Bagian 6.
2). Rd. Arsadireja ( Rd. Aip ) Rd. Arsadireja menikah dengan putra Rd.
Wangsayuda ( cicit Dalem Jiwanagara I ( Cinunuk Wanaraja ) putra Tg.
Wijayakusumah ( Dalem Sukadanuh ) dan dikarunia seorang putra, yaitu : • Nyi
Rd. Mariyah Nyi Rd. Mariyah selanjutnya menikah dengan Patih Limbangan yang
bernama Rd. Rangga Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat ( keturunan Dalem
Cikundul Cianjur dan Panjalu ). Menurut silsilah, Rd. Rangga Suriadikusumah
putra Rd. Suriadiningrat adalah saudara sepupu Dalem Adiwijaya I ( Bupati
Limbangan Garut 1813 – 1833 M ) putra Pangeran Kornel (Bupati Sumedang. 1791 –
1828 M ). Ny. Rd. St. Mariyah putra Rd. Arsadireja dari Rd. Rg. Suriadikusumah
dikarunia seorang putra, yaitu : Rd. H. Muhammad Musa. Rd. H. Muhammad Musa
adalah Penghulu Limbangan atau terkenal dengan sebutan Penghulu Bintang Garut.
Riwayat dan rundayannya akan dijelaskan di belakang. 3. Rd. Arsadinata II. Rd.
Arsadinata II menurunkan putra Rd. Sutamanggala ( Penghulu Malangbong ). Ny.
Rd. Komala putra Rd. Sutamanggala adalah isteri Rd. Surayuda ( Wedana
Malangbong 1809 M ) dan mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1 ). Rd.Wirayuda 2 ).
Ny.Rd.Nata Karaton Dari suaminya ( ? ) beliau melahirkan putra : • KH Rd. Abdul
Kohar Sesepuh PP Cipining Cibunar Malangbong. Riwayat dan rundayan Rd. Surayuda
akan dijelaskan di belakang. 4. Ny.Rd.Natijah Adapun Nyi Rd.Natijah menjadi
isteri Kyai Rd. Jaiyyah, cucunya Rd.Jafar Sidik dari putranya Nyi Rd. Ayu
Fatimah. Menurut riwayat dari sesepuh di Malangbong dan Limbangan, bahwa salah
seorang putra Kyai Rd. Jaiyyah adalah : • Embah Kair Atas ijin dari ayahnya,
beliau pergi mengembara ke daerah Cimande Bogor dan pernah mengabdikan diri
kepada Dalem Wiratanudatar VI ( Bupati Cianjur ). Diriwayatkan bahwa beliau dan
istrinya adalah pencipta “ jurus Cimande “, yang terkenal di dunia persilatan
tatar Sunda. D.3. KYAI PANDE GEDE PAPANDAK Daerah Papandak letaknya di sebelah
Timur Laut dari kota Kecamatan Wanaraja sekarang ( lebih kurang 4 km ). Sekarang
termasuk wilayah Desa Sukamenak Kec. Wanaraja Kab. Garut. Menurut Sajarah
Silsilah Asal Usul Limbangan, Kyai Pande Gede Papandak mempunyai seorang putra
yang bernama : • Dalem Wangsayuda Dalem Wangsayuda adalah Sekretaris Keraton
Mataram ( asal Cilegong Papandak ). Dalem Wangsayuda dikaruniai 5 orang putra,
yaitu : 1. Rd. Patrawangsa 2. Rd. Partadiriya 3. Rd. Paranajibja al Ilyas 4.
Rd.Natawiria 5. Rd. Wra Sasatero Seuweu siwinya dapat dilihat pada Buku
Silsilah Rundayan Sunan Rumenggong dan Sunan Cipancar Bagian 2. D.4. KYAI PANDE
GEDE DADAP CANGKRING. Mengenai riwayat dan data Silsilah Rundayannya tidak
diketahui. D.5. KYAI NAWU Adapun putra bungsu Dalem Santowaan, yaitu Kyai Rd.
Nawawi. Menurut riwayat, karena beliau ahli dalam bidang llmu Nahwu ( cabang
ilmu tata bahasa Arab ), maka beliau terkenal dengan sebutan Kyai Rd.Nawu. Kyai
Rd. Nawu tinggal dan menetap di daerah Cibeureum Wanaraja, yang sekarang
termasuk wilayah Kec. Pangatikan Kab. Garut. Kyai Rd.Nawawi ( Kyai Rd.Nawu )
mempunyai putra yang bernama : • Kyai Lembang ( Syekh Abdul Jabar ) Beliau
adalah Kyai di daerah Cikukuk Leles ( sekarang termasuk wilayah Kec. Leuwigoong
). Makam Kyai Lembang ( Syekh Abdul Jabar ) satu kompleks dengan makam cucunya,
yaitu Kyai Rd. Jafar Sidik, berada di sebuah bukit Gunung Haruman di Desa
Cipareuan Kec. Cibiuk Kab. Garut. Kyai Lembang atau Syekh Abdul Jabar mempunyai
beberapa orang putra, diantaranya : I. Kyai Rd. Ketib Beliau adalah seorang
Kyai di daerah Ciceuri ( sekarang temasuk Kec. Kersamanah Kab. Garut ). Makam
Kyai Rd. Ketib putra Kyai Lembang berada di sebelah Barat pemakaman Astana Gede
di Kampung Pasir Astana Desa Pasirwaru Kec. Limbangan. Karena Kyai Rd. Ketib
memegang jabatan Khotib pertama di Limbangan, maka selanjutnya beliau pindah
dari daerah Ciceuri Malangbong (sekarang termasuk wilayah Kec.Kersamanah Kab.
Garut ) ke Limbangan dan seterusnya tinggal dan menetap di Limbangan. Kyai
Rd.Ketib dkaruniai 7 orang putra,diantaranya : 1. Nyimas Ayu Subah Nyimas Ayu
Syu’bah menikah dengan Kyai Rd.Mas’ud putra Rd. Arsawiguna ( Patih Limbangan )
dan melahirkan 5 orang putra, diantaranya yaitu : 1 ). Kyai Rd. Jafar Sidik 2
).Kyai Rd. Fakih Ibrahim. Kedua putra Kyai Rd. Mas’ud dengan Nyimas Ayu Syu’bah
ini akan djelaskan pada Bagian 4. 2. Kyai Musta’mil Berputra satu, yaitu : •
Nyi Rd. Ajeng Kawibun Menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Jafar
Shidik putra Kyai Rd.Mas’ud. 3. Kyai Mas Panengah Berputra beberapa
orang,diantaranya : • Ny. Rd.Pangulu Cicadas Menikah dengan saudara sepupunya,
yaitu Kyai Rd.Fakih Ibrahim putra Kyai Rd.Mas’ud. II. Kyai Rd. Sulaeman (
Banyumas ) Dua diantara beberapa putranya, yaitu : - Kyai Mas Winata - Kya
Abdullah F. PRABU WASTU DEWA Prabu Layakusumah dari perkawinannya dengan Nyi
Putri Buniwangi mempunyai putra kembar, yang sulung namanya Prabu Wastu Dewa (
sebagai Prabu di Keprabuan Dayeuh Luhur wilayah Cibiuk sekarang ) dan Prabu
Hande Limansenjaya Kusumah ( sebagai Prabu di Keprabuan Galeuh Pakuan wilayah
Limbangan Sekarang ). Selanjutnya Prabu Wastu Dewa menjadi Prabu di Keprabuan
Sudalarang ( daerahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan Sukawening dan
Karangtengah ). Prabu Wastu Dewa mempunyai putra Rd. Singadipati I di Cinta,
dan mempunyai 6 orang putra, yaitu : 1 ). Dalem Mangkubumi ( Wanakerta) 2 ).
Dalem Wangsapati (Cinta ) 3 ). Dalem Kertawangsa 4 ). Dalem Jaksa ( Ragadiyem )
Cucunya adalah Ny. Rd.Minur yang menikah dengan Dalem Mertasinga putra Adipati
Ranggamegatsari ( Bupati Limbangan 2 1678 – 1726 M ). 5 ). Dalem Lurah (
Ragadiyem ) 6 ). Dalem Singadipati II ( Cinta ) Sepeninggal ayahnya, Keprabuan
Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem Singadipati II ( masuk Islam tahun 1525 M ).
Putranya adalah Ny.Rd.Ayu Kuningan yang menikah dengan Dalem Nayawangsa putra
Dalem Santowaan ( Bupati Limbangan 1 1650 – 1678 M ). Setelah Dalem Singadipati
II ( Prabu Sangga Adipati II ) putra Rd. Singadipati I, Keprabuan Sudalarang
dilanjutkan oleh Dalem Cakrajaya. Sampai sekarang penyusun belum menemukan Buku
Standar Silsilah Rundayan dari Prabu Wastu Dewa ( Sudalarang ). Menurut Rd.
Sobarnas, salah seorang cucu Dalem Singadipati II yang bernama Nyimas Ayu
menikah dengan Pangeran Sacakusumah putra Mas Jolang atau Pangeran Seda ing
Krapyak ( Sultan Mataram 1601 – 1613 M ). (Rd. Sobarnas : 26 ). Ada kemungkinan
Rd. Wirantadijaya ( Lurah Desa Cinta Kec. Nangkapait Kab. Garut ), ayah Rd.
Muh. Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa Barat tahun 1952 – 1857 adalah keturunan
dari Ragadiyem. H. PRABU HANDE LIMANSENJAYA Sajarah Limbangan meriwayatkan,
bahwa beliau adalah saudara kembar dari Prabu Wastu Dewa. Beliau adalah sebagai
penguasa di Keprabuan Galeuh Pakuan. Keraton Galeuh Pakuan berada di daerah
Pasirhuut berdekatan dengan Sungai Cipancar yang bemuara ke Sungai Cimanuk.
Sesepuh Pondok Pesantren Wates Bapak KH Rd. Aten Muhyiddin telah menceritakan
kepada penyusun, bahwa ayah beliau ( KH Rd. U. Muhyiddn ) dan leluhurnya pernah
mengunjungi daerah bekas Kerajaan Galeuh Pakuan tersebut. Kang Aan Merdeka
Permana dalam Majalah Ujung Galuh menjelaskan, bahwa Pasirhuut adalah “ lembur
nu pinuh ku lalangse “ ( Kampung yang penuh dengan kabut misteri ), sebab ada
dugaan bahwa di bawah tanah daerah Pasirhuut tersimpan kekayaan peninggalan
keraton Galeuh Pakuan. Menurut berita catatan tradisional, bahwa Mahkota
Binokasih Sanghiyang Pake ( Mahkota Raja yang dibuat Bunisora dan dipakai oleh
Raja-raja Galuh / Sunda dan Pajajaran, mulai dari Prabu Wastukancana (
1371-1475) sampai Prabu Ragamulya / Suryakancana/ Prabu Siliwangi terakhir
(1567- 1579 M ), yang seharusnya dibawa ke Prabu Geusan Ulun di Sumedang larang
atas perintah Prabu Siliwang, oleh Jayaperkosa disembunyikan di salah satu gua
tidak jauh dari keraton Galeuh Pakuan di daerah Pasirhuut Limbangan. Tetapi
versi lain menyebutkan, bahwa berdasarkan ucapan Prabu Wijayakusumah ( Sunan
Cipancar Limbangan ), mahkuta Binokasih disembunyikannya agak jauh dari
Pasirhuut, yaitu di sebelah Barat makam Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar
di Limbangan ( Pasir Astana Desa Pasirwaru Limbangan – Peny. ) ( Ujung Galuh 7
: 9 ). Wallohu’alam. Menurut Kang Deddy Effendie ( Wakil Ketua Masyarakat
Pariwisata Kab. Garut ) yang diceritakan kepada penulis beberapa waktu yang
lalu, bahwa di daerah Pasirhuut bekas Keraton Galeuh Pakuan - Limbangan banyak
kekayaan Galih Pakuan yang masih ada sampai dengan sekarang, dan disimpan oleh
masyarakat yang mencintai sejarah kuno. Prabu Hande Limansenjaya, kemungkinan
karena sudah sepuh atau tidak mau berselisih dengan putranya sendiri ( yang
sudah memeluk agama Islam ), akhirnya beliau meninggalkan keraton Galeuh Pakuan
di Pasirhuut dan kemudian menuju ke daerah Wanaraja. Beliau beserta pengikutnya
membuka hutan di daerah Wanaraja dan dijadikannya pemukiman, yang disebut
Panyeredan ( berdekatan dengan kampung Tajur Kidul dan termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Sucinaraja Kab. Garut – Pen. ). Benda Cagar Budaya sebagai
peninggalan Prabu Hande Limansenjaya, diantaranya batu bekas bertapa dan tanda
kebesarannya seperti lingga dan alas duduk, masih ada di Pasir Sanghiyang di
kaki bukit gunung Galunggung antara Kampung Tajur dan Cigadog (sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Sucinaraja Kab. Garut ). Beberapa waktu yang lalu,
penulis sempat datang ke Kampung Galeuh Pakuan Limbangan ( tepi Sungai Cipancar
). Penulis diantar oleh Bapak Nukri untuk melihat Batu Pangcalikan di tepi
Sungai Cipancar. Menurut Bapak Nukri, bahwa Batu Pangcalikan tersebut adalah
tempat beristirahat Prabu Limansejaya setelah bersuci di Sungai Cipancar. Jarak
Batu Pangcalikan tersebut dari Sungai Cipancar kurang lebih 5 m dan batu
pangcalikan ( yang tersusun seperti sebuah kursi ) bersandar kepada dinding
pematang sawah di atasnya. Bapak Nukri menceritakan kepada penulis, bahwa
beberapa puluh tahun yang lalu ( pada jaman pemerintahan Presiden Suharto ) ada
sebuah batu yang berbentuk gentong dibawa ke Jakarta dan sekarang batu tersebut
digunakan prasasti Gedung PGRI Pusat Jakarta. Sepeninggal Prabu Hande
Limansenjaya, Keprabuan Galeuh Pakuan diwariskan kepada putranya, yaitu Adipati
Limansenjaya atau Prabu Wikayakusumah yang setelah wafat terkenal dengan
sebutan Sunan Cipancar. Seuweu swinya akan dijelaskan pada Bagian 2. I. DALEM
EMAS Dalem Emas atau Sunan Bunikasih rundayan silsilahnya akan sampai kepada
Kyai Rd. Moh. Ashim ( Parakanmuncang ). ( Lihat Bagian 2 Buku Silsilah Rundayan
Sunan Rumenggong ). Menurut sesepuh Kp. Serang Cibiuk, Kyai Rd. Moh. Ashim
setelah berguru kepada Kyai Syek Jafar Sidik ( pada abad 18 M ) tidak pulang ke
Parakanmuncang, tetapi terus menetap di Cibiuk dan menikah dengan Nyi Rd. Ajeng
Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria. Menurut riwayat, bahwa Kyai Rd.Zakaria adalah
putra Embah Dangdeur Cikawao ( Embah Nurmadin putra Maulana Abdullah keturunan
Maulana Hasanudin Banten ). Kyai Rd. Zakaria menikah pula dengan Nyi Rd.
Nalebah cucu Dalem Tegaljati Pasir Uncal, yaitu Dalem Wiraha putra Dalem
Wirayuda (Dalem Cipicung ) ( cucu Tmg. Wangsanagara / Sunan Kareseda ). Dari
Nyi Rd. Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria, Kyai Rd. Moh. Ashim menurunkan
beberapa orang putra, diantaranya : I. NY. RD. ST. KURSIYAH ( Eyang Kunci )
Beliau dahulu tinggal di Cibuntu Cibiuk. Putra-putranya, yaitu : 1.
Rd.Muh.Saleh Ayah Rd.Idik ( Pasir Kulit Cibiuk ) 2. Ny. Rd. St. Qoribah Ny. Rd.
St. Qoribah menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Nur Muhammad putra
Ny. Rd.Idah/ Rd. Sinureja. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. II.
EYANG DEMAS Beliau tinggal di Cibiuk. Putra-putranya diantaranya : 1. Rd. H.
Abdul Manan Ayah dari Rd. H.Ino, Rd.H. Amin dll 2. Kyai Ahmad Majalli (
Majalaya ) III. NY. RD.IDAH Ny. Rd. Idah adalah menantu Rd. Sinureja (
keturunan Dalem Wirabangsa Cikelepu Limbangan ). Dari Rd.Wargadireja putra Rd.
Sinureja, Ny. Rd. Idah melahirkan 2 orang putra, yaitu : 1. Kyai Rd. Nur
Muhammad 2. Rd. Ali Hanafiah. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. IV.
RD. MOH. YUSUF Rd. Moh. Yusuf putra Kyai Rd. Moh. Ashim mempunyai tiga putra,
yaitu : a. Kyai Rd. Muh. Bunyamin. Rd. Muh. Bunyamin menikah dengan putra
sulung Kyai Rd. Nur Muhammad, yaitu Nyi Rd.Murtijiyah dan melahirkan seorang
putra, yaitu : • Kyai Rd. Romli ( Mama Ciloa Limbangan ). Rd. Moh. Romli dari
Ny. Rd. St. Fatimah, dikarunai 8 orang putra, diantaranya : 1. Rd. Ahmad
Kosasih Putranya adalah : 1). Rd. Cecep Yusuf 2). Rd. Aceng Romli 2. Rd. Zenal
Muttaqin Mempunyai 7 orang putra, diantaranya : (1). Rd. Ahmad Nahrowi (2). Rd.
Hasanudin (3). Rd. Husenudin 3. Rd. Abed Zenal Abidin Mempunyai 7 orang putra,
diantaranya : 1). Rd. Muhyiddin Menurut KH Rd. Ibrahim Iskandar ( PP Burujul
Limbangan ), Rd.Muhyiddin adalah penyusun buku “ Wawacan Nur Muhammad Cikekepu
“ dan sekarang aktif di DKM Mesjid Agung Bandung. 2). Rd. Ombi Romli 4. Ny. Rd.
Baitul Fatmawati Beliau dikaruniai 2 orang putra, yaitu : 1). Aceng Holil
Aonillah Beliau adalah sesepuh PP Ciloa Limbangan. Salah seorang menantunya (
KH Rd. Agus Soleh ) sekarang memimpin PP Ciloa Limbangan. 2). Ny. Rd. Ai Toto
St.Rohmah Isteri KH Rd. E. Muhyiddin putra KH Rd. Tajudin ( PP Pulosari
LImbangan ). 5. Rd.Ashim Rd. Muh. Ashim terkenal pula dengan sebutan Kyai Ende.
Beliau adalah menantu KH Rd.Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ), dan dikarunai 3 orang
putra, yaitu : 1). KH Rd. Ibrahim Iskandar ( Cep Ii ) Sekarang ( 2009 ) beliau
sebagai sesepuh PP Burujul Limbangan. Salah seorang putranya ( Ny. Rd.Eva
Syarifah ) menjadi isteri dari Ceng Mustopa putra KH Amin Suhrowardi ( PP
Assyatibiyah Tanjungpura hilir Kr.Pawitan – Bani Nuryayi ). 2). KH Rd. Toto (
CepToto ) Sesepuh PP Sukamantri Sukabumi. 3). KH Rd.Didi ( Soreang Bandung ) b.
Kyai Rd. Munaji ( ayah Rd.H. Ali Limbangan ) c. Nyimas Halimah Nyimas Halimah
adalah isteri KH Rd. Abdul Fatah putra KH Rd. Aonillah ( Mama Serang Cibiuk ).
Seuweu siwinya akan djelaskan di bawah. V. KYAI RD.MOH. AONILLAH ( Mama Serang
Cibiuk ). Kyai Rd. Aonllah menikah dengan Ny. Rd. Syarifah Aisyah putra Syekh
Maulana Sayyid Daud ( Empang Bogor ) dan ( ? ). Dari keduanya, Kyai Rd.
Aonillah dikaruniai 4 orang putra, yaitu : V1. KH. RD.ABDUL FATAH ( wafat 1878
M ) KH Rd. Abdul Fatah ( Pesantren Cibalandong ) dari Nyi Rd.St.Halimah putra
KH Rd. Moh. Yusuf mempunyai, 6 putra, yaitu : 1. Ny. Rd.Mas Enok ( wafat di
Mekah ) 2. Ny. Rd. Ubik 3. Nyi Rd. Enot 4. KH Rd. Achmad Mahalli 5. KH Rd.
Jalaludin Sayuti 6. KH Rd. Gojali 1. Ny. Rd. Mas Enok. 2. Ny. Rd. Ubik 3. Nyi
Rd. Enot Nyi Rd. Enot mempunyai seorang putra, yaitu KH.Rd. Jakaria. KH
Rd.Jakaria menjadi sesepuh pesantren Situ Batu ( Cipareuan Cibiuk ). Akhirnya
KH Rd.Jakaria menjadi menantu KH Abdullah ( yang membedah Desa Cipareuan, yang
sakarang termasuk Kec. Cibiuk ). Dari Ny.Siti Julaeha putra KH Abdullah, KH
Rd.Jakaria dikaruniai 8 orang putra,dintaranya : 1 ). Rd. Masduki 2 ). Rd.Asep
Jaenal Mutakin 3 ). Rd. Aceng Badrudin 4 ). Rd. Aceng Mamad ( sesepuh pesantren
Situbatu Cipareuan Cibiuk ) 4. KH. Rd. Achmad Mahalli Berdasarkan riwayat yang
diuraikan KH Rd. Muh. Mahali putra KH. Achmad Mahali, dalam “Sajarah/Riwayat
ringkesna pasantren Sumur “ susunan beliau tanggal 1 Muharam 1381 H ( 14 Juni
1961 M ), bahwa KH Rd. Acmad Mahali putra KH Rd. Abdul Fatah dilahirkan pada
tahun 1866 M, di Pesantren Cibalandong Desa Cibiuk Kec. Balubur Limbangan Kab.
Bandung ( sekarang termasuk Kab.Garut ). KH Rd. Achmad Mahali, pada tahun 1875
M pertama kali belajar agama di pesantren Serang Cibiuk, pimpinan kakek beliau
sendiri ( KH Rd. Aonillah ). Dan kemudian dillanjutkan ke beberapa pesantren
lainnya sampai dengan tahun 1902 M ( usia 36 tahun – pen.). Pada tahun 1903 M,
KH Rd. Achmad Mahali menikah dengan Ny. Rd.Onoh Rohanah ( ibunya, Ny.Rd. Dewi
Nursih putra Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Eyang Cimalaka, ayahnya adalah KH Moh.
Aslah cicit Embah Nuryayi Suci Garut ). KH Rd. Achmad Mahali bersama istri,
tinggal bersama mertuanya di PP Sindangkasih Cisaradan Karangpawitan Garut )
selama hampir 7 tahun ( 1903 – 1911 M ). KH Rd. Achmad Mahalli pada tahun 1911
M mendirikan Pondok Pesantren Sumursari ( Sukasono Sukawening ) di atas tanah
wakaf dari Rd.H. Yusuf putra Kyai Rd. Ali Hasan Munaram ( keturunan
Cinunuk/Limbangan/ Bani Nuryayi ). Dari Ny. Rd.Hj. Ono Rohanah, KH. Rd. Ahmad
Mahali dikaruniai 8 orang putra diantaranya : 1 ). KH Rd. Muh. Mahali
KHRd.Muh.Mahali dilahirkan di Sumursari pada tanggal 17 Agustus 1911 M. Dan
setelah KH Rd.Achmad Mahalli wafat ( 20 Muharam 1367H/ 1947 ), sebagai sesepuh
Pondok Pesantren Sumursari dilanjutkan oleh putranya ( KH Rd. Muhammad Mahalli
). KH Rd. Muh.Mahali menikah dengan Ny. Rd. St.Jubaedah putra KH Rd. Sarbini
dikarunia seorang putra, yaitu KH Rd.Dadang. Abd. Rajak Setelah KH Rd.
Muh.Mahali wafat, KH Rd.Dadang Abd. Rajak yang meneruskannya sebagar sesepuh PP
Sumursari. Dan sekarang pesantren ini dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren
Annajat dibawah pimpinan Rd. Ali Saad Aliyudin putra sulung KH Rd. Dadang
Abd.Rajak. Lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan Yayasan adalah Pondok
Pesantren, MD, RA, MI,MTs dan MA. 2 ). KH Rd. Didi Mahmudi KH Rd. Didi Mahmudi,
karena menikah dengan Nyimas St. Fatimah putra dari KH Umar Basri ( cicit KH
Muh. Arif putra kedua Sembah Nuryayi Suci – Pen. ), beliau bertempat tinggal
dan menetap di Fauzan tonggoh, dan menjadi sesepuh Pondok Pesantren Fauzan
Tonggoh Kec. Sukaresmi. Setelah KH Rd. Didi Mahmudi wafat, seterusnya PP Fauzan
Tonggoh diasuh oleh Nyimas St. Fatimah dan putra-putranya. Pada bulan Oktober
2008, penyusun datang ke Fauzan Tonggoh dan bersilaturami kepada Nyimas St.
Fatimah. Dari KH Rd. Didi Mahmudi, Nyimas St. Fatimah melahirkan 8 orang
putra., diantaranya : ( 1 ). Rd. Ahmad ( 2 ). Rd.Mu’man ( 3 ). Rd. H.Jajam
Jamhari Setelah Ny. Rd. Onoh Rohanah wafat, KH Acmad Mahali menikah lagi dengan
saudara sepupunya Ny. Hj. Rd. St. Rokayah putra KH Rd. Abdurahman, dan
dikarunia putra, diantaranya : 1 ). Rd. Moh.Zakaria 2 ). Rd. Moh. Sobari 3 ).
Rd. Moh. Yahya 5. KH. Rd. Jalaludin Sayuti KH Rd. Jalaludin Sayuti menikah
dengan Ny. Rd.oneng putra Rd. .Moh. Anwar,dan dikaruna 9 orang putra,
diantaranya : 1 ). Kyai Rd. Masduki 2 ). Nyi Rd. Encum 3 ). Rd. Moh. Toha 4 ).
Nyi Rd. Rohmah 5). Nyi Rd. Aminah 6). KH Rd. Junaedi ( Cibuyut Lewo ) 7 ). Nyi
Rd. Siti Aisah 8). Rd. Abdullah 9). Ny. Rd. Enok Nyi Rd. Siti Aisah bersuamikan
KH. Rd. Uyeh Abdullah asal Cianjur dan dikaruniai 4 orang putra, yaitu
diantaranya KH Rd. Teten Syarif Mahmud Sesepuh Pondok Pesantren Al Ulfah Lewo
Malangbong. 6. KH Rd. Gojali KH Rd. Gojali menikah dengan Ny. Rd. Nafisah dan
dikaruniai 5 orang putra, dantaranya : • Rd. Muh. Husen V2. KH RD.ABDURAHMAN (
Pak Onggoh/ Mama Kulon ) KH Rd. Abdurahman, menjadi sesepuh di Pesantren
Cikelepu Kulon, oleh karenanya terkenal dengan sebutan Mama Kulon. KH Rd.
Abdurahman beristrikan Nyi Rd. Siti Mir’at ( terkenal dengan sebutan Nyai
Menak/Nyai Kulon) putra bungsu Kyai Rd. Nur Muhammad ( Cikelepu Limbangan ).
Dari 13 orang putra KH Rd. Abdurahman, yaitu : 1. KH Rd. Moh.Sobar ( Pasantren
Cibiuk Tengah ) 2. Rd.H .Muh. Bakri ( wafat di Mekah ) 3. Ny.Rd. St.Rafi’ah
Isteri KH Rd. Sarbini putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani (Mama Wetan ). 4. KH
Rd. Ahmad Masduki Suami Ny. Rd. Euis Umu Kulsum putra KH. Rd. Zarkasih Hasan
Maolani (Mama Wetan ). Dari Ny. Rd.Euis Umu Kulsum, KH Rd.Ahmad Masduki
dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : 1 ). Rd. Umar Hasanudin 2 ). Ny.Hj.
Rd.St. Syarifah Syu’batul Alam 3 ). Rd. Abdurrahman Masduki dll 5. KH Rd. Muh.
Mubarak Suami Ny. Rd. St. Hulaedah putra KH. Rd. Mahfudz ( Mama Wates ). Dari
Ny. Rd. St.Hulaedah putra KH Rd. Mahfudz, KH Rd. Mu. Mubarak, dikaruniai 10
orang putra, diantaranya , yaitu : 1 ). H. Rd. Tete Ruhiyat 2 ). KH Rd. Atung
Aonillah 3 ). Rd. Endin Abdul Kodir dll. 6. KH Rd. Ahmad Qusyaeri Menikah
dengan Ny.Rd. St.Aidah putra KH.Muh.Amin ( Mama Panguyangan Cihanyir ).
Putra-putranya antara lain : 1 ). Rd.Cecep 2 ). Rd.Nandang 7. KH Rd. Muh. Thoha
(Selaawi ). 8. Ny. Rd. Siti Rahmah Menikah dengan saudara sepupunya KH Rd. A.Rosyad
Ghazali putra Rd. Moh. Syarif ( Lihat di bawah ). V3. KH RD.MOH.ABDUL ROJAK
Mempunyai 3 orang putra, yatu : 1. Rd.Mansur 2. Rd.Cecep (Cijeler ) 3.
Rd.Kodir. V4. KH RD. MOH SYARIF KH Rd. Moh. Syarif adalah saudara seayah lain
ibu dengan KH Rd. Moh. Abdul Rojak. Beliau menjadi sesepuh PP Serang Cibiuk dan
menurunkan 6 orang putra, dua diantaranya adalah 1. KH. Rd. A. Rosyad Ghazali (
Mas Amuni ) KH Rd. A. Rosyad Ghazali yang menikah dengan saudara sepupunya (Nyi
Rd. St. Rahmah putra KH Rd. Abdurahman ) berputra 4 orang, dua diantaranya yatu
: 1 ). KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali Sosok KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali
tidak asing bagi masyarakat Bandung khususnya, umumnya masyarakat umat Islam di
tatar Pasundan. Beliau adalah salah seorang mubaligh terkenal dari kota Bandung
teureuh Cibiuk/ Limbangan. Beliau pada tahun 2001 wafat di kota Bandung. Maret
2008 yang lalu sebuah buku unik berjudul The People’s Religion of A.F. Ghazali
( Agama Rakyat : Ceramah-ceramah A.F.Ghazali ) diluncurkan. Buku tersebut merupakan
hasil transkripsi dari ceramah-ceramah beliau yang selama ini terdokumentasikan
dalam bentuk rekaman kaset. 2 ). KH Rd. Bobon Anwar Ghazali dll 2. KH Rd. Abdul
Gani ( Mas Gani ). KH Rd. Abdul Ghani ( Mas Gani ) menikah dengan Nyi Rd. Siti
Janah putra Rd. Abdul Hanan ( Kaum Wanaraja ). Mertua isteri KH Rd. Abdul Gani
(Ny. Rd.Diyut Marliyah ) adalah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari ( Eyang Cimalaka). (
Lihat Bagian 5 ) Dari Nyi Rd.Siti Janah, KRd. Abdul Gani mempunyai 7 orang
putra, diantaranya adalah : 1 ). Rd. H. Basah 2 ). Rd. Ahmad dll Rd. H. Basah
dan saudaranya meneruskan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Serang Cibiuk.
Penyusun mengenal Rd. Ahmad putra KH Rd.Abdul Gani, ketika penyusun masih
sekolah di SMAN Garut ( antara 1964 – 1967 ). Rd. Ahmad dahulu juga sering
bersilaturahmi kepada ayah penulis ( KH Rd. Ma’mun Abdul Gani ), karena
kebetulan kakak beliau ( Ny Rd. Nunung yang saat itu sebagai guru SMP Negeri di
Garut ) adalah tetangga dekat kami di belakang Kaum Wanaraja. Ketika dalam
perjalanan “ nyukcruk lembur mapay padesan “, beberapa bulan yang lalu,
penyusun sempat bersilaturahmi dengan Rd. H. Basah dan Rd. Ahmad beliau di
Serang Cibiuk. Dari beliau penyusun mendapat selintas riwayat atau sejarah dari
Kyai Rd. Jafar Sidik ( Eyang Embah Wali Cibiuk ), Kyai Rd. Ashim, Kyai Rd.
Aonillah dan sesepuh tempo dulu Limbangan termasuk Kyai Rd.Moh. Jamhari ( Eyang
Cimalaka Wanaraja ) cucu Kyai Rd. Salinggih. Seuweu siwi Kyai Rd. Aonillah (
Mama Serang ) dapat dilihat dalam Buku Rundayan Silsilah Bagian 8. J. PRABU
BRAJADILEWA Berdasarkan naskah dari Malangbong, bahwa Prabu Brajadilewa adalah
saudaranya Prabu Hande Limansenjaya ( Galeuh Pakuan Limbangan ). Prabu
Brajadilewa atau Sunan Brajasakti makamnya ada di daerah Cimuncang Kec.
Malangbong. Pabu Brajadilewa atau Sunan Brajasakti mempunyai putra Syekh Wali
Janullah atau Sunan Sakti Barang ( makamnya di Lebakwangi Cimuncang Malangbong
). Beliau dikaruniai 2 orang putra,yaitu : a. Ny.Rd. Aminah ( Lebakwangi
Cimuncang ). Dari suaminya ( ? ), Nyi Rd. Aminah menurunkan seorang putra, yang
benama : Kyai Rd. Muqri. Keturunan Kyai Rd.Muqri adalah Ny. Rd. St. Aisyah yang
nantinya menjadi menantu Syekh Komarudin ( cucu Rd. Mas Anggataruna ) asal
Mataram ). Ny. Rd. St. Aisyah dengan Kyai Rd. Muh. Syarif putra Syekh Komarudin
melahirkan 3 orang putra, yatu : 1. Kyai Rd. Muh. Sarbini Mempunyai 2 putra,
yatu : 1 ). Kyai Rd. Moh. Ismail 2 ). Kyai Rd.Moh.Imam 2. Kyai Rd. Muh.Nawari
Beliau adalah istri Ny. Rd. Murgani putra Rd. Muh. Soleh (Panghulu Malangbong .
Salah seorang putranya, yaitu KRd. Moh.Husen ( Cibodas ) yang menurunkan salah
seorang putranya, yaitu : • KH Rd. Kadar Solihat Beliau adalah sesepuh di
daerah di Cimuncang Kutanagara Malangbong dan beliau adalah mantan anggota DPRD
Kab. Garut 3. Kyai Rd. Muh. Syafe’i Beliau adalah istri Ny. Rd. Muqoronah putra
Rd. Muh. Soleh (Panghulu Malangbong ). Salah satu keturunannya adalah : • KH
Rd. Muchlas Beliau adalah sesepuh di Cirangkong ( Citeras Malangbong ).
Sekarang beliau sebagai Kepala MTs. Al Hidayah Kp. Citeras Kec. Malangbong dan
Ketua Majelis Ulama Kec.Malangbong. Beliau adalah sahabat penulis, sejak tahun
1966. Lihat uraianya di belakang ( Rd.Surayuda ). b. Ny. Rd.Ayu Mangkubumi
Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, bahwa Ny. Rd.Ayu Mangkubumi putra
Sunan Sakti Barang adalah istri Dalem Wirabangsa putra Dalem Tumenggung
Jiwamerta ( Sunan Demang – Limbangan ). Seuweu siwinya akan dijelaskan di
bawah. BAGIAN 3 ADIPATI LIMANSENJAYA / PRABU WIJAYAKUSUMAH ( SUNAN CIPANCAR )
Adipati Limansenjaya adalah bangsawan Sunda yang pertama kali masuk Islam di
daerah Keprabuan Galeuh Pakuan ( Limbangan Garut ), pada tahun + 1525 M , yang
menurut Sajarah Limbangan diislamkan oleh Prabu Kiansantang ( Raja Sangara )
putra ketiga Prabu Jaya Dewata/ Sri Baduga Maharaja ( Prabu Siliwangi ). Raja
Sangara maupun Pangeran Cakrabuana dan Nyimas Hj.Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara
Santang ) sebenarnya masih pernah kakek beliau/nenek Adipati Limansenjaya pula,
karena ketiganya masih saudara seayah dari Prabu Layakusumah. Setelah Adipati
Limansenjaya menjadi penguasa di Keprabuan Galeuh Pakuan ( Limbangan )
menggantikan Prabu Hande Limansenjaya, beliau bergelar Prabu Wijayakusumah.
Menurut fatsal 8 no. I bundel 13 Preanger Regentschappen beliau disebut Adipati
Jaya Limansenjayakusumah Bupati Limbangan 1515 M. Di wilayah Galeuh Pakuan,
Prabu Wijayakusumah turut menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di bawah
pimpinan Raja Sangara atau Prabu Kiansantang ( menurut Sejarah Godog disebut
Sunan Rohmat ). Di lingkungan Kraton Galeuh Pakuan ( Pasirhuut – pen.) banyak
pula penduduk dan bangsawan yang memeluk agama Islam, kecuali ayah beliau yang
sudah lanjut usianya. Menurut sesepuh di Limbangan, Sunan Cipancar tergolong
salah seorang bangsawan Sunda yang memeluk agama Islam pada awal abad 16.
Beliau adalah salah seorang penyebar dan pengembang agama Islam di wilayah
Galeuh Pakuan ( saat itu wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk wilayah
Kecamatan Cibiuk, Limbangan, Selaawi, Malangbong, Kersamanah, Cibatu, Wanaraja,
Leuwigoong, Banyuresmi dan Karangpawitan – pen. ). Beliau adalah pemimpin Islam
yang diundang pada pertemuan sangat penting dan rahasia yang diadakan oleh
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Cirebon. Ketika pertemuannya
dengan Syarif Hidayatullah, terlihat bahwa Rd. Wijayakusumah atau Adipati
Limansenjaya memakai sebuah keris yang bertuliskan “Laa iqraha Fiddien ".
Beliau memberitahukan bahwa keris itu adalah tanda penghormatan atau hadiah
dari Raja Sangara atas jasanya dalam mengembangkan dan menyebarkan agama Islam
di wilayah daerah Galeuh Pakuan ( Limbangan). Syarif Hidayatullah mengetahui
bahwa keris itu ada hubungannya dengan Raja Sangara pamannya sendiri ( di
lingkungan masyarakat Garut terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau
Sunan Rohmat ). Sejak peristiwa itulah Kabhupaten Galeuh Pakuan dirubah namanya
menjadi Kabhupaten Limbangan atas perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati. Dan yang menjadi Bhupatinya sebagaimana tercatat pada fatsal 8 no.
1, bundel 13 Preanger Regentschappen adalah Adipati Jaya alias Limansenjayakusumah/Sunan
Cipancar, bupati Limbangan ( Galih Pakuan) ….."( Rd. Khonda : 3 ). Cerita
keris " Laa iqraha fiddien " kisahnya telah diuraikan di dalam buku
Sajarah Limbangan susunan Rd. Soemarna Wirasoedarma, Buku Kabupatian i Bhumi
Limbangan susunan Drs. Bayuningrat, Buku Wawacan Silsilah Rd. Nur Muhammad
Cikelepu dan cerita rakyat Cinunuk Wanaraja Garut “ Punika Sajarah Duhung “ (
Menurut warga Kaum Pusaka Cinunuk Wanaraja, keris tersebut terkenal dengan
sebutan “ Duhung Lam Lam Ha “ yang kisahnya akan penyusun ceritakan pada Bagian
lain di bawah nanti ). Setelah wafat beliau dimakamkan di Pasir Huut, yang
selanjutnya oleh Dalem Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari dipindahkan ke
Kampung Pasir Astana Desa Pasir Waru Kec. Limbangan. Meskipun makamnya tidak di
Pasihuut, banyak sesepuh-sesepuh Limbangan dahulu yang datang ke daerah
tersebut ( Ziarah ), untuk mengenang jejak-jejak leluhurnya, diantaranya Kyai
Rd. Mahfudz ( Mama Wates Sepuh ) beserta putranya KH Rd. Uding Muhyiddin,
sebagaimana yang diceritakan sesepuh Pondok Pesantren Al Muhyiddin Wates ( KH
Rd. Aten Muhyiddin putra KH Rd. Uding Muhyiddin ). Hampir semua para seuweu
siwi Limbangan yang telah tersebar ke berbagai daerah di Jawa Barat ( termasuk
Banten ), mengetahui bahwa Sunan Cipancar, yang saat itu sebagai penguasa
Galeuh Pakuan adalah salah seorang bangsawan Sunda yang pertama kali memeluk
Agama Islam di wilayah Galeuh Pakuan ( Limbangan ). “ Babango “ sebagai alat
yang digunakan untuk mengkhitan beliau oleh Prabu Kiansantang terakhir berada
di Cinunuk Wanaraja Garut , tetapi menurut sesepuh Mesjid Kaum Pusaka benda
cagar budaya itu sekarang telah hilang. Setelah Adipati Limansenjaya ( Sunan
Cipancar) wafat, kedudukannya selaku Bupati Limbangan diteruskan oleh
keturunannya, sedangkan untuk mengurus masyarakat atau rakyat Limbangan dalam
hal penyebaran dan pengembangan agama Islam, diteruskan oleh para Kyai/ulama
yang juga masih seuweu siwi beliau, diantaranya adalah Kyai Rd. Jafar Sidik (
Kyai Syekh Wali Jafar Sidik ) atau disebut juga Sunan Gunung Haruman( 1650 –
1800 M ). Untuk mendidik seuweu siwi pada khususnya, umumnya masyarakat, para
Kyai/Ulama seuweu siwi Sunan Cipancar dan Sunan Rumenggong mendirikan/menjadi
sesepuh beberapa Pondok Pesantren terkenal di daerah sekitar wilayah Kabupaten
Garut ( Cikelepu, Wates, Cicadas, Cigawir, Bale Kambang, Pulosari, Serang, Lio,
Ciloa, Cibalampu, Cijambe, Cibiuk, Cisalam, Sumursari, Sadang, Kiarapayung,
Cibolerang, Cisaradan, Tarogong, Mulabaruk, Bojong Kersamanah, Annur
Malangbong, Lewo, Cibunar Cibatu dan lain-lainnya.). Diluar Kabupaten Garut
antara lain, PP Al Jawami Cileunyi, Santiong Cicalengka, Cibogo Ciranjang
Cianjur, Sukabumi dan lain -lainnya. Adipati Limansenjaya Kusumah atau Sunan
Cipancar berputra 7 orang, yaitu : 1. Dalem Tmg. Wangsanagara (Sunan Kareseda )
2. Rd. Aria Sumanagara 3. Ny.Rd. Ruhiyat 4. Rd.Jayadibrata 5. Ny Rd. Raja
Panata 6. Nyi Rd. Jayaningrat 7. Nyi Rd.Rajamirah I. DALEM TUMENGGUNG
WANGSANAGARA ) Lh. + 1525. Setelah ayahnya wafat, beliau menggantikannya
menjadi Bupati Limbangan ( 1550 – 1580 M ). Beliau terkenal pula dengan sebutan
Sunan Kareseda, Sunan Cipacing atau Prabu Cakrawati. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, bahwa pada tahun 1580 M timbul pemberontakan yang dilakukan
Nagaparana putra Dalem Singaharja ( cicit atau buyut Sunan Rumenggong )
terhadap Dalem Tmg. Wangasanagara dan menewaskan beliau suatu tempat yang
sekarang disebut Ragahyang d Gunung Sadakeling. Pemberontakan itu dapat
dipadamkan oleh Dalem Santowaan (Dalem Cibolerang Wanaraja ). Dalem Tumenggung
Wangsanagara berputra 7 orang putra, yaitu : 1. Dalem Tumenggung Jiwamerta atau
Sunan Demang 2. Rd. Kalipudin 3. Rd. Demang Aria Jiwabrata 4. Nyi Rd. Batari
Ratnakusumah 5. Rd. Jiwakusumah 6. Dalem Aria Wirayuda 7. Rd.Wijaya ( Sunan
Bungsu ) Menurut catatan K.H.Rd. Ma'mun Abdul Ghani ( ayah penyusun ), bahwa
ada salah seorang keturunan Dalem Tumenggung Wangsanagara ( Dalem Cipacing ),
yang bernama Rd. Jaya Mukaer. Rd. Jaya Mukaer mempunyai seorang putra bernama
Nyi Rd. Bathiyah. Menurut catatan Nyi Rd. Bathiyah menikah dengan Embah
Nuryayi, salah seorang Ulama/Kyai terkenal pada abad 18 M di daerah Rancakalong
Suci Karangpawitan Garut ( keturunan Dalem Pagerjaya, pengikut setia Rd.
Sangara atau Prabu Kiansantang ( Sunan Rohmat Godog ). Rd. Bathiyah dari Embah
Nuryayi melahirkan 3 orang putra, yaitu : 1. Rd. Moh. Arif Rd. Moh. Arif
menurunkan beberapa orang putra, diantaranya 1 ) . Rd. Moh. Ahyar Beliau
berputra KH Rd.Marjuk ( dahulu sebagai sesepuh Kp.Kaum Wanaraja Garut ). 2 ).
Rd. Moh. Syamhudi 3 ). Nyi Rd. Sukaerah Beliau adalah isteri Wedana Cicalengka
Kab. Bandung. 4 ). Rd. Moh. Abdul Hanan Beliau adalah suami Ny. Rd. Diyut
Marliyah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari atau Eyang Cimalaka, dan dikaruniai 2 orang
putra, diantaranya : • Ny. Rd.St.Janah Beliau adalah isteri KH Rd. Abdul Ghani
putra KH Rd.Moh. Syarif ( Serang Cibiuk ). Dari isteri keduanya ( Ny.Rd. Hj.
Iyah St.Rohmah ), Rd. Moh. Abdul Hanan dikaruniai 6 orang putra, diantaranya :
( 1 ). Ny.Rd.Diyoh Warliyah Beliau adalah isteri dari Rd.Mahpud putra Rd.Johar
Karim Tonjong Limbangan. ( 2 ). Rd. Moh. Haris Sesepuh Kampung Kaum Wanaraja
Garut. 2. Ny. Rd. Dhomah ( isteri Rd.Maksudin asal Mataram + 1830 M ) Ny. Rd.
Dhomah dari Rd.Maksudin ( asal Mataram ) menurunkan tiga orang putra,
diantaranya yaitu : 1 ). Nyi Rd. Meno. Nyi Rd. Meno menikah dengan K.H.
Tb.Aliban ( keturunan Maulana Hasanudin dari Banten). Putra KH. Tb. Aliban dari
Ny. Rd.Meno, yaitu : • Kyai Rd. Tb. Arif Isterinya adalah Nyimas Eroh putra H.
Arsad ( Kuningan ) dan Ny. Rd. Siti Ganda Inten putra Kyai Rd. Nurjamil atau
cucu dari Nyi Rd. Oma Murtasiah/ Komariah ( Uyut Oma Cicadas Limbangan ). 2 ).
Nyi Rd. Emoh Rasiamah. Nyi Rd.E.Rasiamah menikah dengan Kyai Rd. Moh. Jamhari
putra dari Kyai Rd. Ahmad Jawahir dari daerah Cigawir ( sekarang termasuk
wilayah Kec. Selaawi Garut ). Seuweu siwi Nyi Rd.Rasiamah dari Kyai
Rd.Moh.Jamhari atau Eyang Cimalaka akan djelaskan pada Bagian 5. Rundayan
Seuweu siwinya dapat dilihat pada Bagian 10 Buku Rundayan Silsilah Sunan
Rumenggong. 3. Ny. Rd.Almah Nyimas Almah adalah istri seorang petinggi di
daerah Rancakalong Suci, tetap tidak dikarunia putra. Menurut KH Emu Muh. Qudsi
( sesepuh PP Suci Kr.Pawitan Garut ), bahwa Embah Nuryayi , di masa tuanya
beliau tinggal bersama putra bungsunya ini di daerah Rancakalong Suci
Karangpawitan Garut. II. DALEM TUMENGGUNG JIWAMERTA ( Sunan Demang ) Dalem
Tumenggung Jiwamerta ( Sunan Demang ) menggantikan Tumenggung Wangsanagara
(Sunan Kareseda ), sebagai Dalem ( Bupati ) Limbangan sejak tahun 1550 – 1620
M, yang menurut salah satu riwayat beliau dibunuh oleh Nagaparana cucu Dalem
Mangunharja ( kakaknya Prabu Mundingwangi ). Dalem Tumenggung Jiwamerta
berputra 6 orang putra, yaitu : 1. Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari 2.
Dalem Wirabangsa 3. Rd. Ujang Maraja 4. Rd.Natakusumah 5. Nyi Rd. Ratnawulan 6.
Nyi Rd. Nata Inten III. DALEM SURIAKUSUMAH RANGGA MEGATSARI Adipati
Suriakusumah Rangga Megatsari menggantikan Dalem Tumenggung Jiwamerta ( Sunan
Demang ) sebagai Bupati Limbangan ( 1620 – 1660 M ). Nama tambahan Megatsari bagi
beliau, menurut sesepuh Limbangan, karena beliau seorang Bupati Limbangan, yang
berani tampil menjaga tentara Mataram yang melalui Limbangan, karena mereka
selalu mengganggu para wanita/gadis Limbangan. Sebagaimana menurut Sejarah,
tentara Mataram saat itu akan pergi menyerang ke Batavia dengan bantuan tentara
Priangan di bawah pimpinan Dipati Ukur ( Bupati Wedana Priangan ) pada tahun
1628 M. Limbangan pada saat ini berada dibawah Kesultanan Mataram ( Sultan
Agung 1613 – 1645 ). Untuk memperkuat kekuasaan, diadakan perkawinan antara
para adipati dengan putri-putri Mataram. Sultan Agung sendiri menikah dengan
putri Cirebon ( Ratu Ayu Sakluh cucu Syarif Hidayatulah – pen.), sehingga
Cirebon mengakui kekuasaan Mataram. Hampir seluruh Pulau Jawa dikuasai, kecuali
Banten ( Drs. Eddy Rosady : 100 ). Hal tersebut sesuai sebagaimana diceritakan
nenek penyusun pada tahun 1963 M, bahwa Adipati Sutajiwa, Dalem Mertasinga dan
Dalem Jiwamerta II menikah dengan putri-putri Mataram. Mengenai cerita Adipati
Sutajiwa putra sulung Adipati Suriakusumah yang dibunuh di Mataram pada jaman
Sultan Amangkurat I ( 1678 M ) akan dijelaskan di belakang. Menurut Otto Van
Rees, tanggal 30 Oktober 1677 , Bupati-bupati di daerah Priangan yang berada
dibawah Kesultanan Mataram, adalah : 1. Kanduruan, di Dayeuh Luhur 2. Aria ata
Kanduruan, di Banyumas 3. Rangga Gempol II, di Sumedang 4. Tmg. Wira Tanubaya
di Parakanmuncang 5. Tmg. Wira Angunangun , di Bandung 6. Tmg. Wiradadaha, di
Sukapura 7. Demang Aria Reksa Kusumah Wiradipura, di Timbanganten 8. Rangga
Megatsari, di Limbangan 9. Ngabehi Ngasta Nagara, di Imbanagara 10. Ngabehi Mas
Nagara di Kawasen 11. Tumenggung Panatayuda, di Karawang Menurut Silsilah
Menak-menak Limbangan, Rangga Megatsari mempunyai 9 orang putra, yaitu : 1.
Dalem Adipati Sutajiwanagara ( wafat tahun 1678 di Mataram ) Menurut catatan
silsilah K.H. Rd Ma’mun, ibunya berasal dari Sukawayana ( sekarang termasuk
wilayah Kecamatan Malangbong Kab. Garut ). 2. Dalem Mertasinga ( Karoya
Wanakerta ) 3. Dalem Jiwamerta II ( Cibolerang Wanaraja ) Menurut Catatan
Sajarah Asal Usul Limbangan, ibunya adalah Nyi Tanurang Manabaya. 4. Dalem
Patralaga ( Timbanghayu ) 5. Dalem Wangsakusumah ( Limbangan ) 6. Dalem
Patrakusumah ( Kancil Wanakerta ) 7. Rd. Ayu di Cikaruk 8. Rd. Mahulun 9. Nyi
Rd. Tanurang Rucitawangi Menurut catatan Sajarah Asal Usul Limbangan, ibunya
adalah Nyi Tanurang Batulayang. Pengertian Rangga menurut Rd. Soemarna
Wirasoedarma bagi Rangga Megatsari, karena membawahi beberapa Dalem. Ketika itu
di daerah Limbangan ada beberapa Dalem dibawahnya, yang memimpin Kadaleman,
diantaranya : 1. Dalem Wirabangsa ( Cikelepu Limbangan ) putra Tumenggung
Jiwamerta I ( Sunan Demang ). 2. Dalem Nayawangsa ( Cipacing Wanakerta ) yang
selanjutnya diangkat menjadi Bupati Limbangan 1 ( ……s/d 1678 M ), putra Dalem
Santowaan ( Cibolerang Wanaraja ). 3. Dalem Wangsaraja ( Banjaran Wanakerta )
putra Dalem Santowaan, yang menggantikan Rd. Rangga Megatsari sebagai Bupati
Limbangan ( diangkat oleh Sultan Mataram ). 4. Dalem Mertasinga ( Karoya Wanakerta
) yang selanjutnya diangkat menjad Bupati Limbangan 2 ( 1678 - 1726 M ) putra
Rangga Megatsari. 5. Dalem Jiwamerta II ( Cibolerang ) putra Rg. Megasari 6.
Dalem Patrakusumah ( Kancil Wanakerta ) 7. Dalem Patralaga ( Timbanghayu )
putra Rg. Megatsari 8. Dalem Wangsakusumah ( Limbangan ) 9. Dalem Tumenggung
Wjayakusumah/DalemEmas ( Sukadanuh Sadang Wanaraja – sekarang Sucinaraja )
putra Dalem Sutajiwa, cucu Rangga Megatsari. Ketika penulis datang ke Pesantren
Al Muhyiddin Wates Kec. Selaawi dan diterima oleh sesepuh Pesantren Bapak
K.H.Rd. Aten Muhyiddin. Beliau menceritakan bahwa jasad Sunan Cipancar ketika
dipindahkan dari Pasir Huut Ke Pasir Astana Gede oleh Rangga Megatsari, masih
tetap utuh meskipun usia mayat sudah hampir 80 tahun. Hal ini sesuai sebagaimana
telah diuraikan pula oleh Rd. Soemarna Wirasoedarma pada Bukunya " Sajarah
Limbangan ". Menurut Sajarah Limbangan, oleh karena Dalem Adipati Sutajiwa
( putra sulung Rangga Megatsari ) tercatat dalam Buku Kuncen di Panyeredan
Wanaraja ( sekarang Sucinaraja ) " Kang katetek ing Mataram " (
demikian pula pada catatan keturunan beliau di Cununuk Hilir- Peny.), maka
ketika Rangga Megatsari wafat, beliau diganti oleh Dalem Wangsakusumah ( 1 )
putranya. Setelah Wangsakusumah 1 wafat, maka beliau diganti oleh Dalem
Wangsaraja ( atas perintah Sultan Mataram – Peny. ), suami dari Nyi Tanurang
Rucitawangi. Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem Santowaan Cibolerang Wanaraja,
saudaranya Dalem Nayawangsa. (Rd. Soemarna Wirasoedarma : 62 ). Menurut
Silsilah Menak-menak Limbangan, Adipati Sutajiwa mempunyai 10 orang putra,
yaitu : 1. Dalem Tmg. Wjayakusumah 2. Dalem Aria Wijayakusumah II 3. Rd. Ara
Wijayanagara 4. Nyi Rd. Satria 5. Rd.Rangga Bratanagara 6. Rd.Purareja 7. Nyi
Rd. Retnasari 8. Rd. Bratakusumah 9. Rd. Purakusumah 10. Rd.Puranagara Menurut
Sejarah Menak-menak Limbangan susunan Dalem Wangsadita I ( Rangga Limbangan )
yang tercatat silsilah rundayannya adalah dari putra sulungnya, yaitu Dalem
Tumenggung Wijayakusumah. Beliau adalah sebagai Dalem Sukadanuh Sadang Wanaraja
( sekarang termasuk wilayah Kec. Sucinaraja Kab.Garut). Beliau adalah menantu
Dalem Wirabangsa ( saudara sepupu Adipati Sutajiwa ). Uraiannya akan djelaskan
pada Bagian lain. IV. DALEM JIWAMERTA II Dalem Jiwamerta II putra Rangga
Megatsari menggantikan Dalem Santowaan sebagai Dalem di Kadaleman Cibolerang,
karena sebagaimana telah diceritakan di atas putra-putra Dalem Santowaan
seperti Dalem Nayawangsa menjadi Dalem di Karoya Wanakerta, Dalem Wangsareja
menggantikan mertuanya Rg. Megatsari di Limbangan, Kyai Rd.Nawu tinggal dan
menetap di Cibeureum ( sekarang termasuk Kec. Pangatikan ). Adapun kedua
putranya yang lain pergi ke daerah Papandak ( Wanaraja ) dan Caringin (
Sucinaraja ). Dalem Jiwamerta II mempunya 8 orang putra, diantaranya adalah : 1
). Rd. Wangsanata I Menurut silsilah menak-menak Limbangan, Rd. Wangsanata I
dikarunia 9 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Rd. Wargadireja I ( 2 ). Rd.
Singadireja ( 3 ). Rd.Martadireja I 2 ). Dalem Kulawangsa Menurut silsilah
menak-menak Limbangan, Dalem Kulawangsa dikarunia 2 orang putra, diantaranya :
• Rd. Abu Generasi ke 5 dari Rd. Abu adalah Rd.Muhammad yang tinggal di
Panaragan Wetan Bogor. Keturunan Rd. Muhammad adalah : - Rd. Wargapraja I (
Jaksa Garut ). - Rd. Warga ( cucu Rd. Wargapraja I ) Menurut catatan beliau
sebagai Camat Pasanggrahan Distrik Wanakerta Kab.Limbangan ( sekarang Kec.
Sukawening Kab. Garut). Rundayannya dapat dilihat pada Buku Rundayan Silsilah
Sunan Rumenggong. V. DALEM PATRAKUSUMAH Dalem Patrakusumah adalah putra Dalem
Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari. Menurut silsilah pada Sejarah Limbangan,
beliau adalah yang memimpin Kadaleman Kancil Wanakerta Cibatu ( sekarang
termasuk Desa Padasuka Kec. Cibatu ). Ada kemungkinan putra atau putu Dalem
Patrakusumah pergi dari daerah Kancil mengembara ke daerah Cianjur dan terus
menetap disana sampai beranak pinak. Diantara keturunan beliau, tercatat nama :
1. Rd.Hatib Anom ( Cianjur ) 2. Rd. Martakusumah II putra Rd. Hatib Anom (
Camat Palasari Kabupaten Cianjur ). Rundayannya dapat dilihat pada Buku
Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong. BAGIAN 4 DALEM ARIA WIRAYUDA Dalem Aria
Wirayuda adalah putra dari Dalem Tumenggung Wangsanagara atau Sunan Karaseda.
Beliau menjadi Dalem di Kadaleman Cipicung, yang saat itu wilayahnya termasuk Kabupaten
Limbangan. Bupati Limbangan saat itu (1600 -1625 M) adalah kakaknya sendiri (
Tumenggung Jiwamerta atau Sunan Demang ). Dalem Aria Wirayuda mempunyai 2 orang
putra, yatu 1. Rd. Wiraha 2. Rd. Wirareja ( tak ada data riwayat dan urunannya
). Rd.Wiraha putra Dalem Aria Wirayuda adalah yang memimpin Kadaleman Tegaljati
Pasiruncal (sekarang termasuk Kec.Karangpawitan Kab.Garut ). Kemungkinan pada
jaman Kadaleman Tegaljati Pasiruncal, Bupati Limbangan adalah kakak sepupu dari
Rd. Wiraha, yaitu Adipati Rangga Megatsari ( 1625 -1650 M ). Beliau dikaruniai
7orang putra, diantaranya adalah : 1 ). Rd.Mukadar Menurut Sajarah Silsilah
Asal Usul Limbangan, Nyi Rd. Nalebah putra Rd. Mukadar, menikah dengan Kyai Rd.
Jakaria putra Embah Dangdeur Cikawao/Embah Nurmadin ( keturunan Maulana
Hasanudin Banten ), dan dikarunai 3 orang putra,diantaranya : (1). Kyai Mas
Irpan. Salah satu keturunannya adalah : - Rd. Sastrawjaya Lurah Desa Cipicung
Distrik Leles Kab.Bandung (2). Nyimas Satiyam Salah satu keturunannya adalah :
- Rd. Mas Ali Hasan Lurah Desa Cimurah Distrik Suci Kab.Limbangan Garut.
Setelah Kyai Rd.Jakaria wafat, Nyi Rd. Nalebah putra Rd. Mukadar, menikah lagi
dengan dengan Embah Aeni ( Kalibende), salah satu keturunannya adalah: o Kyai
Muh. Rafi’i Sesepuh di Calingcing Desa Cimurah Dstrik Suci Kab.Limbangan Garut.
Oleh para seuweu siwinya nama beliau diabadikan sebagai nama Lembaga Pendidikan
yang ada di daerah Calingcing, yaitu Madrasah Tsanawiyah Ar Rafi. 2 ). Rd.lham
Rd.Ilham dkaruniai 3 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Rd.Jaliam Salah satu
keturunannya adalah : - Rd.Kanduruan Kartasasmita - Dalem Bandung. ( 2 ). Rd.
Ali Muksin Anggapraja Putra-putranya antara lain Rd.H. Abdul Adzied dan Rd. Ali
Husen Argawjaya 3 ). Rd. Raja Pangaras Cucu beliau yaitu Rd. Dirapraja putra
Rd. Raja Manggala adalah mertua dari Rd.Abas ( DAA Surianatakusumah ) ( Bupati
Limbangan Garut 1833 -1871 M ).( Rd.Abas adalah putra DAA Wiratanudatar VI
BupatiCanjur). Nyi Rd. Mantria putra Rd.Dirapraja dengan Rd. Abas dikaruniai
beberapa orang putra dantaranya : ( 1 ). Rd.Jenon atau DAA Wiratanudatar VIII
Bupati Limbangan Garut terakhir atau Bupati Garut pertama ( 1871-1915 M). ( 2
). Rd. Jayadiningrat ( Wedana Wanaraja ) Beliau adalah kakek Dr.Rd.Bayuningrat,
penyusun Buku Kabhupatian I Bhumi Limbangan, Garut, Sumedang dan Cianjur. ( 3
). Ny. Rd. Omi Beliau adalah isteri Bupati Lebak ( 4 ). Nyi Rd.Alkiyah ( Rd.
Rajaretna ) Beliau adalah menantu Rd. H.Muhammad Musa ( Hoofz Penghulu Garut ).
Ny.Rd. Alkiyah putra Rd. Abas dari Rd. Surianatalegawa ( Patih Sukabumi ) putra
Rd. H. Muhammad Musa, melahirkan beberapa orang putra, diantaranya : - Rd.
Suriakartalegawa ( Bupati Garut ) - Rd. Surianataatmaja ( Bupati Cianjur ). (
Lihat Keluarga Besar Rd.H.Muh. Musa). ( 5 ). Rd. Ahmad Kosasih Beliau adalah Wedana
Cidamar Kab.Cianjur. SEUWEU SIWI EMBAH NURYAYI Sejarah Keluarga Besar Embah
Nuryayi atau Bani Nuryayi, diawali ketika Embah Nuryayi pertama kali menikah
dengan kerabatnya, yaitu Nyimas Sompok putra Embah Selir. Menurut catatan KH
Abdul Halim ( salah seorang cucu Embah Nuryayi ), bahwa Nyimas Sompok putra
Embah Selir adalah masih keturunan Dalem Pagerjaya Godog. Setelah menikah
dengan Nyimas Sompok, Embah Nuryayi menikah pula dengan isteri keduanya di
Cimalaka Wanaraja Garut, yang menurut catatan KH Rd. Ma’mun ( Wanaraja )
bernama Nyimas Bathyah putra Rd. Jaya Mukaer ( keturunan Tumenggung
Wangsanagara atau Sunan Cipacing putra Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar
- Limbangan ). Dari Nyimas Sompok putra Embah Selir ( Rancakalong Suci
Karangpawitan Garut ), Embah Nuryayi dikarunai 8 orang putra, terdiri dari 7
orang laki-laki dan seorang perempuan, yaitu : 1. Ali atau KH. Muh. Kosasih (
Copong – Garut Kota ) 2. Shomud atau KH. Muh. Arif ( Bojong –Karangpawitan ) 3.
Abas atau KH. Muh. Ma’lum ( Cipamulihan – Karangpawitan ) 4. Jaun atau KH. Muh.
Salim ( Cibangban Karangpawitan ) 5. Qosim atau KH. Muh. Nursa’id ( Eureun Sono
– Sukawening ) 6. KH. Muh. Musa ( Dolos Jawa Timur) 7. Garun atau KH. Muh.
Arwah ( Cikalimeneng – Karangpawitan ) 8. Nyimas Kapiyah atau Nyai Tanjungpura
( Tanjungpura - Krp.) Adapun dari Nyimas Bathiyah putra Rd.Jaya Mukaer (
Cimalaka Wanaraja Garut ), Embah Nuryayi dikarunia 3 orang putra, terdiri dari
seorang laki-laki dan 2 orang perempuan, yaitu : 9. Mas Kambal atau KH Moh.
Ro’if ( Cimalaka 10. Nyimas Dhomah ( Cimalaka – Wanaraja ) 11. Nyi Lendera atau
Nyimas Almah ( Rancakalong - Karangpawitan ) Dari putra-putra Embah Nuryayi
tersebut ( kecuali Nyimas Almah – pen. ), akhirnya menurunkan seuweu siwinya
yang selanjutnya terkenal dengan sebutan “ Bani Nuryayi “. SELINTAS RIWAYAT
SEUWEU SIWI EMBAH NURYAYI 1. KH. MUH. KOSASIH. Menurut riwayat, beliau adalah
putra sulung Embah Nuryayi. Semasa hidupnya KH Muh. Kosasih tinggal di daerah
Copong ( yang sekarang termasuk wilayah Kelurahan Sukamantri Kec. Garut Kota
Kab. Garut ). Dalam catatan KH. Ejeb Burhanudin, disebutkan bahwa KH Muh.
Kosasih mempunyai 2 orang putra, yaitu : 1. Uka 2. Umin Uka mempunyai 2 putra
pula,yaitu : 1). Jaenal Mali 2). Enoh Enoh mempunyai seorang putra, yaitu : Majadin
dan selanjutnya berputra pula, yaitu : Mumun. Sampai saat ini belum diketemukan
riwayat dan data silslah rundayan sewueu siwinya. A2. KH. MUH. ARIF. KH Muh.
Arif putra kedua Embah Nuryayi berdasarkan catatan, tinggal di daerah
Haturnenggang Babakan Bojong Suci. Beliau dikaruniai seorang putra bernama KH.
Abdul Wahab, sebagai sesepuh pesantren Bojong dan terkenal dengan sebutan Mama
Bojong. A2.1. KH ABDUL WAHAB Apabila usia KH Abdul Wahab ketika wafat ( 14
Jumadl Awal 1244 atau tahun 1828 M ) adalah +70 tahun, maka diperkirakan beliau
lahir + tahun 1750 M. KH. Abdul Wahab putra KH. Muh. Arif menikah dengan
saudara sepupunya Nyimas Hj. Jubaedah ( Muwaedah ) putra KH Muh. Salim. Menurut
salah satu sumber ketika itu Nyimas Hj. Jubaedah sudah mempunyai seorang putra
dari H.Hasan ( H. Alyasin ) putra sulung Nyimas Kafiyah dengan Ali Muhammad (
Timbanganten/Sukapura ), yaitu Nyimas Enol. KH Abdul Wahab dari Nyi Nyimas Hj.
Jubaedah , dikaruniai seorang putra yang bernama KH. Muh. Adro’i. A2.1.1. KH.
MOH.ADRO’I Sebagaimana yang diriwayatkan Ny. Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ) putra
KH. Muh. Adro’i kepada penulis di rumahnya ( Cimasuk – Karangpawitan Garut ),
bahwa istri- istri KH Muh. Adro’i adalah : 1. Ambu Ijoh Mustiroh. Ambu Ijoh
Mustiroh adalah putra Ny. Hj. Maryam ( Ambu Abring ) /Moh. Llyas putra KH Hasan
Basori ( sudara sepupu KH.Adro’i. ( Lihat A4.2.2 di bawah ). 2. Nyimas Enok
Aminah 3. Nyimas Hj. Rukoyah Dari Ambu Ijoh Mustiroh, KH Muh. Adro’i dikarunai
seorang putra, yaitu : KH. Umar Basri. Dari isteri keduanya ( Nyimas Enok
Aminah ) KH Adro’i dikaruniai 6 orang putra, semuanya perempuan yaitu : 1.
Nyimas Hj. Mimih Hasanah 2. Nyimas Enob 3. Nyimas Umamah 4. Nyimas Maemunah 5.
Nyimas Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ) 6. Nyimas Ukah. Kemudian dari Nyimas
Rukoyah ( isteri ke tiga ) KH Adro’i dikaruniai 3 orang putra, yaitu : 1.
Nyimas Hj. Maryam, 2. Nyimas Hj. Andia Umamah 3. KH. Muhammad A2. 1.1.I. KH
UMAR BASRI KH. Umar Basri adalah pendiri dan sesepuh PP Fauzan Sukaresmi Kab.
Garut. KH Umar Basri terkenal dengan sebutan Mama Fauzan. Dari isterinya yang
bernama ………..beliau dikaruniai 5 orang putra, yaitu 1. KH. Sasa 2. KH Deding
Wajihadin 3. KH Aceng Muhammad 4. Nyimas St. Fatimah 5. Nyimas Marliyah. I. KH
SASA KH Sasa adalah menantu dari KH. Harmaen putra KH Hasan Mustofa ( cicit
atau buyut Nyimas Kafiyah ) ( Lihat A8.2.2. ). Dari Ny. Hj. Edah putra KH
Hamaen, KH.Sasa dikaruniai dua orang putra, yaitu : 1. KH. Umar Ishak ( Aceng
Momor ) 2. Ny.Yoyoh. Menurut salah seorang putranya, bahwa KH Umar Ishak
dikarunai 11 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Wawah Khoeriyah 2 ). Zaki
Marzaki 3 ). Opik Umar 4 ). Mumu Muhammad dll Ketika penulis bersilaturahmi ke
rumah KH. Umar Ishak di kediamannya ( belakang Mesjid Kaum Garut ), beliau
meriwayatkan bahwa dahulu beliau tinggal di Kp. Badega Cikajang Garut.
Selanjutnya yang meneruskan sebagai sesepuh PP Badega adalah menantunya, yaitu
KH Aceng Nunur putra KH Aceng Muhammad ( Fauzan ). Beliau adalah pendiri dan
sesepuh Pondok Pesantren Hidayatul Faizin Kampung Urug Desa Cikedokan Kec.
Bayongbong Garut. Dari pernikahannya dengan Ny.Hj. Zakiyah ( Neng Akah ),
beliau dikaruniai beberapa orang putra, diantaranya : 1. KH Rd. Aceng Mimar
Hidayat Setelah KH Deding Wajihadin wafat pada tahun …… , maka sebagai sesepuh
PonPes diserahkan kepada KH Rd. Aceng Mimar Hidayat sampai dengan sekarang (
2009 ). Di lingkungan PP Hidayatul Faizin, selain pendidikan Salafiyah, juga
sekarang diselenggarakan pula jenjang pendidikan Madrasah Ibtidayah ( MI ) dan
Madrasah Tsanawiyah. KH Aceng Mimar Hidayat adalah adik ipar KH Rd. Syarif
Hidayat (sesepuh PP. Riyadul Alfiyah Sadang ). ( Lihat A5.1.3 ) Dari Ny. Rd.
St. Dalfah putra KH. Rd.Usman ( Sadang ), KH Rd.Aceng Mimar Hidayat dikaruniai
9 orang putra, diantaranya : 1 ). Rd. H. Noval Banani 2 ). Rd. H. Malhi 3 ).
Ny. Rd. Hj. Hilma dll 2. Ny. Rd. Etih dll Seuweu siwi KH Deding Wajihadin dapat
dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. III. KH ACENG MUHAMMAD KH.
Aceng Muhammad adalah putra KH Umar Basri, yang terkenal dengan sebutan Aceng
Mumad. Setelah KH Umar Basri wafat, maka sebagai sesepuh Pondok Pesantren
Fauzan,dilanjutkan oleh KH Aceng Muhammad. KH Aceng Muhammad wafat pada
tahun……., dan beliau meninggalkan 28 orang putra, diantaranya adalah : 1. KH
Aceng Muh. Umar ‘Alam ( KH. Aceng Aam Mumad ). Menurut Rundayan silsilah, KH
Aceng Aam dari garis ibu ( Nyimas Entum Fatimah putra KH Rd. Abdullah Sanusi/
Nyimas Sofiah ) adalah putra buyut ( bao - sd) Nyimas Hj.Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu
) Cimasuk Suci Karangpawitan Garut. Saudara seayah dan seibu dengan KH Aceng
Aam ada 11 orang, diantaranya Ceng Abun, Ceng Emad ( Muhammad ), Ceng Ali, Ny.
Wawah dan lain-lain. (Lihat pada Buku Rundayan Silsilah ). Beliau menikah
dengan cicit/ buyut KH Muh. Salim, yaitu Ny. Hj. Nunuh Nurhayati putra KH.
Basri ( Paledang Suci Karangpawitan ). Dari Ny. Hj. Nunuh Nurhayati beliau
dikaruniai 7 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Hj.Lia Nurwaliah 2 ). Aceng
Hilman Ny. Nurwaliah putra sulung KH Aceng Aam, menikah dengan Rd.H.Zaky putra
KH Rd. Ali Muhyiddin, sesepuh PP Al Halim Tarogong Kaler Garut ( Keluarga Besar
PP Wates Limbangan ). Ketika penulis bersilaturahmi ke PP Fauzan pada tahun
2008 dan beberapa bulan yang lalu ( 2009 ) KH Aceng Aam Mumad, menjelaskan
riwayat sejarah singkat perjalanan KH Umar Basri ( Mama Fauzan ) dan KH Aceng
Muhammad ( KH Aceng Mumad ). 2. Drs.KH Aceng Abdul Wahid Ibunya adalah Nyimas
Umu Muflihah. Saudara seayah dan seibu dengan Drs. KH. Aceng Wahid ada 8 orang,
diantaranya KH Aceng Baban, KH Aceng Nunur, KH Aceng Bubun dan lain-lain. (
Lihat pada Buku Rundayan Silsilah ). KH. Aceng Abdul Wahid adalah menantu dari
KH Rd.Umar Abdul Hakim ( Ceng Dudu ) bin KH Rd.Abdurahman. Isteri beliau, yaitu
Ny. Rd. Evi St. Fatimah adalah saudara misan KH. Rd. Deden Abdul Hakim bin KH.
Rd. Toto Abdul Hakim ( sesepuh PP Darul Ulum Sukaraja Kec. Karangpawitan ).Dari
garis ibu Ny. Rd. Evi St. Fatimah masih termasuk Keluarga Besar Sunan Cipancar
Limbangan. Sekarang Drs.KH. Aceng Abdul Wahid adalah sesepuh PP Salaman
Sukaresmi Garut dan mantan Anggota DPRD Kab. Garut. 3. Aceng Aubb Ibunya adalah
Nyimas Otim. Saudara seayah dan seibu dengan Aceng Aub ada 6 orang, diantaranya
Nymas Didoh, Aceng Zayin, Aceng Abdur dan lain-lain. ( Lihat pada Buku Rundayan
Silsilah ). 4. Nyimas Naelah Ibunya adalah Nyimas Sajah. Saudara seayah dan
seibu dengan Nyimas Naelah ada 2 orang, yaitu beliau sendiri dan saudaranya,
yaitu Nyimas Liah. Seuweu siwi KH Aceng Muhammad dapat dilihat pada Buku
Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Rd. Aceng Aam Mumad – PP.
Fauzan Sukaresmi Garut - Drs, KH. Abdul Wahid – PP Salaman Sukaresmi Garut. IV.
NYIMAS ST.FATIMAH Nyimas St. Fatimah putra KH Umar Basri, adalah menantu dari
KH. Rd. Ahmad Mahalli ( PP Sumursari Sukawening ) putra KH Rd. Abdul Fatah (PP
Cibalandong Cibiuk ) atau cucu KH Rd. Moh. Aonillah ( Mama Serang ) keturunan
Limbangan. Suami dari Nyimas St. Fatimah yaitu KH Rd. Muh. Didi Mahmudi,
menjadi sesepuh PP Fauzan Tonggoh. Ketika bersilaturahmi ke PP Fauzan Tonggoh (
2008 ) KH. Rd. Muh. Didi Mahmudi telah lama wafat. Dari KH Rd. Muh. Didi
Mahmudi, Nyimas St. Fatimah melahirkan beberapa 8 orang putra, diantaranya : 1.
Rd. Ahmad 2. Rd. Mu’man 3. Rd. H. Jajam Jamhari Seuweu siwi Nyimas St. Fatimah/
KH Rd. Muh. Didi Mahmudi, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci
Garut. Sumber Data : - Ny. St.Fatimah - PP. Fauzan Tonggoh Sukaresmi Garut. V.
NYIMAS WARLIYAH Beliau adalah putra bungsu KH. Umar Basri ( Mama Fauzan ).
Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya. A2.1.1.2. NYIMAS HJ. MIMIH SALAMAH.
Beliau pertama kali menikah dengan KH. Asy’ari dan melahirkan seorang putra,
yaitu KH. A. Wajihadin. Setelah KH Asy’ar wafat, beliau menikah lagi dengan KH
Iding Badrudin dan melahirkan putra, seorang perempuan,yaitu Nyimas Hj.Miming
Fatimah. I. KH A. WAJIHADIN KH A.Wajihadin tinggal dan menetap di daerah
Simpang Bayongbong Garut. KH A. Wajihadin dari kedua orang isterinya, yaitu
Ny.Hj. Euis Hujaemah dan Ny. Hj. Ating menurunkan 17 orang putra, diantaranya :
1. Bibin Duratul Muhibbin 2. Gagam Cardana 3. Kemal Arif 4. Rifki Hal tersebut
diceritakan oleh Kemal Arif putra KH A. Wajihadin kepada penulis, ketika
bersilaturahmi ke kediaman KH A. Wajihadin di daerah Simpang Bayongbong.
Menurut riwayat beliau adalah sesepuh dari perguruan silat “ Gajah Putih “. II.
NYIMAS HJ. MIMING FATIMAH Nyimas Hj.Miming Fatimah menikah dengan H. Abdul
Kadir Ja’far Almadanni putra Sayyidina Syekh Hasan Ja’far al Madanni ( Asal
Medinah Saudi Arabia ). Dari H. Abdul Kadir Ja’far, Ny. Hj. Miming Fatimah
melahirkan 5 orang putra, diantaranya : 1. Nyimas Zenny St. Jenab. 2. Deden
Zacky Hasan Jafar Seuweu siwi Nyimas Hj. Mimih Salamah, dapat dilihat pada Buku
Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut . Sumber Data : - Kemal Arif putra KH Aceng
Wajihadin ( Simpang Bayongbong ) - Nyimas Zenny St. Jenab putra H. Abdul Kadir
Ja’far A2.1.1.3. NYIMAS ENOB. Dari pertikahannya dengan Moh. Soleh, Nyimas Enob
melahirkan 6 orang putra, diantaranya : 1. Safiq 2. Ismail A2.1.1.4. NYIMAS
UMAMAH. Pertama kali beliau menikah dengan Syekh Siraj dan melahirkan 6 orang
putra. Dan selanjutnya dengan KH Hudori dan melahirkan 8 orang putra. Dari ke
14 putra Syekh Siraj dengan Nyimas Umamah, 3 orang diantaranya adalah : I.
NYIMAS HJ. SARIBANON Nyimas Hj. Saribanon dan Nyimas Enuh Nurmadaniah ,
keduanya adalah menantu dari KH. Hasan Suryadi ( cicit atau buyut KH Muh.Salim
). KH Dadang Soleh Faqih putra KH. Hasan Suryadi, setelah menikah dengan Nyimas
Hj. Saribanon selanjutnya tinggal dan menetap di Pesantren Sukadana Garut.
Mereka dikaruniai 5 orang putra, diantaranya : 1. Ny. Hj. Mimah Salamah Isteri
H. Dading Somadiwangsa putra Somadiwangsa 2. Muh. Ali II. NYIMAS ENUH
NURMADANIAH Nyimas Enuh Nurmadaniah menikah sebagai isteri kedua dengan KH.
Ma’mun ( pesantren Sukaregang ) putra KH. Hasan Suryadi dan melahirkan 4 orang
putra., diantaranya : 1. Cecep Abubakar 2. Ny. Elis Nunur Zahro III. KH. OSAD
ROSAD KH Osad Rosad putra KH Hudori tinggal dan menetap di Sukadana, sebagai
sesepuh Pondok Pesantren Sukadana Garut. Dari kedua isterinya ( Ny. Hj. Ipah
dan Ny. Hj. Anon ), KH Osad Rosad dikarunai 11 orang putra, diantaranya adalah
: 1. Ceng Aang Ridwan 2. Ceng Hilman Hidayat Abd. Basit Putra- putra KH Osad
Rosad tinggal di kompleks Pondok Pesantren Sukadana Garut. Seuweu siwi Nyimas
Umamah, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data :
- Ceng Aang Ridwan putra KH Osad Rosad - Nyimas Hj. Mimah Salamah putra KH
Dadang Soleh Fakih - Sukadana Garut A2.1.1.5. NYIMAS MAEMUNAH. Ny. Hj. Yuyu
Zuhro ( Ma Yuyu ) menjelaskan kepada penulis, bahwa Nyimas Umamah menikah dua
kali dengan keturunan Arab. Pertama kali menikah dengan Sayyid Umar ( Sayyid
Sa’tho ) dan kemudian dengan Sayyid Baqur. Dari mereka lahir dua orang putra
yaitu : I. Ny.Syarifah Hodijah. II. Sayyid Faruq Yamani Menurut riwayat, bahwa
Sayyid Sa’tho ( Sidi Abubakar Albar ibn Muhammad Syatho ) adalah penyusun kitab
“ Al I’aanatut Thoolibin “. Sayyid Faruq Yamani adalah yang membangun Gedung
Pertemuan Bani Nuryayi yang letaknya di Jalan Raya Campaka Garut. A2.1.1.6. NY.
HJ. YUYU ZUHRO ( MA YUYU ) Ketika pertama kali bersilaturahmi kepada Mama Yuyu
di Kampung Cimasuk Suci Garut, penulis diterima dengan penuh persaudaraan.
Meskipun usianya telah sepuh,namun daya ingat beliau menjadi kekaguman bagi
penulis. Beliau menceritakan riwayat sejarah dan rundayan Bani Nuryayi. Dari
beliau penulis termotivasi untuk terus melanjutkan perjalanan “ nyukcruk lembur
mapay padesan “ mencari “seuweu siwi Bani Nuryayi “ yang telah tersebar di
pelbagai daerah dan kota. Dari almarhum suaminya ( KH Rd. Ahmad Emed ), Mama
Yuyu dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : I. KH Rd. AHMAD MUMAD MANSUR Dari
isterinya ( Ny. Hj. Mumu Muminah ), KH Rd. Ahmad Mumad Mansur dikaruniai 7
orang putra diantaranya 1. Ahmad Rusdi 2. Ny. Sofiah Ny. Sofiah adalah isteri
KH Abdullah Sanusi dan dikaruniai 10 orang putra, diantaranya 1 ). Ny. Hj. Rd.
Entum Fatimah Ny. Hj. Rd. Entum Fatimah adalah menantu KH. Umar Basri (Mama
Fauzan ). Seuweu siwinya telah dijelaskan di atas. 2 ). Ny. Rd. Endah Ny. Rd.
Endah adalah isteri KH. Sihabudin dari PP Al Masturiyah Sukabumi. 3 ). Rd.
H.Mahbud II. ACENG MUHAMMAD Dari isterinya ( Ny. Ela Nurlaela ), Aceng Muhammad
dikaruniai 5 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny.Nunah Aminah 2 ). Ahmad Sulton
Fahmi III. ACENG ABD. KODIR Dari isterinya ( Ny. Fatimah ), Aceng H. Abdul
Kodir dikaruniai 6 orang putra, diantaranya : 1. Ali 2. Muh. Malki Seuweu siwi
Nyimas Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Yuyu ), dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani
Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Ny. Hj. Yuyu Zuhro ( Mama Cucu ) - Cimasuk
Kr.Pawitan - Ceng Muhammad putra KH Rd. Ahmad Emed / Ny. Hj. Yuyu Zuhro -
Cimasuk Kr.Pawitan A2.1.1.7. NYIMAS UKAH Tidak ada catatan riwayat dan
rundayannya. A2.1.1.8. NYIMAS HJ.MARYAM. Tidak ada catatan riwayat dan
rundayannya. A2.1.1.9. NYIMAS HJ. ANDIA UMAMAH Tidak ada catatan riwayat dan
rundayannya A2.1.1.10. KH. MUHAMMAD. Menurut H. Ishak Abdul Matin atau Ceng Iin
putra KH Abdul Matin, bahwa kakeknya, yatu KH Muhammad mempunyai 2 orang putra,
yaitu: I. NYIMAS IBUT Tidak ada catatan riwayat dan rundayannya II. KH. ABDUL
MATIN. Menurut H. Ishak Abdul Matin ( Ceng Iin ) di rumahnya setelah lebaran
beberapa bulan yang lalu ( 2009 ) , bahwa KH Abdul Matin sebelum menikah dengan
ibunya ( Ny. Hj. Wiwi St. Hanifah ), sempat menikah, tetapi beliau tidak
mengetahuinya. KH Abdul Matin dengan Ny. Hj. Wiwi St. Hanifah dikarunai 12
orang putra, dua diantaranya adalah : 1. Kyai Cecep Suhendar BA Cecep Suhendar
BA adalah sahabat penulis di Kandepag Kab. Garut. Ketika belau wafatpadatahun
…..,beliau meninggalkan seorang isteri ( Ny. Aat Fatimah ) dan 4 orang putra,
dantaranya : 1). Taofik 2). Arif Budiman 2. H. Ishak Abdul Matin Aceng Iin
putra KH Abdul Matin adalah sesepuh di daerah Sukaregang. Beliau adalah
pengelola Madrasah Ibtidayah ( MI ) PUI Garut Kota. Dari isterinya Ny. Euis
Rohayati, beliau dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1 ). Hasan Basri 2 ).
Ny. Zakiyah Seuweu siwi KH Abdul Matin dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani
Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - H. Ishak Abdul Matin – Sukaregan A3. KH.
MUH. MA’LUM Berdasarkan catatan KH Ejeb Burhanudin, bahwa KH Muh. Ma’lum
mempunyai dua orang putra , yaitu : 1. Kyai Jalal 2. Upih A3.1. KYAI JALAL
Menurut catatan, Kyai Jalal dikaruniai 5 orang putra diantaranya Ama Upi. Ama
Upi menikah dengan KM Rofi’i ( Keturunan Sukapura ) mempunyai 6 orang putra,
diantaranya : I. KH Jayadi ( Sukamanah ) KH Jayadi mempunyai 6
putra,diantaranya. 1). Kyai Suthobi 2). Kyai Mansur 3). Kyai Dimyati II. KH
Tajuli ( Tegaljati ) KH Tajuli dalam catatan tidak ada data rundayannya. Seuweu
siwi KH Muh. Ma’lum dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut.
Sumber Data : - KH Ejeb Burhanudin – Cidahu A4. KH. MUH. SALIM KH. Muh. Salim
tinggal dan menetap di daerah Cibangban. Beliau menjadi sesepuh pesantren
Cibangban, pesantren peninggalan Embah Nuryayi. Menurut Kyai Osep Elon Dahlan,
letak pesantren itu dahulunya berada di sebelah Utara dari lingkungan pesantren
Cibangban sekarang. Menurut Rundayan Silsilahnya, KH Muh. Salim dengan
isterinya Nyimas Rokimah ( Embah Isteri Cibangban – wafat 1284 H/ 1867M ),
dikaruniai 4 orang putra, yaitu : ` 1. KH Moh. Roji 2. KH Hasan Basori 3. Ambu
Waedah ( Ny. Hj. Jubaedah ) 4. M. Husain. A4.1. KH MOH. ROJI ( Sukamanah )
Menurut catatan bahwa KH Moh. Roji menikah dengan saudara sepupunya, yaitu
Nyimas Seram putra Nyimas Kafiyah ( Tanjungpura ). Dari Nyimas Seram, beliau
dikarunia seorang putra, yaitu KH. Ijro’i. Dari isteri-isteri lainya, yaitu
Nyimas Afinah dan Nyimas Angrum putri seorang Rangga dikarunia 5 orang putra.
Dari Nyimas Afinah putranya adalah KH Abdul Manan dan dari Nyimas Angrum,
putranya adalah Erom, Ny. Iyut, KH Abdul Majid dan H. Ilyas. A4.1.1. KH IJRO’I
Menurut catatan, bahwa beliau mempunyai 2 orang putra, KH Yahya/ Iyo dan KH
Marjuki ( Enju). A4.1.1.1. KH. YAHYA Dari keempat orang isterinya, KH.Yahya
dikaruniai 12 orang putra, yaitu diantaranya: I. NYIMAS ENCUM Pertama kali
Nyimas Encum menikah dengan Aceng Saepudin putra KH.Ubun Burhanudin Cibangban
dan dikarunia seorang putra, yaitu : 1. Ustad Pepe Saepudin Pensiunan Guru
Agama SMKN Karangpawitan Garut dan mantan anggota DPRD Kab.Garut. Setelah
ayahnya wafat, kemudian ibunya ( Nyimas Encum ) menikah lagi dengan KH Sulaeman
Apip ( Sukaregang Garut ) , dan dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : 2. Drs.
H. Aceng Gofar Sekarang ( 2009 ) beliau sebagai salah seorang pejabat di
lingkungan Pemda Kab. Serang Propinsi Banten 3. Drs. H.Aceng Ali Rochman, SH
Beliau adalah mantan anggota DPRD Kab. Garut. Pada tahun 1998 pernah menjadi
Ketua Panitya Pembangunan Aula ( Gedung Serba Guna ) Bani Nuryayi, yang
sekarang telah berdiri dan dipakai pengajian rutin bulanan atau kegiatan -
kegiatan Yayasan Bani Nuryayi lainnya. 4. Drs. H. Aceng Aam Sekarang ( 2009 )
sebagai Ketua LPK Sukawening. II. NY. TITI Ny. Titi adalah isteri KH Ma’mun
putra KH Hasan Suryadi. Seuweu putunya akan djelaskan di belakang. III. NY. HJ.
MIMING MA’SUMAH Beliau adalah isteri KH Basri putra KH Munir ( Paledang Suci ).
Seuweu putunya akan djelaskan di belakang. IV. H. ACENG ABDULKARIM ( CENG IIM )
V. H. ACENG ABD. MAJID H. Abdul Majid adalah pensiunan Pengawas Pendidikan
Agama Islam Kec. Garut Kota. Dansekarang beliau beserta keluarganya tinggal di
daerah Sukaregang. Dari isternya ( Nyimas Nonok Umanah ), beliau dikaruniai 7
orang putra, diantaranya : 1. Ny. Elis Nurhayati 2. Moch. Faizal Rahman VI.
KH.ACENG BAKUR A4.1.1.2. KH. MARJUKI Adapun KH Marjuki atau Enjuk, beliau
adalah menantu KH Rd. Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ) putra Kyai Rd.Moh. Irfan (
Cibolerang ) keturunan Kyai Rd.Jafar Sidik ( Embah Wali Cibiuk Limbangan ).
Mertua istri KH Marjuki ( Nyimas Momoh Fatimah ), masih keturunan Nyimas Junnah
putra Nyimas Kafiyah ( Bani Nuryayi ). Dari Nyimas Maemunah putra KH Rd. Moh.
Sayuti ( Mama Cibunar ), KH Marjuki dikaruniai 3 orang putra, diantaranya : 1 .
Ny. Hj.Nunu 2. KH Aceng Ahmad Nahrowi 3. Aceng Nanang Dari garis ibunya (
Nyimas Maemunah ), KH Aceng Amad Nahrowi adalah saudara sepupu KH Rd.Ibrahim
Iskandar putra Nyimas Oting Fahitah/ KH Rd. Ene – PP Burujul Limbangan dan KH
Aceng Solih putra K Rd. Abdul Karim/ Nymas Epon Sya’adah - PP Sodong Sucinaraja
). KH Aceng Ahmad Nahrowi ( Ceng Mamad ) adalah sesepuh Pondok Pesantren Al
Falah Awat ( Jalan Raya Cibiuk ). Dan beliau adalah menantu KH.Uci Muksin (
Cibunar ). Dari Ny.Hj. Enok putra KH Uci Muksin, beliau dikarunia 5 orang
putra,yaitu : 1 ). Ny. Ema 2 ). Ny. Eka Isteri Kya Rd. Atang Badrutaman putra
KH Rd.Usman- Sadang Sucnaraja. 3 ). Ny. Sifa 4 ). Enceng 5 ). Encep. Seuweu
siwi KH Ijro’i putra KH Moh. Roji ( Sukamanah ) dapat dilihat pada Buku
Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Drs. H. Aceng Ali Rohman SH -
Sukaregang - KH Ahmad Nahrowi - PP Al Falah Awat Cibiuk - Ny. Hj. Nunuh
Nurhayati putra KH Basri - PP Fauzan Sukaresmi - Ny.Rina Haerani binti H Aceng
Abdul Majid - Sukaregang Garut A4.1.2. KH ABDUL MANAN KH Abdul Manan putra KH
Moh. Roji adalah menantu KH Abdullah Mukilam/Nyimas Junnah ( Nyimas Junnah
adalah saudara misan KH Moh.Roji – Pen. ). KH Abdul Manan dengan Nyimas Emeh
Jubaedah putra Nyimas Junnah, dikarunai 3 orang putra, yatu : 1. H. Holil, 2.
H.Mukhtar 3. Ny. Hj.Muslimah. A4.1.2.1. H.HOLIL Dari perkawinannya dengan Ny.
Hj. Maemunah, H. Holil mempunyai 3 orang putra, yaitu : I. NY. HJ. ST.HAMDANAH
Ny. Hj. St.Hamdanah adalah isteri KH Saja putra A. Sobandi. Seuweu siwinya akan
dijelaskan di belakang. II. SUPYAN SAURI ( Tidak ada data ) III. MOH. MISBAH
Pada tahun 1940, beliau bekerja di Pertamina Kalimantan. Moh. Misbah menikah
dengan orang asal Jawa Timur dan dikaruniai 5 orang putra, diantaranya yaitu :
1. Ny. Marni ( Cigadog ) Ibunya H. Mamat At Tamam SAg ( Kepala MIS PUI Cigadog
Kec.Sucinaraja Garut ) 2. Ubed - Paledang 3. Memed - Cisurupan A4.1.2.2. H.
MUHTAR Dari pernikahannya dengan Ny. Hj.Maryam, H.Muktar dkarunai 12 orang
putra, diantaranya : I. NY. HJ. IKAH LATIFAH Dari pernikahannya dengan Aceng
Emod Abdurahman, beliau dikaruniai 7 orang putra, 2 diantaranya yatu 1. KH Abas
Somantri ( Cibiuk ) dan 2. KH. Basir Beliau dahulu adalah sesepuh ( PP Al
Hikmah Desa dan Kecamatan Karangpawitan ). Setela wafat pada tahun….. PP Al
Hikmah dipimpin oleh putranya, yaitu Agus Basir, SPdi. II. NY. HJ. IPAH
SYARIFAH Beliau adalah menantu KH Majudin, sesepuh PP Tanjungpura Girang (
sekarang PP Himmatul Aliyah Tanjung pura Girang ). Sekarang tinggal bersama
suaminya ( KH Momon Abdurahman ) di Kampung Rawa Karangpawitan. Seweu siwinya
akan dijelaskan di belakang. III. Drs. KH ENDANG RIDWAN Beliau adalah mantan
Pengawas Pendidikan Agama Islam Kec. Karangpawitan Garut, dan sekarang beliau
sebagai Ketua Yayasan Bani Nuryayi Cabang Kab. Garut dan sesepuh PP Suci.
Beliau beserta keluarganya tinggal dan menetap di PP Suci Garut. Dari
pernikahannya dengan Ny. Hj. Rohaeti, beliau dikarunai 7 orang putra, 3
diantaranya adalah : 1. Drs. Aceng Asep Ridwan, MPd Guru Agama Kec.
Karangpawitan Kab. Garut. 2. Daud Muhtar 3. Deden Zenal Mustopa A4.1.2.3. NY.
HJ. MUSLIMAH Beliau adalah menantu dari Mama Mahalli ( Cianjur ). Dari
penikahannya dengan KH Hasbullah putra Mama Mahalli, Ny. Hj. Muslimah
melahirkan 7 orang putra, diantaranya adalah 1. KH Noor 2. H.Mustopa 3. KH
Zaenal Arif 4. K.H. Rd. Elly Jalaludin Mahalli. KH Rd. Elli Jalaludin Mahali
adalah sesepuh Pondok Pesantren Istiqlal Cianjur. Beliau juga sampai sekarang (
2009 ) adalah Ketua Umum Pusat Yayasan Bani Nuryayi. Beliau adalah perintis
Pembangunan Mesjid disamping Bangunan Pondok Pesantren Terpadu Bani Nuryayi. Di
kompleks PP Terpadu Bani Nuryayi ini, setiap tahun dipakai untuk acara Halal
Bihalal Keluarga Besar Bani Nuryayi dari seluruh daerah Kab. Garut dan
kota-kota besar lainnya ( Bogor, Sukabumi, Cianjur, Jakarta, Purwakarta dll ).
Pada setiap Hari Kamis awal bulan, di Pondok Pesantren Terpadu Bani Nuryayi
tsb, diadakan acara pengajian yang dipimpin oleh KH. Rd. Elly Jalaludin
Mahalli. Beliau dari isterinya ( ?),dikaruniai 3 orang putra, yaitu : 1 ).
Rd.Moh. Ajidin 2 ). Ny. Rd.Jamilah 3 ). Ny. Rd. Hodijah Seuweu siwi KH Abdul Manan
putra KH Moh. Roji ( Sukamanah ) dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi
Suci Garut. Sumber Data : - Drs. KH Endang Ridwan putra H.Muchtar - Suci - Drs.
Aceng Asep Ridwan MPd putra Drs. KH Endang Ridwan- Suci - Moh. Aliyudin putra
KH Momon Abdurahman- Jl. Guntur Garut - Aceng Agus Basir Spdi putra KH Basir –
Kr.Pawitan - KH Rd. Elly Jalaludin Mahalli - Cianjur . A4.1.2.4. Erom Tidak ada
catatan riwayat dan rundayannya A4.1.2.5. Ny. Iyut. Beliau adalah menantu dari
KH Musa ( Ateken – Jawa )/ Nyimas Enol. Ny. Iyut dan suaminya A.Jenal Arif
tinggal dan menetap di daerah Sukaraja Karangpawitan Garut. A4.1.2.6. KH. Abdul
Majid. KH Abdul Majid mempunyai 2 orang putra, diantaranya ; 1. Ny. Hadijah
Nymas Kanah putra Nyimas Hadijah,melairkan seorang puta, yaitu : Kol.Purn. H.
Asep Moh. As’ad. Beliau adalah salah satu dari para pendiri Yayasan Bani
Nuryayi. Menurut riwayatnya, beliau adalah pendiri PP Darul Ulum Sukaraja, yang
sekarang sesepuhnya adalah Drs.KH. Rd. Deden Abdul Hakim putra KH Rd. Totoh
Muhyiddin ( keturunan Limbangan ). A4.1.2.7. H.Ilyas Menurut catatan yang ada,
beliau mempunyai seorang putra, yang bernama Piya. Seuweu siwi beliau, tidak
ada catatan riwayat dan rundayannya A4.2. KH HASAN BASORI. KH Hasan Basori
putra KH. Muh. Salim, adalah pendiri dan sesepuh Pondok Pesantren Kiarakoneng.
Pondok Pesantren ini adalah salah satu Pondok Pesantren terkenal di daerah Suci
Kaler pada pertengahan abad 19 M. Diantara para santri yang pernah “ masantren
“ di Pondok Pesantren Kiarakoneng, adalah KH Hasan Mustapa ( seorang ulama
sekaligus sebagai salah seorang sastrawan Sunda yang terkenal pada tahun + 1875
M ). Beliau pernah diangkat sebagai Penghulu di Aceh, dan kemudian menjadi
Penghulu Bintang Bandung + 1860 M ). Menurut riwayat, beliau adalah putra Mas
Sastramanggala/ Haji Usman/ Camat Cikajang ( saat itu termasuk Kab. Sukapura )
keturunan Bupati Parakanmuncang Tumenggung Wiratanubaya. Ibunya Nyimas Salpah
(Emeh ) putra Mas Kartapraja ( Camat Cikajang ). Menurut salah satu sumber Mas
Kartapraja masih keturunan Dalem Pagerjaya Suci Garut. Tadinya oleh Karell
Frederik Holle, Hasan Mustapa kecil akan disekolahkan ke sekolah Belanda, namun
oleh ayahnya beliau dititipkan kepada KH. Hasan Basori di PP Kiarakoneng Suci
Garut. Menurut riwayat KH Hasan Basori adalah ahli qiro’at. Hasan Mustopa kecil
belajar Al Qur’an kepada gurunya KH Hasan Basori, sampai beliau hafidz Al
Qur’an. Selanjutnya setelah “ masantren “ di PP Kiarakoneng, beliau belajar
dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab ( Nawu dan Syaraf ) kepada Rd. H. Yahya (
Penghulu Garut ) keturunan Sumedang/ Limbangan. Selain KH Hasan Mustapa, juga
Snouk Hurgronye ( penasehat pemerintah Hindia Belanda ) pernah “ nyantri “di PP
Kiarakoneng pimpinan KH Hasan Basori. Masjid Jangkung peninggalan KH Hasan
Basori, sampai sekarang (2009 ) masih tetap berdiri dan diperkirakan usia ”
Mesjid Jangkung “ tersebut adalah + 150 tahun. KH Hasan Basori wafat pada
tanggal 24 Muharam 1288 H/ 1861 M dengan meninggalkan 6 orang putra, yaitu :
A4.2.1 . KH HOLIL ( Kiarakoneng ) Menurut Moh. Akil, bahwa KH Holil mempunyai
seorang putra yaitu Ny.Hj. Salamah. A4.2.1.1. NY. HJ. SALAMAH Dari
pernikahannya dengan KH. Hasan Suryadi, Ny. Hj. Salamah melahirkan 3 orang
putra, yaitu : KH. Ma’mun, Nyimas Lilis dan KH Dadang Soleh Fakih. I. KH MA’MUN.
KH Ma’mun adalah menantu dari KH Yahya dan KH Hadori. Dari Ny. Hj. Titi putra
KH Yahya dan Ny. Enuh Nurmadaniah, beliau dikaruniai 7 orang putra, diantaranya
: 1. Ny. Dedeh Nurmadaniah 2. Ceng Endan 3. Cecep Abubakar 4. Ny. Elis Nunu
Zahro II. NYIMAS LILIS Sebagamana telah dijelaskan oleh Kyai Moh. Akil kepada
penulis, bahwa Nyimas Lilis ( ibunya ) menikah dengan KH Karnaen (asal Cirebon
) dan melahirkan 3 orang putra,yaitu : 1. Kyai Moh. Akil Beliau sendiri ( Kyai
Moh. Akil ) yang tinggal dan menetap di Kiarakoneng Kaler ( Kelurahan Suci
Kaler Kec.Karangpawitan ) setelah menikah dengan Ny. Hj.Enah, dikaruniai 4
orang putra. 2. Nyimas Juariah Nyimas Juariah menikah dengan KH Rd. Totoh Abdul
Fatah Muhyiddin putra KH Abdurahman/ Ny. Rd. St. Aini Maliki ( KB Cikelepu
Limbangan ). Sekarang Nyimas Juariah tinggal dan menetap di kompleks PP Darul
Ulum Sukaraja Karangpawitan. Sekarang ( 2009 ) sesepuh PP Darul Ulum adalah
Drs.KH.Deden Abdul Hakim putra sulung KH Rd. Totoh Abdul Fatah Muhyiddin ( alm
). Nyimas Juariah dari KH Rd. Totoh Abdul Fatah Muhyiddin melahirkan 8 orang
putra, dantaranya adalah : 1 ). Rd. Nanang Maulany Spdi. III. NYIMAS HJ. EUTIK.
Adapun Nyimas Eutik dikarunai 6 orang putra, diantaranya adalah 1. Jamil Seuweu
siwi KH Holil putra KH Hasan Basori dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani
Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Kyai Mh. Akil – Kiarakoneng Kaler Suci.
A4.2.2. NY. HJ.MARYAM Sebagaimana dituturkan oleh Ny. Hj. Mimah Salamah putra
KH Dadang Soleh Fakih di Sukadana Garut, bahwa Ny. Hj. Maryam yang terkenal
dengan sebutan “ Ambu Abring “, dari suaminya Moh. Ilyas beliau melahirkan 5
orang putra, diantaranya adalah : A4.2.2.1. AMBU IJOH Ambu Ijoh putra Ambu
Abring/ Moh. Ilyas menjadi menantu KH Abdul Wahab. Dari KH Adro’i putra KH
Abdul Wahab, melahirkan seorang putra, yaitu KH Umar Basri atau Mama Fauzan.
Sejarah / Riwayat dan rundayan Putra-putra dari KH Umar Basri ( Mama Fauzan )
telah penulis jelaskan di atas ( II.1 ). A4.2.2.2. KH GOZALI KH Gozali putra
Moh. Ilyas/ Ambu Abring dari kedua isterinya ( Ny. Ejot dan Ny.Iti ),
dikaruniai 8 orang putra, satu diantaranya adalah : I. NY. ONIH. Ny. Onih
menikah dengan Somadiwangsa ( asal Malangbong ) dan melahirkan 9 orang putra,
diantaranya : 1. Maden Maden putra Somadiwangsa/ Ny. Onih, menjadi menantu dari
KH. Ma’mun ( Sukaregang ) sedangkan H. Dading Somadiwangsa menjadi menantu
saudaranya KH.Ma’mun, yaitu KH Dadang Soleh Fakih. Ny. Hj. Euis Aisyah putra KH
Ma’mun dari Maden, melahirkan 5 orang putra, diantaranya : 1 ). H. Azis Abd.
Mazid 2 ). Dani Wardana 3 ). Taofiqqurohman. 2. H. Dading Somadiwangsa Ny. Hj.
Mimah Salamah putra KH Dadang Soleh Fakih dari H. Dading Sumadiwangsa
melahirkan 4 orang putra, diantaranya : 1 ).Ny. Leni Maryam 2 ). Moh. Diki
Sodikin SE. Keluarga Maden dan H. Dading Sumadiwangsa, tinggal dan menetap di
kompleks PP Sukadana Garut. A4.2.3. KH. MUHAMMAD ( Cibunut ) Sebagaimana
diceritakan oleh Kyai Moh. Akil, bahwa KH Muhammad putra KH Hasan Basori adalah
pendiri PP Balong ( Cimasuk Suci Garut ). Beliau terkenal dengan sebutan Mama
Jabal. KH Muhammad ( Mama Jabal ) dikaruniai 5 orang putra, yaitu : 1. KH Salim
2. KH Abdullah Mansur ( Ceng Uleh ) 3. KH Ahmad 4. Ny. Hj. Hadijah 5. KH Shiraj
A4.2.3.I. KH SALIM KH Salim menggantikan ayahnya sebagai sesepuh PP Balong
Suci. KH Salim putra KH Muhammad ( Mama Jabal ) wafat di Mekah ketika sedang
melaksanakan ibada haji. Beliau dikaruniai 14 orang putra,diantaranya : 1. KH
Aceng Basir 2. Aceng Akil 3. KH Abdul Hafid ( Epe ) 4. Abdul Wahid ( Ohid ) 5.
Aceng Jamil 6. H.Haedar 7. Abduraman 8. H.Tamim 9. Aceng Sholeh I.KH Abdul
Hafid ( Epe ) dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1. Ny. Hj. Hamdanah 2.
KH. Utang Fadlulloh KH Utang Fadlulloh sekarang ( 2009 ) menjadi sesepuh PP
Balong Suci Karangpawitan. KH Rd. Utang Fadlulloh dari isterinya, dikarunia
beberapa orang putra, diantaranya yang sulung bernama Aceng Muh. Rif’at.
A4.2.3.2. KH ABDULLAH MANSUR ( Ceng Uleh ) Sebagaimana dituturkan oleh salah
seorang cucunya ( Ny. Dra. Hj. Eva Edari putra Kanda Atmaja/Ny. Hj. St.
Jauhariah ( Ma Ojoh ), yang kebetulan teman seangkatan penulis di SMAN Garut (
1967 ), bahwa KH Abdullah Mansur mempunyai 5 orang putra, yaitu : I. Ny. Hj.
St.Julaeha / Ma Eha. II. Ny. Hj. St. Jauhariah / Ma Ojoh III. Ny. Hj. Jawahir
/Ma Oja IV. KH Umar Basr/Aceng Emn V. KH Hasbi / Aceng Abi Dari kelima
putranya, yang tercatat hanya dari keluarga Ma Ojoh ( Ny. Hj. St, Jauhariah ).
Dari keluarga Ma Ojoh ( Ny. Hj. St. Jauhariah ) yang penulis kenal dan akrab
adalah Kang Karna ( H.Soekarna ND ) dan istrinya Ny. Hj. Yati RD ( putra H.
Iton Damiri ), ketika tahun 1966 sama-sama aktif di organisasi Pelajar Islam
Indonesia/ PII/ KAPPI. Ny. Hj. St.Jauhariah ( Ma Ojoh ) dari Bapak Kandaatmaja,
yang tinggal di Jalan Ciledug Garut, melahirkan 9 orang putra, diantaranya : 1.
H. Soekarna ND Beliau pada tahun 1965 adalah sebagai pengurus wilayah Pelajar
Islam Indonesia ( PII ) wilayah Jawa Barat. Pada tahun 1966 beliau adalah
pendiri Rado Hanura sebagai cikal bakal Studio Radio Antares Garut . Beliau
adalah menantu H. Iton Damiri, yang saat itu sebagai seorang pengusaha dodol
Garut “ Picnic “. 2. Ny. Dra. Hj. Eva Edari Pensiunan Kepala SMPN Cilawu III
Garut. Beliau adalah teman penulis ketika di SMAN Garut ( 1964 - 1967 ).
A4.2.4. ISTERI KYAI CINUNUK ( Bandung ). Menurut catatan Rundayan Silsilah,
bahwa isteri Kyai Cinunuk adalah masih putra KH Hasan Basori ( Kiarakoneng Suci
). Cucu beliau, yaitu : I. KH HOLIL Menurut catatan, KH.Holil adalah sesepuh di
daerah Cinunuk Ujungberung Bandung. Beliau dikarunai 8 orang putra, yatu : 1.
H. Ishak Salah seorang cucunya,yatu H.Muslim 2. H. Suja’i Beliau menikah dengan
Ny.Hj. Fatimah, dan dikaruniai 3 orang putra, diantaranya H. Tosin. 3. KH
Sulaeman N Beliau menikah dengan Ny. Hj. Maemunah, dan dikarunai 4 orang putra,
diantaranya : KH Ayi Sulaeman Toha dan KH Agus Sulaeman Badrudin 4. H.
Hasbullah Beliau menikah dengan Ny. Hj. Rukayah, dan dikarunai 9 orang putra,
diantaranya : H. Abidin dan H.Encep 5. H. Dimyati Beliau menikah dengan Ny. Hj.
Uwem, dan dikarunai 11 orang putra, diantaranya : R. Dadang dan H.Ikin 6. KH
Abdul Latief Beliau menikah dengan Ny. Hj. Halimah, dan dikarunai 5 orang
putra, yaitu : Mh. Zein, KH Ali Ridwan, KH Abdul Kodir, KH Harun dan KH Atang.
Salah seorang cucunya adalah Ir. Surya Panunggal putra dari Moh. Zein. Dari Ir.
S. Surya Panunggal putra Muhammad Zein penulis menerima Daftar Silsilah
Rundayan KH Holil ( Cinunuk Bandung ). Penulis beserta Ir. Surrya Panunggal
datang ke saudaranya di PP Kanapan Sukaresmi dan menceritakan riwayat dari
pesantren tersebut. 7. KH Osep Beliau menikah dengan Ny. Hj. Kulsum, dan
dikarunai 3 orang putra, diantaranya : Aceng Hadin dan Aceng Ikon 8. H. Amin
Beliau menikah dengan Ny. Hj. Nonih, dan dikarunai 7orang putra, diantaranya :
Aceng Iing, Aceng Aap, Aceng Agis, Aceng Basir dan Aceng Asif. A4.2.5. KH MUNIR
Penulis mengenal keluarga besar KH Munir, adalah atas petunjuk dari Bapak H.
Aceng Abdul Majid putra KH. Yahya ( Sukaregang Garut ). Di rumah H.Muhyidin (
Paledang Suci ), penulis mendapat penjelasan tentang keluarga H. Jaenudin putra
KH Munir, dari Nyimas St. Aminah putra H.Muhydin. Nyimas St. Aminah dan
keluarganya tinggal di Bandung. Ketka itu ( Nopember 2008 ) Nyimas St. Aminah
kebetulan sedang berada di rumah orang tuanya di Paledang Suci. Selanjutnya
Rundayan Silsilah KH Munir, penulis menerma langsung dari teman penulis ( Farid
Sulaeman SAg – Cigadog Wanaraja ), ketika penulis datang ke rumahnya di
Kp.Cigadog Sucinaraja Garut. Kemudian ke rumah ada titipan ( Silsilah Rundayan
KH Munir ) dari Bapak Drs. Aas Kusdiana putra H.Jaenudin ( Guru SMPN
Karangpawitan ). Menurut catatan Rundayan Silsilah, bahwa KH. Munir dari
isterinya Ny. Hj. Hasanah dikarunai 7 orang putra, diantaranya adalah :
A4.2.5.1. NY. HJ. SA’ADAH Ny. Hj. Sa’adah dari H. Sadeli ( Cikabuyutan )
melahirkan seorang putra, yaitu 1. H. Falah ( Ciherang ). Setelah H. Sadeli
wafat, beliau menikah lagi dengan H. Rosadi dari Bentar dan melahirkan seorang
putra, yaitu : 2. Mahmud ( Paledang ). A4.2.5.2. NY. HJ. ATIKAH Menurut Farid
Sulaeman, bahwa Ny. Hj. Atikah sebelum menikah dengan ayahnya ( KH Mu’man
Cigadog ), beliau menikah dengan Memed dari daerah Rawa Karangpawitan dan
melahirkan seorang putra yang bernama : I. Nyi Aminah. Dari KH Mu’man ( Cigadog
), Ny. Hj. Atikah melahirkan 9 orang putra, diantaranya II. U. Jahrudin
Pensiunan Guru Agama Kec. Karangpawitan, dan sekarang tinggal di Paledang Suci
Kec. Karangpawitan. III. Farid Sulaeman SAg. Pensiunan Pengawas Pendais Kec.
Cibatu, dan sekarang tinggal di Kp. Cigadog Kec. Sucinaraja Garut. A4.2.5.3.
KH. JAENUDIN Sebagaimana telah dijelaskan oleh Nyimas St. Aminah, bahwa dari
dua orang isterinya ( Ny. Hj. Faoziyah dan Ny. Hj. Asum ) KH Jaenudn mempunyai
6 orang putra, dantaranya adalah I. H. Muhyddin II. Drs. Mumad Kustaman Mantan
Kepala UPTD Kec.Karangpawitan Garut tinggal di Jl. Raya Karangawitan ( Kp.
Paledang Suci Garut ). III. Bakir Jaenudin Sekarang ( 2009 ) Kepala TU SMPN 2
Kr.Pawitan IV. Drs. Aas Kusdiana Sekarang ( 2009 ) sebagai Wakil Kepala SMPN 1
Kr. Pawitan Garut. A4.2.5.4. KH. BASRI KH Basri putra KH Munir sebagamana telah
dijelaskan diatas, bahwa beliau adalah menantu KH Yahya ( Sukaregang ). Dari
Nyimas Hj.Miming Ma’sumah putra KH Yahya, KH Basri dikaruniai 9 orang putra,
diantaranya : I. Drs. Zaenal Abidin II. Drs. Mu’man. III. Ny. Ipah Afifah
Menurut berita tulisan ( sms ) dari Muh. Muhibuddin yang tinggal di Jawa Timur
), bahwa ibunya Ny.Ipah Afifah putra KH. Basri menikah dengan H. Mahfud asal
Jawa Timur, dan dikaruniai 7 orang putra ( semuanya tinggal di Jawa Timur ),
yaitu : 1. M. Muhibuddin 2. Tajudin ssubqy 3. Yusuf Zainal Qubro 4. Ibn
Athoillah 5. Ahmad Fathoni 6. Khairul Umam 7. Syahrulloh Muh. Muhibuddin putra
H. Mahfud adalah adik ipar K.H.Aceng Aam (PP Fauzan Sukaresmi Garut ). Lihat di
atas. IV. Ny. Hj. Nunuh Nurhayati Ny. Hj. Nunuh Nurhayati adalah isteri KH. Aceng
Aam Mumad (Sesepuh PP Fauzan Sukaresmi Garut ). Lihat di atas. Dari dua isteri
lainnya ( Ny. Piyah dan Ny. Ipoh ) mempunyai 3 orang putra, diantaranya III.
Asep Ma’mur ( Rawa ). IV. Nyimas Masriyah A4.2.6. AMBU SOMPOK Menurut catatan
dari H. Dading Somadiwangsa, bahwa Ambu Sompok adalah putra KH Hasan Basori.
Dari putranya Ambu Edah, Ambu Sompok dikaruniai 3 orang cucu, yaitu : 1. KH
Nasuki 2. Ambu Eyoh 3. Ambu Encih Seuweu siwi KH Hasan Basori putra KH. Muh.
Salim, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber data :
- Kyai Moh. Akil ( Kiarakoneng Kaler ), - KH Rd. Utang Fadlulloh ( Bojong ), -
Ny.Dra.Hj. Eva Edari ( Tarogong Kidul Garut ), - Ir. S. Surya Panunggal
(Simpang Bayongbong ), - H. Dading Somadiwangsa ( Sukadana Garut ) dan -
Keluarga KH Jaenudin ( Paledang Suci ). A4.3. NYIMAS HJ. JUBAEDAH ( AMBU WAEDAH
). Menurut riwayat, bahwa Nyimas Hj. Jubaedah atau Ambu Waedah yang wafat pada
tahun 1243 H / 1837 M dikaruniai 5 orang putra, yaitu : A4.3.1. NYIMAS ENOL
Nyimas Hj. Jubaedah atau Ambu Waedah pertama kali menikah adalah dengan saudara
sepupunya, yatu H. Hasan atau Alyasan putra Nyimas Kafiyah. Dari H. Hasan atau
Alyasan, Nyimas Hj. Jubaedah melahirkan seorang putra perempuan, yaitu Nyimas
Enol ( lahir + 1800 M ). Riwayat dan Silsilah Rundayan Seuweu siwi H.Hasan atau
Alyasan dari Nyimas Hj.Jubaedah akan dijelaskan di belakang. ( LIhat A8.1.1. )
A4.3.2. KH ABDURROHIM ( Dangdeur ) Menurut catatan KH Ejeb Burhanudin, bahwa
Nyimas Hj. Jubaedah dari pernikahannya dengan ama Tegal, telah melahirkan
seorang putra,yaitu KH Abdurohim ( Dangdeur ). Menurut salah seorang cucu KH
Abdurohim ( Ny. Mimin Ma’mulah – Dangdeur ), yang kebetulan penulis mengenal
beliau, bahwa dari pernikahannya dengan Ny.Hj. Hamidah, KH Abdurohim dikarunai
5 orang putra, yaitu : 1. Ny. Hj. Mardiyah 2. Aceng Ahmad Amin 3. Ny. Ecin 4.
Ny. St. Mulkiyah 5. KH Muh. Hudori A4.3.2.1. NY. HJ. MARDIYAH Ny. Hj. Mardiyah
berdasarkan Buku Silsilah Keluarga Besar Buya Haji Siddik ( Ama Sukarasa –
Pangatikan ), bahwa Ny. Hj. Mardiyah adalah menantu dari Buya Haji Siddik (
kakek dari garis ibu alm. KH Yusuf Tauziri – Wanaraja ). Ny. Hj. Mardiyah putra
KH Abdurrohim dari suaminya H. Adra atau KH Masduki melahirkan 6 orang putra,
yaitu : I. H. Anwar, II. H.Umar, III. H. Abdul Kodir, IV. H. Ahmad Zen ( H.
Zaeni ), V. Ny. Hj. Enok VI. Ny. Hj.Oten Bustonah. Menurut Ceu Faridah putra
Ny. Hj. Enok ( Ny. Hj. Faridah isteri H. Arman Efendi – Sukaregang), bahwa KH.
Masduki dan keluarganya, menetap dan bertempat tinggal di Johor Malaysia. Menurut
Ceu Faridah, dari H. Arman Efendi, beliau melahirkan 6 orang putra yaitu : 1 ).
Ny. Dra. St.Nurlaela, 2 ). Ny.Yati Nurhayati, 3 ). Ir. Muh.Nurdin, 4 ). Ny.Susi
Susilawati, 5 ). Ahmad Nurzaman dan 6 ). H. Mansur. A4.3.2.2. ACENG AHMAD AMIN
Menurut Ibu Mimin, beliau kurang mengetahui seuweu siwi dari Aceng Ahmad Amin.
A4.3.2.3. NY. ECIN Demikian juga halnya seuweu siwi Ny. Ecin A4.3.2.4. NY. ST.
MULKIYAH Ny. St.Mulkiyah putra KH Abdurohim, dikarunai 5 orang putra,
diantaranya : I. H. Yusuf dan II. Ny. Mimin Ma’nunah. A4.3.2.5. KH. MUH. HUDORI
Beliau adalah sesepuh PP Dangdeur Karangpawitan, yang setelah wafat dilanjutkan
oleh KH. Moh.Bakir, dan sekarang ( 2009 ) PP Dangdeur dikelola oleh putra
sulung KH. Muh.Bakir, yaitu Aceng Agus Abas. Ketika ditemui di rumahnya, Aceng
Agus Abas menjelaskan riwayat dan rundayan silsilah KH Muh. Hudori dan ayahnya
KH Moh. Bakir. KH. Muh. Hudori dari isterinya ( Ny. St. Maemunah ) mempunyai 3
orang putra, diantaranya : I. Nyimas Euis Logayah Tidak ada data riwayat dan rundayannya.
II. KH Moh. Bakir. Adapun KH Moh. Bakir dari isterinya ( Ny. Hj. Uun )
mempunyai 14 orang putra, diantaranya 1. Aceng Agus Abas Aceng Agus Abas
sekarang sebagai sesepuh PP Dangdeur Karangpawitan Garut ( di belakang MAN 1
Garut ). 2. Aceng Ahmad Zahid. Aceng Ahmad Zahid adalah menantu dari KH. Rd.
Aten Faturohman, kakak ipar dari KH Rd. Amin Muhyiddin ( Ceng Mimin ) sesepuh
PP Asy Sya’adah Randukurung Limbangan. Seuweu siwi KH Abdurrohim ( Dangdeur )
putra Ama Tegal dengan Nymas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) dapat dilihat pada
Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber data : - Ny. Mimin BA, - Aceng
Agus Abas - Dangdeur dan - Ny. Hj. Faridah, isteri H. Arman Efendi –
Sukaregang. A4.3.3. KH ABDULLAH Adapun putra Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah
) dari Ama Pekalongan adalah KH. Abdullah, yang menurut catatan beliau
mempunyai 4 orang putra, yaitu I. KH. Ma’mun, II. H. Endang, III. KH.Emon V.
Ny. Eneh. A4.3.4. KH MAJUDIN Putra Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) dari Ama
Solihun, menurut catatan mempunyai seorang putra, yaitu KH. Majudin. Seuweu
siwinya dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut.
A4.3.5.KH.MOH. ADRO’I Lihat A2.1.1. di atas. A4.4. MUH. HUSAIN ( Tanjung
Kamuning ) Mengenai Muh.Husain, yang berdasarkan catatan tinggalnya di Tanjung
Kamuning Tarogong. Tetapi data riwayat dan rundayannya belum diketemukan. A5.
KH MUH. NURSA’ID Berdasarkan catatan KH Rd. Ma’mun Abdul Gani dan temuan
penulis dari hasil silaturahmi ke beberapa tempat dan daerah, diriwayatkan
bahwa KH Muh. Nursa’id adalah putra Embah Nuryayi yang tinggal dan menetap di
daerah Sagaranten Pasirjengkol Sukawening. Menurut riwayat sepuh, bahwa dahulu
di daerah Eureun Sono telah berdiri sebuah sebuah pesantren. Ada kemungkinan
bahwa sesepuhnya adalah KH Muh. Nursa’id putra Embah Nuryayi Suci. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa sekarang, bahwa makam Dalem Sutamerta berada di belakang
makam KH Nursa’id. Dalem Sutamerta adalah yang memimpin Kadaleman Eureun Sono
pada awal abad 18 M. Beliau adalah putra Dalem Mertasinga ( Bupati Limbangan 2,
1678 – 1726 M ). Ketika ayahnya wafat, Dalem Sutamerta tidak menjadi Bupati
Limbangan meneruskan ayahnya, karena yang diangkat sebagai Bupati Limbangan
adalah Dalem Wangsadita I ( 1726 – 1740 M ). Kadaleman Eureun Sono pada awal
abad18 M termasuk wilayah Kabupaten Limbangan, yang menurut Sajarah Limbangan,
saat itu pusat pemerintahan Kab.Limbangan dipindakan dari Pasirhuut ke kota
Limbangan (sekitar alun-alun Limbangan sekarang ). Juga sebagaimana dijelaskan
oleh Bapak Aep Saeful Millah putra Muh. Ondi Jaelani ( Tanjungpura
Karangpawitan ), bahwa Nyimas Romlah isteri dari KH Muh. Nursa’id adalah putra
KH. Rd.Nurhasyim dengan Nyi Rd. Ayu Fatimah ( Cibiuk ). Menurut silsilah KH Rd.
Nurhasyim ( Kyai Cibiuk ) adalah putra dari Dalem Sutamerta ( Eureunsono ).
Menurut catatan silsilah rundayan susunan KH Rd. Ma’mun Abd. Ghani dan menurut
catatan KH. Ejeb Burhanudin ( sesepuh PP Cidahu ) bahwa putra - putra dari KH
Muh. Nursa’id, adalah sebagai berikut : 1. KH Rd.Moh. Arif ( Sadang ) 2. Embah
Manjahbeureum. 3. Embah Jaksa 4. Ambu Dawiyah A5.1. KH. RD. MOH. ARIF Menurut
riwayat, KH Rd. Moh. Arif adalah pendiri dan sesepuh Pondok Pesantren Sadang.
Pada jamannya Pondok Pesantren ini sangat terkenal, bahkan sampai ke luar Kab.
Garut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya alumni dari pesantren Sadang, yang
menjadi Kyai/Ulama dan mendirikan beberapa pondok pesantren di daerah Garut
maupun di luar Kab. Garut. Ciri khas pesantren Sadang sejak KH Rd. Moh. Arif
sampai dengan sekarang ( 2009 ) adalah bidang pengajaran “ Al fiyah” disamping
bidang-bidang pelajaran agama Islam lainya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Kyai
Rd. Atang Badrutaman, bahwa KH. Rd. Moh. Arif ( Mama Sadang Sepuh ) dkaruniai 4
orang putra, yaitu 1. Eteh Sodong 2. Eyang Iyut 3. KH Rd. Yusuf 4. KH Rd. Moh.
Abdurahman A5.1.1. ETEH SODONG Panggilan Eteh Sodong, kemungkinan diberikan
oleh saudara-saudaranya dan beliau tinggal dan menetap di daerah Sodong. Daerah
Sodong berada ke arah sebelah Timur dari Pondok Pesantren Sadang. Daerah Sodong
masih termasuk wilayah Desa Sadang. Eteh Sodong dengan suaminya H. Dadang,
dikarunai 3 orang putra, diantaranya : 1. Kyai Asy’ari 2. H. Abdullah. A5.1.2.
EYANG IYUT Eyang Iyut putra KH Rd. Moh. Arif menikah dengan keturunan Sukapura,
yaitu Rd. Jamsari. Dari Rd.Jamsari, Eyang Iyut melahirkan 4 orang putra,
diantaranya : A5.1.2.1. Ny. Rd. Aslimah. Ny. Rd. Aslimah menikah dengan H.
Arsad putra Eyang Abdurahman dari Kadugede Kuningan. Ada kemungkinan pada
awalnya H. Arsad datang dari Kadugede Kuningan dengan maksud “ masantren “ di
Pondok Pesantren Sadang, yang pada akhrnya menjadi menantu Eyang Iyut putra KH
Rd. Moh. Arif. H. Arsad, menurut Rundayan Silsilah Eyang Abdurahman – Kuningan,
adalah paman dari kakek penulis dari garis ibu, yaitu Moh. Maksudinata. Menurut
riwayat , yang diceritakan langsung kepada penulis dahulu, bahwa Moh.
Maksudinata ( kakek penulis ) adalah “ santri Sadang “ dan bertemu dengan nenek
penulis ( Ny. Rd. Encih putra Rd. Eon keturunan Cinunuk ) yang juga “ santri
Sadang “ sampai mereka menikah, dan akhirnya nenek penulis ( Nyi Rd. Encih )
dan suaminya ( Moh.Maksudinata ) tinggal dan menetap di Kampung Kaum Wanaraja,
jauh dari saudara-saudaranya di Cnunuk Hilir. Menurut nenek penulis, bahwa
dahulu banyak kerabat-kerabat beliau dari Cinunuk yang pergi belajar agama
Islam di Pondok Pesantren Sadang. Apalagi salah satu leluhurnya menjadi menantu
seorang Kyai dari daerah Sadang. ( Nyi Rd. Gedah putra Kyai Rd. Jalil ( Sadang
) adalah isteri Rd. Wangsanagara II putra Rd. Wangsanagara I dan cucu Dalem
Jiwanagara I ). Dari H. Arsad, Ny. Rd. Aslimah dikaruniai 3 orang putra,yaitu :
1. Rd. Ahmad Nasuhi, 2. Nyimas Sukaenah 3. Nyima Eroh I. Rd. Ahmad Nasuhi Rd.
Ahmad Nasuhi mempunyai menantu Rd.H.Syarif ( keturunan Sukapura. Ny.Rd.Mamah
putra Rd. Ahmad Nasuhi dari Rd.H.Syarif, melahirkan 2 orang putra, yaitu 1.
Rd.H.Jamaludin dan 2. Rd.H. Rafiudin. ( Naib Sadang - 1962 ). Rd. H. Jamaludin
menjadi menantu KH.Rd. Ijra’i. Nyi Rd.Hj. Syarifah putra KH R. Ijra’I dari Rd.
H.Jamaludin, melahirkan 7 orang putra, diantaranya Aceng Ici. Rd. H. Rafiudin
menikah dengan Ny. Hj. St. Rohmah dan dikaruniai 8 orang putra, diantaranya Rd.
H. Harun dan Rd. H.Didi ( teman penulis semasa di SMPN 2 Garut tahun 1962 ).
II. Nyimas Sukaenah III. Nyimas Eroh Nyimas Eroh putra Nyi Rd. Aslimah selanjutnya
tinggal dan menetap di daerah Cimalaka Wanaraja, karena dijadikan menantu
sesepuh pesantren Cimalaka ( KH Tb. Aliban ). KH. Tb. Aliban datang ke Cimalaka
Wanaraja, dan bersama-sama dengan Kyai Rd.Moh.Jamhari ( Eyang Cimalaka )
menjadi sesepuh pesantren Cimalaka. Keduanya adalah menantu Nyimas Dhomah putra
Sembah Nuryayi Suci. Riwayat kedua tokoh sepuh Cimalaka ini, akan penulis
uraikan di bawah ( keluarga Sembah Nuryayi di Cimalaka Wanaraja ). Seuweu siwi
Eyang Iyut putra KH Rd. Moh. Arif dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi
Suci Garut. ( yang sumbernya antara lain dari Kyai Rd. Badrutaman, catatan
Keluarga Kyai Rd. Rafiudin ( Naib Sadang ) dan lain-lain ). A5.1.3. KH RD.
YUSUF Bedasarkan uraian Kyai Rd. Atang Badrutaman, bahwa kakek beliau (KH Rd.
Yusuf ) dari pernikahannya dengan Ny.Hj. St. Maryam (keturunan Ragadiyem )
dikarunai 4 orang putra, yaitu KH Rd. Abdul Karim, KH Rd.Usman, Ny.Rd. St.
Khodijah dan Ny. Rd. Siti Sukaesih. A5.1.3.1. KH RD. ABDUL KARIM Beliau adalah
sesepuh pesantren Sodong dan menantu dari Mama Cibunar Cibatu ( KH Rd. Moh.
Sayuti putra Kyai Rd. Moh. Irfan ( Cibolerang ). Dari Ny. Hj. Rd. Epon Sa’adah
putra KH Rd. Moh. Sayuti ), KH Rd. Abdul Karim dikarunia 7 orang putra,
diantaranya Ceng Sholeh ( KH Sholeh ) yang sekarang menjadi sesepuh di
pesantren Sodong. Ketika penulis datang bersilaturahmi ke Sodong ( Nopember
2008 ), sempat bertemu dengan Ny. Hj. Rd. Epon Sa’adah ( Nini Imas – pen.)
putra KH Rd. Moh. Sayuti (Mama Cibunar ), yang usianya telah sepuh. Beliau
sempat menanyakan nenek penulis ( Ny.Rd. Encih ) yang beberapa tahun yang lalu
telah wafat. A5.1.3.2. KH RD.USMAN KH Rd.Usman adalah sesepuh PP Riyadul
Alfiyah Sadang. Pada jamannya banyak para santri yang datang dari beberapa
daerah di Kab.Garut maupun dari luar Kabupaten Garut. Para alumni “Santri
Sadang”, sekarang banyak yang telah menjadi Kyai dan menjadi sesepuh di
beberapa pesantren. Diantaranya KH Rd. Aceng Mimar Hidayat ( sesepuh PP Urug
dan juga sebagai menantu beliau ), KH Rd. Aceng Enang ( sesepuh PP Pulosari
Leuwigong dan juga sebaga menantu beliau), KH Rd. Amin Muhyiddin putra KH Rd.
Uding Muhyiddin/Mama Wates Anom ( sesepuh PP Asy Sya’adah Limbangan ) dan
lain-lain. Beliau adalah menantu KH Ijra’i putra KH Rd. Abdurahman. KH Ijra’i
secara nasab adalah adik sepupu KH Rd. Usman. Ny. Rd. Siti Atikah putra KH Rd.
Ijra’i dari KH Rd. Usman putra KH Rd. Yusuf, melahirkan 8 orang putra, yaitu :
KH Rd. Syarif Hidayat ( Ceng Iif), Ny. Rd. Hj. Sopiah, Ny. Rd. Lilis Aminah,
Ny. Rd. St.Dalfah, Ny. Rd. St.Rodiah, Kyai Rd. Atang Badrutaman, Ny. Rd.
St.Maryam dan Kyai Rd.Deden Syahd Abas. I. KH RD. SYARIF HIDAYAT KH Rd. Syarif
Hidayat ( Ceng Iif ) sekarang ( 2009 ) sebagai sesepuh PP Riyadul Alfiyah
Sadang. Hampir setiap hari, beliau mengajar santri-santrinya di dalam Mesjid
Jami Sadang. Dalam mengajar para santrinya, beliau dibantu oleh
saudara-saudaranya diantaranya Kyai Rd. Atang Badrutaman dan Kyai Rd. Deden
Syad Abas, juga menantu beliau sendiri ( Rd. H. Ayep Aonullah putra KH Rd.
Ahmad Masduki dari PP Al Fadilah Ciseureuh Limbangan ). Setiap tahun, setelah
hari raya Idul Fitri biasa dilaksanakan acara Halal Bihalal sekaligus khaolan
serta reuni para alumni “Santri Sadang “, baik santri beliau sendiri, atau
santri ayah beliau ( KH Rd. Usman ). KH Rd. Syarif Hidayat adalah menantu KH
Iding Jaenudin ( PP Babakanloa Cibatu ). Nyimas Enung Nurjanah putra KH Iding
Jaenudin dari KH Rd. Syarif Hidayat melahirkan 6 orang putra, diantaranya: 1.
Ny. Rd. Hj. Syarifah Isteri KH Udung Zakaria putra KH Emed Suhrowardi –
Santiong Cicalengka. 2. Ceng Ulumuddin Suami Neng Helni putra KH Rd. Aceng
Mimar Hidayat – PP. Urug Bayongbong. 3. Ny.Rd. Hj. Yeyen Mulyani Isteri Rd. H.
Ayep Aonullah putra KH Rd. Ahmad Masduki – PP Al Fadilah Ciseureuh Limbangan )
4. Ceng Uus Usman Suami Ny.Nurhayati putra KH Mansur – PP. Cigaluh Bandrek
Cibatu. II. NY.RD.HJ.SOPIAH Ny. Rd.. Hj. Sopiah putra KH Rd.Usman menikah
dengan KH Siroj (asal Cicalengka ) dan sekarang beserta keluaranya tinggal dan
menetap di Cicalengka Bandung. Ny.Rd. Hj. Sopiah dari KH Siroj melahirkan 6
orang putra, diantaranya adalah : 1. Ceng Apipudin 2. KH Daud. III. NY.
RD.LILIS AMINAH Ny. Rd.Lilis Aminah putra KH Rd.Usman menikah dengan KH Ohan
(asal Cililin Bandung ) dan sekarang beserta keluaranya tinggal dan menetap di
Cililn Bandung ). Ny.Rd. Lilis Aminah dari KH Ohan melahirkan 6 orang putra,
diantaranya adalah 1. Ceng Dudan. IV. NY. RD.HJ.SS.DALFAH Ny. Rd. Hj. St.
Dalfah putra KH Rd.Usman adalah menantu KH Deding Wajihadin ( Urug Bayongbong )
dan sekarang beserta keluarganya tinggal dan menetap di Urug Bayongbong. Ny.Rd.
Hj. St. Dalfah dari KH Rd. Aceng Mimar Hidayat ( sesepuh PP Hidayatul Faizin
Urug Bayongbong ) melahirkan 6 orang putra, sebagamana telah djelaskan di atas
( Point II ) V. NY. HJ.ST.RODIAH Ny. Rd.St.Rodiah putra KH Rd.Usman menikah
dengan KH Asep dan sekarang beserta keluarganya tinggal dan menetap di kompleks
PP Sadang. Ny.Rd.St.Rodiah dari Kyai Asep dikarunai 3 orang putra, diantaranya
: 1. Ceng Hilman 2. Ceng Deden. VI. KYAI RD. ATANG BADRUTAMAN Kyai Rd. Atang Badrutaman
putra KH Rd.Usman adalah menantu KH Rd. Aceng Mamad Nahrowi ( sesepuh PP Al
Falah Awat Cibiuk ). Dan Neng Eka putra KH Rd.Aceng Ahmad Nahrowi beliau
dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1. Ceng Azis 2. Ceng Hufin Nasirudin
Dari Kyai Rd. Atang Badrutaman dan isterinya ( Neng Eka putra KH Rd. Ahmad
Nahrowi ), penulis mendapatkan uraian riwayat dan rundayan silsilah Keluarga PP
Sadang, Pulosari Leuwigoong, Sodong, Babakanloa Cibatu, Burujul Limbangan dlsb.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa KH Rd. Aceng Mamad Nahrowi adalah
putra KH Marjuk keturunan KH Moh. Roji ( Sukamanah ) putra Embah Nuryayi Suci.
Kyai Rd. Atang Badrutaman membantu saudaranya ( KHRd. Syarif Hidayat ) di PP
Riyadul Alfiyah Sadang. VII. KYAI RD.SYAHID ABAS Kyai Rd. Syahd Abas putra KH
Rd.Usman adalah menantu KH Aceng Muhammad ( KH Aceng Mumad – PP Fauzan Sukaremi
Garut ). Kyai Rd. Syahd Abas dengan Nyimas Nenih Maemunah, saudaranya KH Aceng
Aam Mumad putra KH Aceng Mumad ( PP Fauzan Sukaresmi Garut ) dikaruniai 3 orang
putra, diantaranya 1. Ceng Nizan intidhom Kyai Rd. Syahd Abas tinggal dan
menetap di kompleks PP Riyadul Alfiyah. VIII. NY. RD. ST.MARYAM Ny. Rd.
St.Maryam ( Neng Iceu ) putra KH Rd.Usman menikah dengan KH Rd. Aceng Enang
putra KH Uci Muksin ( Cibunar )/ Ny. Rd. St. Khodijah dan sekarang beserta
keluarganya tinggal dan menetap di kompleks PP Pulosari Leuwigoong. Riwayat dan
rundayan KH Rd. Aceng Enang nanti akan djelaskan di bawah. A5.1.3.3. NY. RD.
HJ.SITI HODIJAH Ny. Hj. Rd. St. Hodijah adalah saudaranya KH Rd. Usman putra KH
Rd. Yusuf ( Sadang ). Beliau adalah menantu KH Rd. A.Nahrowi/Ny.Rd.St.Sarah
bertempat tinggal di Cibunar Cibatu. Ny.Hj. Rd. St. Hodijah dari KH Rd. Uci
Muksin putra KH. Rd. A.Nahrowi melahirkan 8 orang putra, diantaranya : KH Rd.
Acep Yusuf, Ny.Rd.Hj. Atikah, Ny. Hj.Rd.Hadijah, KH Rd. Didi Junaedi, KH Rd.
Enang Mahalli, Ny. Rd.Hj.Enok,Ny. Rd. Aah dan Ny. Rd.Hj. Titi. I. H. RD. ACEP
YUSUF Sebagaimana dituturkan oleh Rd. Aceng Mumad, bahwa ayahnya (KH Rd. Acep
Yusuf ) putra KH Rd. Uci Muksin/ Ny. Hj. Rd. St.Hodijah menikah dengan Ny.Hj.
Siti Munawaroh dan dikaruniai 4 orang putra, diantaranya adalah : 1. Ny.Hj. Rd.
Aam Ny. Hj. Rd. Aam adalah menantu KH Iding Badrudin. Ny. Hj. Rd. Aam dengan
KH.Mansur putra KH Iding Badrudin, melahirkan 5 orang putra, diantaranya : •
Nyimas Nurhayati Menantu KH Rd. Syarif Hidayat, sesepuh PP Riyadul Alfiyah
Sadang. Mereka menetap dan tinggal di Sadang. 2. Ny. Hj. Rd. Juju Juariah Ny.
Hj. Rd.Juju Juariah menjadi istri KH. Aceng Embing ( Keresek Cibatu ). Mereka
menetap dan tinggal di Keresek. 3. Rd. Aceng Aas Rd. Aceng Aas adalah menikah
dengan adik misannya, yaitu Nyimas Dedah putra KH Rd. Aceng Enang Mahalli.
Mereka menetap dan tinggal di Leuwgoong,berdekatan dengan PP Pulosari
Leuwigoong. 4. Rd. Aceng Mumad. Putra bungsu dari KH Rd. Acep Yusuf adalah Rd.
Aceng Mumad. Rd. Aceng Mumad inilah yang menjelaskan dan menguraikan rundayan
silsilah Keluarga Besar PP Pulosari Leuwigoong. II. NY.RD.HJ.ATIKAH Ny. Rd. Hj.
Atikah putra KH Rd.Uci Muksin/ Nyi Rd.Hj.Hodijah, menikah dengan KH Mumu Musa
dan dikarunai 10 orang putra, diantaranya : 1. Aceng Bibin 2. Aceng Maftuh 3.
Aceng Deding ( lihat A8 ) III. NY.HJ.RD.EDEH Ny.Hj. Rd. Edeh putra KH Rd.Uci
Muksin/ Nyi Rd.Hj.Hodijah, menikah dengan KH Otong ( PP Pananggungan Cicalengka
) dan dikarunai 11 orang putra, diantaranya : 1. KH.Aceng , 2. Aceng Diding, 3.
Aceng Atang 4. Aceng Yayat. NY. Hj. Rd.Edeh bermenantukan KH Jalaludin, KH
Cecep, Aep Saeful Millah putra M.OndiJaelani (Tanjungpura Kr.Pawitan ), KH
Enceng putra ayah Banjar ( PP Minhajul Karomah Banjar ) dll. IV. KH RD.DIDI
JUNAEDI Beliau adalah sesepuh PP Pulosari Leuwigoong. Dari Nyimas Yayah beliau
dikaruniai 4 orang putra, diantaranya : 1. Aceng Iip. V.KH. RD.ENANG MAHALI
Beliau adalah sesepuh PP Pulosari Leuwigoong. Beliau adalah menantu dari KH Rd.
Usman ( Sadang ). Nyi Rd.Hj. Maryam putra KH Rd.Usman dari KH Rd. Enang Mahali
melahirkan 9 orang putra, diantaranya : 1. Aceng Za, 2. Aceng Uan, 3. Aceng
Bubun, 4. Aceng Yusa 5. Aceng Fauzi. VI. NY.RD.HJ.ENOK Beliau adalah isteri
dari KH Aceng Mamad Nahrowi, sesepuh PP Al Falah Awat Cibiuk. KH Aceng Mamad
Nahrowi adalah putra KH Marjuki, yang tela diuraikan di atas. Beliau adalah
mertua isteri Kyai Rd. Atang Badrutaman (Sadang). VII.NY.RD.HJ. AAH Beliau
adalah isteri KH Hasan dari PP Pasawahan Purwakarta. Putra-putranya
diantaranya,adalah : 1. Asep 2. Enjang. VIII. NY.HJ.RD.TITI Beliau juga isteri
dari KH Dudung Abd. Wadud dari PP Pasawahan Purwakarta. Putranya adalah: 1. Rd.
Aceng Aap Abdul Jalil. A5.1.3.4.NY. RD. HJ.ST.SUKAESIH Beliau menikah dengan KH
Rd.Sarkosih ( asal Soreang Bandung ). Beliau adalah pensiunan Naib, yang
menjelang wafatnya tinggal di Cibalong Garut. Ny.Rd. Sukaesih ( Abu ) dari KH
Rd. Sarkosih, melahirkan beberapa putra, diantaranya adalah : 1. Nyimas Isteri
dari Ustad Ojak Yuswan ( pensiunan staf Depag Kabupaten Garutt ). 2. Nyimas
Euis, 3. Nyimas Oom 4. Deden. Ketika menjabat naib di KUA Kec. Wanaraja ( 1966
), beliau adalah ulama yang sering memberikan pengajian di Mesjid Kaum
Wanaraja. A5.1.4. KH RD. MOH. ABDURAHMAN Beliau adalah putra KH Rd. Moh. Arif
tinggal menetap di daerah Ckaruk Kec. Sukawening Kab. Garut. Dari kedua
isterinya ( yaitu ……..dan ………… ) beliau dikaruniai 9 orang putra,diantaranya
:KH Rd. Ijra’i, KH Rd.Marjuk dan KH Romli. A5.1.4.1. KH RD IJRA’I Beliau adalah
menantu KH Rd. Ahmad Nahrowi ( Mama Keresek Cibatu keturunan Sumur Kondang).
Ny.Rd. Uwu putra KH Rd. Amad Nahrowi, dari KH Rd. Ijra’i melahirkan 10 orang
putra, yaitu : Ny. Rd. Syarifah, Ny. Rd. Zaenab, Ny. Rd.Mae, Ny.Rd. Atikah, Rd.
A.Jajuli, Ny. Rd. Iyah,Ny. Rd.Iting, Ceng Emon Hidayat,Ceng Nunun dan Nyi Rd.
Toto. I. Ny. RD. HJ. SYARIFAH. Sebagaimana telah dijelaskan di atas,bahwa Ny.
Rd.Hj.Syarifah menikah dengan Rd. H. Jamaludin ( Sadang ). II. NY.RD.ZAENAB (
NY.RD.IJOH ) Ny.Rd.Zaenab adalah isteri KH.Iding Jaenudin putra KH.Maksudin
(asal Malangbong ). Beliau adalah sesepuh PP Babakanloa Cibatu. Ny. Rd. Zaenab
dari KH Iding Jaenudin melahirkan 6 orang putra, semuanya perempuan, yaitu : 1.
Ny. Momo Fatimah Ny. Momo Fatimah menikah dengan KH.Apipudin (asal Citangtu )
dan melahirkan seorang putra Ny.Hj. Mimin Aminah. Ny. Hj. Mimin Aminah
selanjutnya menikah dengan KH Endang Ridwan ( sekarang menjadi sesepuh PP
Babakanloa Cibatu ) putra KH Maksudin dari Malangbong, dan dikaruniai 5 orang
puta, diantaranya yang sulung adalah : • Cecep Jaeni Dahlan. 2. Ny.Endah Sofiah
3. Ny. Ika Mustika 4. Ny.Hj. Pupu 5. Ny. Hj.Ai Aum 6. Ny.Hj. Enung Nurjanah.
Ny. Hj. Enung Nurjanah menjadi isteri KH Rd.Syarif Hidayat ( sesepuh PP Riyadul
Alfiyah Sadang ). III.NY.RD.MAE Ny. Rd.Mae menikah dengan KH. Ii putra KH Rd.
Uyeh Abdullah (Keresek Cibatu ). Dengan suaminya, beliau selanjutnya tinggal di
Tegalpanjang. Salah satu putranya adalah • H. Aceng Ahmad atau Ceng Mamad. IV.
NY. RD.HJ. ATIKAH Sebagaimana telah dijelaskan di atas,bahwa Ny. Rd. Atikah
adalah isteri kakak misannya, yaitu KH Rd. Usman (sesepuh PP Riyadul Alfiyah
Sadang) putra KH Rd. Yusuf ( Sadang ). V. RD.A.JAJULI Tidak ada data VI.
MY.RD.IJAH Tidak ada data VII. NY.RD.HJ.ITING Ketika penulis mengunjungi beliau
dirumahnya ( Jl.Raya Citangtu ), sebagaimana petunjuk dari Ceng Mamad putra KH.
Ii ( Tegalpanjang ) yang masih keponakannya, dan menjelaskan nama penulis serta
maksud kedatangan penulis kesana. Seketika beliau bangun, dan menjelaskan bahwa
beliau mengenal ayah ( KH Rd.Ma’mun ) serta kakek penulis M. Maksudinata ( Lebe
Wanaraja ), yang dahulu bertempat tinggal di belakang kaum Wanaraja. Rupanya
beliau mengetahui dan mengenal ayah penulis, karena dahulu ayah penulis ( +
tahun 1940 ) adalah “ santri Sadang “ dan “ pegawai KUA Wanaraja “ ( + tahun
1950 . Beliau mengetahui bahwa ayah penulis, dari garis ibunya ( Ny.
Rd.Satriyah ) dan neneknya ( Ny. Rd.Kiyot ), masih ada hubungan kerabat dekat
dengan Rd. Muh. Arif ( masih termasuk seuweu siwi dari KH Muh.Nursa’id putra
Sembah Nuryayi Suci ). Ny. Rd. Hj. Iting sebagaimana dijelaskan kakak iparnya (
KH. Rd. Endang Ridwan – PP Babakanloa Cibatu ) kepada penulis, bahwa sebelum
menikah dengan M.Kanta ( Citangtu ), Ny. Rd. Iting menikah dengan seorang
sayyid , yaitu Syekh Sayyid Sa’id, dan dikarunia seorang putra, yaitu : • Syekh
Yusuf Sidik Sekarang Syekh Yusuf Siddik tinggal di kota Riyyad Saudi Arabia ).
Selanjutnya Ny. Rd. Hj.Iting menikah lagi dengan M.Kanta ( Citangtu ) dan
dikaruniai 8 orang putra, diantaranya : 1 ). Ceng Pandi 2 ). Ceng Furkon. VIII.
CENG EMON HIDAYAT Tidak ada data IX. CENG NUNUN Tidak ada data X. NY.RD.TOTO
Tidak ada data A5.1.4.2.KH.RD. MOH.MARJUK Menurut riwayat, bahwa dahulu beliau
adalah Khalifah ( Naib – Pen ) di Kecamatan Sadang Distrik Wanaraja Kab.
Limbangan Garut ( sekarang Sadang hanyalah sebuah Desa di Kecamatan Sucinaraja
). Beliau adalah menantu KH Tb. Aliban ( Cimalaka ). Ny Rd. Ombah putra KH
Tb.Aliban/ Ny. Rd.Ganda Inten melahirkan 3 orang putra, yaitu Ceng Dahlan, Neng
Lioh ( Ny. Rd.Lioh ) dan Neng Enjah ( Ny. Rd. Enjah ). I. CENG DAHLAN Menurut
riwayat, bahwa beliau dahulu tinggal di Jakarta sebagai seorang tentara ( TNI
AD ). Sebagaimana diceritakan oleh Ny. Rd. Enjah yang tinggal di Cimalaka
Wanaraja, bahwa kakaknya ( Ceng Dahlan ) mempunyai 4 orang putra, yaitu Rd.
Dandan, Ny. Rd. Nenen, Rd. Anton dan Rd. Teddi ( semuanya tinggal di Jakarta ).
II. NY. RD.LIOH Tidak ada data riwayat dan rundayannya. III.NY.RD.ENJAH Beliau
adalah menantu Rd. Ahmad Kosasih ( Cimalaka Wanaraja ) putra Kyai Rd. Moh.
Jamhari atau Kyai Rd. Moh.lyas Anom ( Eyang Cimalaka )/ Ny. Rd.E.Rasiamah (
putra Nyimas Dhomah ). Mengenai riwayat serta silsilah rundayan Rd. Engkom
dengan Ny.Rd.Enjah, akan penulis jelaskan di belakang. Seuweu siwi KH Rd. Moh.
Arif ( Sadang ) putra KH. Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani
Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - Kyai Rd. Syarif Hidayat ( PP Riyadul
Alfiyah Sadang ) - Kyai Rd. Atang Badrutaman ( PP Ryaul Alfiyah Sadang ) - KH
Rd. Sholeh putra KH Rd. Abdul Karim ( PP Sodong ) - Rd. Aceng Mumad
Mukhibulbahri putra KH Rd. Acep Yusuf ( PP Pulosar Leuwigoong - Ceng Ahmad
putra KH Rd.Ii ( Tg.panjang Sucinaraja) - KH Rd. Endang Ridwan ( PP Babakanloa
Cibatu ) - KH Mansur (PP Cigaluh Bandrek ) - Ny. Rd. Enjah putra KH Rd.Marjuk (
Cimalaka Wanaraja). A5.2. EMBAH MANJAH BEUREUM Berdasarkan catatan KH Rd.
Ma’mun Abdul Gani, bahwa Embah Manjahbeureum, dari putranya Embah Abubakar (
A5.2.1) menurunkan Eyang Encah (Ny. Rd. Encah ) dan Eyang Abu. Eyang Encah
menikah dengan Kyai Rd. Ali Hasan Munaram putra Kyai Rd. Nurjalen ( generasi ke
4 dari Dalem Jiwanagara I putra Tmg. Wijayakusumah/ Dalem Sukadanuh Sadang
keturunan Adipati Limansenjaya /Sunan Cipancar Limbangan ). Sebagai isteri ke 2
Kyai Rd. Ali Munaram, Eyang Encah melahirkan 3 orang putra, yaitu Ny. Rd.Kiyot,
Kyai Rd.Ahmad Nawawi dan Ny. Rd.Iti. I. NY. RD.KIYOT ( Lahir + 1890 M )
Sebagaimana diriwayatkan KH Rd.M.Toha putra KH Rd. Ahmad Nawawi, bahwa
Ny.Rd.Kiyot sebelum menikah dengan H.Hasan putra Eyang Aci ( Cimalaka Wanaraja
keturunan Panjalu Ciamis ), pertama kalinya menikah dengan seorang Wedana
Ciparay Kabupaten Bandung. Karena suaminya ( Wedana Ciparay Bandung ) wafat,
selanjutnya beliau pulang bersama saudaranya KH Rd. Ahmad Nawawi ( Juru tulis Wedana
Ciparay Bandung ) ke Kampung Cisalam ( sekarang termasuk wilayah Desa Sukahaji
Kec. Sukawening ). Kemudian Ny. Rd.Kiyot menikah lagi dengan H. Hasan ( wafat
di Mekah ) dan melahirkan seorang putra, yaitu Ny.Rd. Satriyah. 1. NY.
RD.SATRIYAH Pertama kalinya beliau menikah dengan Saudara misannya,yaitu Rd.
Danuji putra KH Hasan Arif ( Lebe Sagaranten ) dan melahirkan seorang
putra,yang namanya Ny. Rd. Rumnasih ( Ma Aceuk ). Setelah Rd. Danuji wafat,
maka beliau menikah dengan paman misannya, yaitu Rd.Abdul Ghani putra
Rd.Marhiyun ( Pasirbatu Pasirjengkol Sukawening ) adik dari kakeknya Kyai Rd.
Al Munaram ( Cisalam ). Dari Rd. Abdul Ghani, Ny Rd. Satriyah melahirkan 3
orang putra, yaitu Ny. Rd. Sukaesih ( Ma Icih ), KH Rd. Ma’mun Abdul Ghanidan
Ny.Rd.Sukarsih ( Bi Engkar ). 1 ). Ny. Rd. Rumnasih ( Ma Aceuk ) Beliau menikah
dengan M.Harna dan mempunyai 2 orang putra, yaitu ( 1 ). Ny. Oboy Isteri
E.Pandi , adik ipar KH Rd. Abdul Ghani. ( 2 ). Ny. Uha Isteri KH Rd. Moh. Toha
putra KH Rd. Ahmad Nawawi. 2 ). Ny. Rd.Sukaesih ( Ma Icih ) Beliau adalah adik
seibu dengan Ny. Rd. Rumnasih ( Ma Aceuk ). Ny. Rd. Sukaesih menikah dengan
M.Bisri putra Eyang Iti, dan dikurniai serang putra, yaitu M. Damas Ghani
Somantri ( suami Ny. Asih Juariah putra no. 3 KH Rd.Ma’mun Abdul Gani ).M.
Damas Ghani Somantri adalah pensiunan Kepala SD Wanaraja 7 Garut . Tinggal dan
menetap di Kp.Kaum Wanaraja. 3 ). KH.Rd. Ma’mun Abdul Ghani Beliau dilahirkan
pada tahun 1916. Setelah sekolah sampai kelas 2 SR, beliau terus “ masantren “
ke beberapa pesantren, diantaranya pesantren Balong Suci, Sadang, Cibangban ,
Kudang, Keresek dlsb. Guru-guru beliau diantaranya KH Rd. Yusuf (Sadang ), Mama
Atori ( Cibangban Kr. Pawitan ), Mama Kudang ( KH Rd.Mumu Bakri ) dlsb. Setelah
“ masantren “ pada usia 20 tahun ( 1946 ) diangkat sebagai “Lebe Wanaraja “ dan
sejak 1948 sampai dengan 1972 ( selama 24 tahun ) sebagai pegawai KUA Kab.
Garut. Setelah pensiun tahun 1972, beliau terus aktif di masyarakat dan beliau
adalah salah satu dari pendiri beberapa pengajian di sekitar Desa Wanaraja.
Beliau wafat pada tahun 1996 pada usia 80 tahun, meninggalkan seorang isteri (
Ny. Rd. St.Hafsah ) dan beberapa orang putra ( 6 diantaranya menurunkan seuweu
siwi Keluarga Besar KH Rd.Ma’mun Abd.Ghani ). Dari beliaulah ( KH Rd. Ma’mun
Abd. Gani ) penulis menerima catatan “ Silsilah Rundayan Bani Nuryayi (
khususnya seuweu siwi KH. Muh.Nursa’id) dan catatan “ Silsilah Rundayan Cinunuk
dan Limbangan “, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai pedoman/acuan penulis
dalam perjalanan menelusuri sesepuh Bani Nuryayi dan Keluarga Besar Limbangan
Garut, dengan jalan dan cara “ nyukcruk lembur mapay padesan “ untuk melihat,
mendengar dan mencatat sedikit riwayat dan rundayan para sesepuh Bani Nuryayi
dan Limbangan. KH Rd. Ma’mun Abdul Gani putra Rd. H. Abdul Ghani, menikah
dengan isterinya Nyimas St. Hafshah putra M.Maksudinata ( asal Kadugede
Kuningan) / Nyimas Encih ( asal Cinunuk ), yang masih ada hubungan kerabat.
Nyimas St.Hafshah dari suaminya ( KH Rd. Ma’mun Abdul Ghani ) melahirkan 15
orang putra, 9 diantaranya wafat ketika masih kecil. Dan yang sampai dewasa dan
berketurunan, yaitu : 1. Ny. Asih Juariah ( Lh. 42 ) 2. Ny. Yayah Rokayah (L 45
) 3. Acmad Djubaedi ( Lh. 13-05- 1948 ) 4. Ny. Entin Kurniatin ( Lh. 52 ) 5.
Ny. Dedeh St.Halimah ( Lh. 56 ) 6. Ny. Eet Surniati ( Lh. 60 ) Seuweu siwi KH
Rd.Ma’mun Abdul Ghani sebagian besar, menetap dan tinggal di Wanaraja, tetapi
ada pula yang tinggal dan menetap di Karawang, Tangerang, Bekasi, Kutoarjo
dlsb. 4 ). Ny. Rd.Sukarsih ( Bi Engkar ) Beliau adalah putra bungsu dari Rd.
Abdul Ghani dan dari suaminya (M.Didi asal Babakan Loa Pangatikan ),beliau
melahikan beberapo orang putra, diantaranya : • Aeng Karyono ( Purn. TNI AD)
Sampai dengan sekarang ( 2009 ) terus tinggal dan menetap di Jakarta. II. KH
RD.AHMAD NAWAWI Sebagaimana riwayat yang disampakan oleh putranya ( Kyai
Rd.Moh.Toha – Aki Toto ), bahwa KH Rd. Ahmad Nawawi ( Lh, +1890 M ) adalah
sebagai Jurus Tulis Wedana Ciparay Bandung. Karena Kyai Rd. Ali Hasan Munaram
telah sepuh, maka beliau disuruh pulang ke Garut ( Cisalam Sukawening ), yang
selanjutnya bersama saudaranya KH Rd.Hasan Arif, untuk meneruskan membina dan
mengelolai pesantren Cisalam. KH Rd. Ahmad Nawawi ( Wafat tahun 1950 M ) dari
Nyimas Diyoh, dikaruniai 5 orang putra, yaitu Kyai Rd. Abdul Fatah, Kyai Rd.
Moh. Thoha, Kyai Rd.Husen, Ny. Rd. Aisah dan Ny.Rd.Dewi. 1. KH Rd. Moh. Abdul
Fatah ( Lh. 1920 M ) Beliau adalah sesepuh di PP Cisalam Sukahaji Sukawening
dan dari isteri pertamanya dikaruniai 5 orang putra, diantaranya : 1 ) . Ir.
Rd. Acmad Tresna Riva’i ( Mang Bulloh ) 2 ). Rd. Amar M. Beliau telah wafat (
2008 M ) di daerah Cibatu, dan meninggalkan seorang seorang putra bungsunya
bersama isteri terakhirnya. ( 1 ). Ir. Rd. Achmad Tresna Riva’i ( Bulloh ) (
Lh. 9-4-’43 M ) Beliau adalah putra sulung dari KH Rd.Abdul Fatah. Setelah
menamatkan pendidikannya di IPB tahun 1972, beliau terus bekerja di Perusahaan
Ban Good Year Bogor. Penulis pertama kali bertemu dengan Ir. Rd. Achmad Tresna
( Mang Bulloh ) pada tahun 1966 ( SMAN Garut ). Setelah Lebaran tahun 2008,
beliau bersama putra sulungnya Ir.Adi Rusdi Widya ( Bogor 13-9-’69 ) datang ke
Garut untuk menemui pamannya KH Rd.M.Thoha ). Sekarang ( 2009 ) beliau telah
pensiun dan bersama isterinya tinggal di Cipeuteuy Bogor. Salah satu
putranya,yatu • Ir. Adi Rusdi Widya ( Bogor 13-9-’69 ) Karyawan PT Elcho
Cikarang Bekasi dan bertempat tinggal di Cikarang Barat Bekasi. 2. KH Rd. Moh.
THoha ( Lahir : 1924 M ) Beliau adalah sesepuh Masjid Al Amanah Kp. Cimalaka
Wanaraja bersama keponakannya KH Rd.Ma’mun Abdul Ghani ( yang telah wafat pada
tahun 1996 ). Sekarang ( 2009 ) beliau telah sepuh dan tinggal bersama putra
putunya di Kp. Cimalaka Wanaraja. Beliau dari isterinya ( Ny. Uha putra Ny. Rd.
Rumnasih, sekarang telah wafat ) dkaruniai 5 orang putra,diantaranya : • Ny.Mae
Pensiunan Guru SMPN di Tasikmalaya 3. NY. RD. ITI ( + 1890 M) Ny. Rd.Iti dari
suaminya ( ? ) dikaruniai 2 orang putra,yaitu 1 ). M.BISRI Moh.Bisri menikah
dengan putra saudara misannya ( Ny. Rd. Sukaesih putra Rd. Abdul Gani) dan
mempunyai seorang putra, yaitu : • Moh.Damas Gani Somantri Pensiunan Kepala SDN
WanarajaVII dan beliau sebagai suami saudara sepupunya Ny.Asih Juariah putra KH
Rd.Mamun Abdulghani 2 ). NY. UYU Adapun Ny. Uyu menjadi isteri dari Kyai M.
Oyo, dan menjadi sesepuh pondok pesantren Cisalam ( sekarang termasuk wilayah
Desa Sukahaji Kec. Sukawening ). Ny. Uyu dari suaminya Kyai M. Oyo melahirkan 8
orang putra, diantaranya : ( 1 ). Kyai Moh. Amin Hidayat ( Ceng Amin ) ( Cibatu
), ( 2 ). Kyai Jenal Arifin ( Ceng Aim ) ( Sesepuh PP Cisalam ) ( 3 ). Kyai
Asep Nurjaman. Sekarang yang menjadi sesepuh PP Cisalam, adalah Kyai Misbah
Ansori SPdi putra Kyai Jenal Arifin. Seuweu siwi Embah Manjabeureum putra KH.
Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber
Data : - KH Rd.Abdul Ghani ( Kaum Wanaraja ) - Acmad Djubaedi ( Jl. KH
YusufTauziri blk. No. 353 Wanaraja ) - KH.Rd.Moh. Toha (Cimalaka Wanaraja ) -
Ir.Rd.Achmad Riva’i ( Bogor) dan lain-lan. A5.3. EMBAH JAKSA Berdasarkan catatan
KH Rd. Ma’mun Abdul Gani, bahwa Embah Jaksa putra KH Muh.Nursa’id mempunyai 2
orang putra,yaitu Rd. .H.Muh. Nasikh atau terkenal dengan sebutan Embah Inggi,
seorang petinggi di daerah Sumursari Desa Sukasono Kab. Garut ( dahulu termasuk
Distrik Cibatu Kab.Limbangan ) dan Embah Tegalawi. A5.3.1. RD.MUH.NASIKH Dari
isterinya ( ? ), Rd..Muh.Nasikh dikarunai 7 orang putra, yaitu : Rd. Wirapraja,
Nyi Rd. Hj.Kuraesin, Rd.Kartapraja, Eyang Emot , Eyang Endong, Eyang Engkong
dan Rd. Sutapraja. A5.3.1.1. RD. WIRAPRAJA Tidak ada riwayat dan silsilah
rundayannya. A5.3.1.2. NY. RD.KURAESIN Sebagaimana dituturkan Rd. Ido cucu
Eyang Emot, bahwa Ny. Rd. Hj.Kuraesin dari suaminya H. Soleh, melarkan 5 orang
putra, diantaranya: 1. Abdurahman ( Bandung ) 2. Sumarna ( Cikole Wanaraja
Garut ). A5.3.1.3 RD. KARTAPRAJA Beliau pada awal abad 20 adalah sebagai lurah
Desa Sukasono Kec. Sukawening Kec. Sukawning Distrik Cibatu Kab. Lmbangan, dan
beliau terkenal dengan sebutan Lurah Bintang. Dari pernikahannya dengan Ny.
Hj.Masriyah, Rd.Kartapraja dikarunai 5 orang putra, yaitu : 1. Rd. Bai 2. Ny.
Rd. Hadaningsih 3. Ny. Rd.Tejaningsi 4. Rd.H.Basar 5. Rd. H.Hidayat (Rd. Oyot
). Rd. Bai dengan Ny. Rd. Tejaningsih putra Rd. Kartapraja, tidak ada riwayat
maupun rundayannya. Ny.Rd. Hadaningsih saudaranya Rd.Bai, adalah menantu Rd. H.
Muhyi / Eyang Emot. Beliau adalah nenek dari Rd. Ido. Rd.H.Basar dar isteinya (
? ) mempunyai 3 orang putra, yaitu : 1 ). Rd. Hayun 2 ). Rd. Hayat 3 ). Rd.
Arif. Putra bungsu Rd.Kartapraja adala Rd.H.Hidayat ( Rd. Oyot ). Dari
Ny.Rd.Emin, Rd. Kartapraja mempunyai 6 orang putra, diantaranya : 1 ). Rd.
H.U.Jamhur (Jakarta ) 2 ). Drs. Rd.Teddi ( Pemda Garut ) 3). Rd. Ardi (Lampung
) 4 ). Rd. Dadang. A5.3.1.4. EYANG EMOT Eyang Emot menikah dengan Rd. H. Muhyi,
salah seorang dari sesepuh Kampung Sumursari pada saat itu. Dari Eyang Emot
putra Eyang Inggi, Rd.H.Muhyi mempunyai 4 orang putra,salah seorang diantaranya
adalah : • Rd. Sacadiwangsa Rd. Sacadiwangsa adalah menantu Rd.Kartapraja atau
Lurah Bintang. Rd. Sacadiwangsa putra Rd. .Muhyi dan Ny. Rd.Hadaningsih putra
Rd.Kartaprajaa ( Lurah Bintang ) adalah orang tua dari Rd. Ido ( salah satu
dari sumber riwayat, dimana penulis beberapa bulan yang lalu pernah mengunjungi
di rumahnya ( Kp. Cipanas Sumursari ). A5.3.1.5. EYANG ENDONG Eyang Endong,
sebagaimana yang tercatat padab Buku Silsilah susunan KH Rd.Ma’mun Abd.Gani,
beliau adalah isteri yang tua dari Kyai Rd. Ali Munaram. Isteri yang mudanya
Kyai Rd. Ali Munaram adalah Eyang Encah, sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Dari Kyai Rd. Ali Hasan Munaram, Eyang Endong melahirkan 6 orang putra, yaitu
KH Rd. Hasan Arif ( Lebe Sagaranten ), Ny.Rd.Emi, Ny. Rd. Ijot, Rd.Moh. Yusuf (
Lurah Sagaranten ), Rd.Moh. Isa dan Ny. Rd. Niot. I. KH RD. HASAN ARIF KH Rd.
Hasan Arif dengan saudara seayahnya ( KH.Rd. Ahmad Nawawi ), sebagaimana telah
dijelaskan di atas, keduanya atas perintah oran tuanya, menggantikannya dalam
pembinaan pesantren Cisalam. KH Rd.Hasan Arif mempunyai 6 orang putra, yaitu 1.
Rd. Darnuji Putra-putranya,diantaranya : 1 ). Ny.Rd.Rumnasih 2 ). Rd.H. Hambali
2. KHRd. Abdurrohim ( Mama Lebe Sukarmi ) Putra-putranya,diantaranya : 1 ). Rd.
H. Danumiharja 2 ). Rd..Danawijaya 3 ). KH Rd. Hasan Ma’ruf 4 ).
Rd.H.Abdurahman 5 ). Rd.H. Holil. 3. Ny. Rd.Kinot Tdak ada data riwayat dan
rundayannya. 4. Ny. Rd.Juwanis Dahulu beliau menetap di Jakarta bersama
suaminya ( Rd.Nata pegawai PJKA di Jakarta ). Putra-putranya adalah : 1 ).
Rd.H.Adang 2 ). Rd.H. Encep Efendi 3 ). Rd. Abdullah (Kol.Purn.TNI AD ). II.
NY. RD.EMI Ny.Rd. Emi putra Rd. Ali Munaram/ Eyang Endong dikarunai 5 orang
putra, diantaranya : 1. Moh. Ahya 2. Endun 3. Eno. III.NY.RD.IJOT Ny. Rd.Ijot
putra Rd. Ali Hasan Munaram dikaruniai 3 orang putra,diantaranya : • Aki
Wihatma. IV. RD.MOH. YUSUF Menurut KH. Rd. Muh. Mahali putra KH Rd. Amad Mahali
( sesepuh PP Sumursari ), dalam “ Riwayat Singkat Pesantren Sumur “ yang
disusunnya pada tanggal 1 Muharam 1381 H / 14 Juni 1961 ( tepat 50 th.
Berdirinya PP Sumursari ), bahwa Rd. Moh. Yusuf adalah Lurah hormat Sagaranten.
KH Rd. Muh.Mahali menjelaskan bahwa ketika pada tahun 1911 ayah beliau ( KH
Rd.Achmad Mahalli putra KH Rd. Abdul Fatah Cibalandong Cibiuk ), pindah dari
Sindangkasih Karangpawitan ke Sumursari Sukawening, Rd.Moh. Yusuf telah
mewakafkan tanah miliknya seluas100 bata untuk membangun “ PP Sumursari “.
Sejak tahun 1911 sampai dengan sekarang PP Sumursari ( PP An Najat – Pen.)
secara berturutan yang menjadi sesepuhnya adalah : KH Rd. Achmad Mahali ( 1911-
1947), KH. Rd. Muh. Mahali ( 1947 ), KH Rd. Dadang Abdul Rojak dan Rd. Sa’ad
Aliyuddin. Menurut riwayat sebagaimana dijelaskan pada “ riwayat singkat
pesantren Sumur “, bahwa KH Rd.Abdurahman ( Mama Kulon ) putra KH Rd. Aonillah
( Mama Serang Cibiuk ) paman dan juga mertua KH. Rd. Achmad Mahalli putra KH
Rd.Abdul Fatah ( Keluarga Besar Limbangan ), pernah mengatakan kepada KH Rd.
Achmad Mahali, dengan kata-kata “ waktu bapa jarah ka Mekah , patepung jeung
dulur jenenganana Rd. H.Muhammad Yusuf Lurah hurmat Sagaranten. Mantenna ( Rd.
M.Yusuf – Pen. ) kacida mikaresep ka para Kyai, malah – malah aya kasauran
mikapalay ka salah sahiji Kyai dulur bapa (KH Rd. Achmad Mahali – Pen.), anu
ridoeun nyicingan sareng mantenna pikeun tuturkeuneun mantenna sareng seuweu
putuna kana urusan kaagamaan kangge ka masyarakat umum. Ku emutan bapa leuwih
hade dijugjug ka anjeunna,, nomer hji kasauranana, nomer kaduana tutukeun tapak
lacak karuhun, sabab Dalem Sagaranten ( Dalem Sutamerta – Eureunsono – Pen. )
teh sarua pada seuweu Balubur Limbangan ( Sunan Ru! menggong ) ayeuna mah buru
bae istiharohan sugan ngarepok jeung urang “. Hal ini dapat dipahami, karena
keduanya ( Rd. H.Muh.Yusuf dan KH Rd. Abdurahman ) masih termasuk “Keluarga
Besar Sunan Rumenggong/ Sunan Cipancar “. Kemungkinan saat itu, yang termasuk
wilayah Desa Sagaranten meliputi wilayah Eureunsono, Sukasono, Sumursari dan
Sagaranten. KH Muh.Nursa’id Sagaranten dan Dalem Sagaranten ( Dalem Sutamerta )
dahulu bertempat di daerah Eureunsono ( sekarang ). Karena daerah Eureunsono
ketika itu ( awal abad 18 M ), menurut Sajarah Limbangan termasuk wilayah
Kadaleman tersendiri. Pada saat Dalem Sutamerta menjadi Dalem Eureunsono,
Bupati Limbangan saat itu ( 1726 – 1740 M ) adalah Dalem Wangsadita I ( Rangga
Limbangan ), yang masih keturunan Sunan Rumenggong dan Sunan Sunan Cipancar
Limbangan. Apalagi sebagaimana riwayat sesepuh di Tanjungpura Karangpawitan,
bahwa isteri KH Muh. Nursa’id ( Nyimas Romlah ) adalah masih cucu dari Dalem
Sutamerta ( mertua Ny. Rd. Ayu Fatimah putra Kyai Rd. Syekh Jafar Sidik,
seorang Kyai sepuh Cibuk ). Rd. H.Moh. Yusuf menurut salah seorang cucunya (
Ustad Sobar pensiunan Kepala MTs. An Najat ) dikarunai 7orang putra,
diantaranya Ny. Rd.Hasanah ( isteri KH Rd. Abdurrohim ), Rd. Enjum dan
Rd.Bakri. V. RD.MOH.ISA Rd.Moh.Isa putra Rd. Ali Munaram dikaruniai 3 orang
putra, diantaranya : • Ny. Rd. Uha. Menurut Abdul Wahid putra Ny. Rd.Uha (
pensunan PNS di Skorem 62 TN Garut ), bahwa mertua ibunya adalah keturunan
Sumedang. Menurut sepengetahuan penulis , bahwa pada tahun 1959 Nini Uha (
panggilan dari penulis ) beserta suaminya ( Ak Unjang – Pen. ) dan putra –
putranya tinggal di Kp. Cinunuk Girang Wanaraja. Sekarang ( 2009 ) hampir
sebagian besar tinggal dan menetap di Cikarang Timur Bekasi.
Putra-putranya,diantaranya : 1 ). Endun Sobarnas Beliau adalah pensiunan
pegawai Dinas Pendidikan Kec. Sukawening. 2 ). Ny. Rukoyah Mantan anggota DPRD
Kab.Bekasidan sekarang tinggal dCikarang Bekasi. A5.3.1.6. EYANG ENGKONG
Menurut Rd. Ido, bahwa Eyang Engkong adalah isteri dari Lurah Cinta dan dan
melahirkan 3 orang putra, diantaranya 1. Rd. Moh. Sanusi Harjadinata 2. Rd
Uned. Menurut sumber lain, bahwa Lurah Cinta ayah dari Rd. Moh. Sanusi itu,
namanya Rd.H.Wirantadijaya ( Lurah Cinta Kec. Nangkapait Kewedanaan Cibatu Kab.
Garut ). Sebagaimana diketahui, bahwa Rd.Moh. Sanusi Harjadinata pada jaman
dahulu ( pertengahan abad 20 M ) pernah menjabat Gubernur Jawa Barat 1951 -
1957, Menteri Dalam Negeri R 1957 – 1959 dll. Dari isterinya ( Ny.Rd.Iin Sofiah
) beliau dkaruniai 8 orang putra perempuan. Seuweu siwinya sampai dengan
sekarang menetap dan tinggal di Bandung. A5.3.1.7. RD. SUTAPRAJA Rd. Sutapraja
menurut KH Rd.Muh. Mahalli adalah lurah hormat Sagaranten. Dari putranya Rd.
Karnadipura, menurunkan cucu, diantaranya: 1. Rd. Undang Sutisna ( Mayjen.Purn.
TNI AD ) ( Bandung ) 2. Ny. Rd. Ayi (Bandung ) 3. Rd.Ujang Hermawan ( Pegawai
BRI Garut) ( Sukasono Sukawening Garut ) dll. A5.3.2. EMBAH TEGALAWI
Berdasarkan catatan KH Rd. Ma’mun, bahwa Embah Tegalawi mempunya dua putra,yatu
1. Rd. Jibjayuda 2. Embah Ranayuda. Menurut analisa penulis, ada kemungkinan
Marta Jibja ( Lurah Desa Sukasono) sebagaimana tersebut pada lembaran “riwayat
ringkes pasantren Sumur” ada hubungannya dengan Rd. Jibjayuda dan Embah
Ranayuda. Wallohu’alam. Seuweu siwi Embah Jaksa putra KH. Muh. Nursa’id, dapat
dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data - KH Rd.Ma’mun
Abdu Ghani ( Wanaraja ) - Rd.Ido putra Rd.Sacadiwangsa (Sumursari Sukawening )
- Rd. Abdul Wahid (Cikarang Bekasi ), - Rd. H. Wawan putra KH Rd. Abdurahman (
Sumursari ) - Sobar putra M.Dasuki ( Sumursari ) - KH Rd. Muh.Mahali ( Riwayat
selintas pesantren Sumur ) 1961. - Rd. Sa’ad Aliyuddin putra KH Dadang
Abd.Rajak ( PP An Najat ) A5.3.4. AMBU DAWIYAH Sebagaimana tersebut pada
catatan KH Ejeb Burhanudin, bahwa Ambu Dawiyah adalah putra dari KH Muh.
Nursaid. Menurut sesepuh di Tanjungpura Karangpawitan, bahwa Ambu Dawiyah
ketika masih kecil dibawa dari Sagaranten ke Tanjungpura, oleh bibiknya (
Nyimas Kafiyah ). Menurut sesepuh di Tanjungpura, selanjutnya Ambu Dawiyah
menikah dengan Kyai Rd.Ahmad Jauhari putra Kyai Rd. Salinggih dengan Nyimas
Lolo (Alamiah ) dari Cicadas Limbangan. Dari Kyai Rd. Amad Jauhari, Ambu
Dawiyah melahirkan 6 orang putra, diantaranya Rd. Diyut, Ny. Rd.Liyut dan
Nyimas Marti. Rd.Diyut dan saudara-saudaranya, masih saudara seayah lain ibu
dengan Nyimas Imong Halimah ( yang menurunkan Keluarga Besar PP Pulosari
Limbangan ), Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Kyai Rd. Moh.llyas Anom atau Eyang Cimalaka
( menantu Nyimas Dhomah putra Embah Nuryayi ), dan Ny. Rd. Oma Komariah atau
Uyut Oma ( Cicadas Limbangan ), yang menurunkan Keluarga Besar PP Lio Limbangan
). A5.3.4.1.RD. DIYUT Rd. Diyut menurut Bapak Aep Saeful Milah, mempunyai 6
orang putra, diantaranya KH Rd. Ahmad Syarif, Nymas Baah dan Ny Rd. Hatimah,.
I. KH. RD.AHMAD SYARIF Menurut Ny.Oom Munawaroh dan Aceng Abdul Kudus putra KH
Sidk (sesepuh PP At Thoriyah Karangtengah ), bahwa KH Rd. Ahmad Syarif menikah
dengan Ambu Imur putra Ambu Kisrah, seuweu dari Nyimas Ruwiyah putra Nyimas
Kafiyah. Ambu Imur dari KH Rd. Ahmad Syarif melahirkan beberapa orang putra,
yaitu : 1. Ambu Timot Ambu Timot dari KH Dimyati,mempunyai seorang putra, yaitu
• Saepudin. 2. Mama Atori Mama Atori menurut sesepuh di Cibangban, bahwa pada
jamannya beliau adalah Kyai yang mempunyai kharisma tinggi dan dihormati oleh
semua kerabat, putra putu serta para murid-muridnya. Salah satu dari murid
beliau adalah, KH Rd.Ma’mun Abdul Ghani putra Rd.Abdul Gani dari Cimalaka
Wanaraja Garut ( ayah penulis ). Pondok Pesantren peninggalan Mama Atori, yang
sekarang disebut PP At Thoriyah , diteruskan oleh para putra dan mantunya.
Menurut catatan dari Kyai Obon Sya’ban ( Cibangban ), bahwa dari Nyimas Elot
putra KH Abdul Karim, Mama Atori dikaruniai 2 orang putra, yaitu: 1 ). Nyimas
Titi 2 ). Nyimas Mae. Ketika penulis bersilatuahmi ke PP At Thoriyah, penulis
sempat bertemu dengan Nymas Mae putra Mama Atori,yang usianya telah sepuh.
Putra putu Keluarga Mama Atori, penulis menerima langsung dari Ny.Oom Munawaroh
dan Ceng Abdul Kudus putra Nyimas Mae. 3. Ny.Rd. Rokayah Menurut Ny. Oom
Munawaroh, bahwa Ny. Rd.Rokayah adalah menantu dari KH Marjuki putra KH Musa
Ateken dan Nyimas Enol ( cucu Nyimas Kafiyah Tanjungpura ). Seuweu siwinya akan
dijelaskan di belakang. 4. Rd.Sanusi Rundayan Rd.Sanusi putra KH Rd. Ahmad Syarif,
Ceng Abdul Kudus maupun kakaknya, tidak mengetahuinya. II.NYIMAS BAAH Nyimas
Baah adalah mertua isteri dari KH Idris putra KH Marjuki (putra buyut Nymas
Kafiyah ). Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang. III.NY.RD.HATIMAH Ny.Rd.
Hatimah menurut Kyai Aep Saeful Milah adalah mertua dari Sobandi putra KH Abdul
Hamid cucu dari KH Muh. Arwah (Cikalimeneng Karangpawitan ). H. Sobandi adalah
kakek dari garis ibu, Kyai Aep Saeful Milah ( Tanjungpura ). A5.3.4.2. NYIMAS
MARTI Nyimas Marti dari suaminya ( ? ) dikaruniai 6 orang putra, yaitu KH Hasan
Mukmin, Eyang Ulama Isteri, Eyang Ciol dan Kyai Suja’i. I. KH HASAN MUKMIN
KH.Hasan Mukmin, adalah mertua KH Satibi putra KH. M. Salim atau cucu Nyimas
Kafiyah. II.EYANG ULAMA ISTERI Eyang Ulama Isteri dari suaminya ( ? ) dikarunia
3 orang putra, yaitu: 1. Bah Roji 2. Ny. Ela 3. Eyang Cioh III. EYANG CIYUT
Eyang Ciyut adalah mertua Ali Mursad putra KH M. Arwah (Cikalimeneng
Karangpawitan ). IV. EYANG CIOL Eyang Ciol menikah dengan KH Musa Ateken ( asal
Jawa) dan melahirkan 2 orang putra,yatu : 1. KH. Abdul Karim KH Abdul Karim
dari Ny.Markumah mempunyai 6 orang putra, yaitu : 1 ) . Nyimas Elot ( isteri
Mama Atori ). Dua putranya adalah Nyimas Titi dan Nyimas Mae ( telah dijelaskan
di atas ). 2 ). Nyimas Yoyoh ( isteri dari Kyai Ba’i). Dua diantara putranya
adalah Abdullah dan Endin. 3 ). Kyai Izuddin ( tak ada data riwayat rundayannya
) 4 ). KH Abdullah ( suami Ny.Mapu’ah ). Salah seorang putranya adalah Nyimas
Duduh ( isteri KH Ejeb Burhanudin ). Lihat Silsilah Rundayan Nyimas Kafiyah. 5
). KH Holil ( suami Ny.Hj. Hasanah ). Salah seorang putranya adalah Kyai Obon
Sya’ban. Belialah yang telah memberikan bantuan kepada penulis, dengan
memberikan catatan Silsilah Rundayan sebagian dari Bani Nuryayi dan selintas
riwayatnya. 6 ). KH Elon Dahlan ( suami Nymas Hj. Fadilah ) Dua putra
beliau,yaitu KH Aceng Obuy Sobur ( suami Nyimas Habbah SPdi ) dan Kyai Aceng
Osep Dakwan ( suami Ny. Syarifah Atip Wardah SPdi ) Kyai Aceng Osep Dakwan dari
Ny.Syarifah Atip Wardah, mempunyai 8 orang putra, diantaranya adalah : ( 1 ).
Ceng Yusuf Firdaus, SPdi. Guru MI Al Khoeriyah III Kec.Karangpawitan Garut. ( 2
). Ny.Lilis Isteri Aceng Abdul Kudus putra KH.Adang Basuni. ( 3 ). Ny.Nunuh
Nurfauziah Isteri Aceng Abdullah putra K Adang Basuni 2. KH. Abdul Hanan Abdul
Hanan ( putra KH Musa Ateken / Eyang Ciol ) dari isterinya Ny.Fatimah,
mempunyai 4 orang putra, diantaranya : 1 ). KH. Ubun Burhanudin 2 ). KH.
Saepudin Beliau adalah suami Ny.Encum putra KH Yahya dan dkaruniai putra : •
Pepe Saepudin Pensiunan Guru AgamaSMKN Karangpawitan dan mantan anggota DPRD
Kab.Garut. V. KH SUJA’I KH Suja’i putra Nyimas Marti, dari isterinya ( ?)
mempunyai 4 orang putra diantaranya : 1. Kyai Opo Mustopa ( Ciparay ), 2. KH.
Ici ( BentarGarut ) 3. Ny.Maryamah Ny. Maryamah adalah menantu H. Ahmad Suja’i
(Cikalimeneng). Seuweu-siwi Nyimas Maryamah akan dijelaskan di bawah. Seuweu
siwi Ambu Dawiyah putra KH. Muh. Nursa’id, dapat dilihat pada Buku Rundayan
Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Aceng Abdul Halim putra KH Saja (
PP Sukarame ) - Kyai Aep Saeful Milah putra Moh.Ondi (Tanjungpura ), - KH.
Makinadin putra H. Ahmad Husaeri ( Cikalimeneng Kr.Pawitan ) - KH. Aceng Aam
Amirudin putra .Mansur ( PP Sukaregang Garut ) A6. KH MUSA ( DOLOS JAWA)
Sebagaimana diceritakan para sesepuh Bani Nuryayi di Suci Karangpawitan Garut,
bahwa pada awalnya beliau dahulu pergi ke Jawa Timur dengan maksud “ masantren
“ dan berguru ke bebarapa Kyai di Jawa Timur. Tetapi beliau terus menetap dan
tinggal di daerah Dolos Surabaya Jawa Timur. Tetapi dari Jawa Timur datang ke
Suci dengan maksud “ masantren “, namanya sama, yaitu “ Musa “. Beliau ini
akhirnya menetap tinggal di Suci Karangpawitan dan tidak kembali ke Jawa.
Beliau terkenal dengan sebutan KH Musa Ateken. Lihat Keluarga KH Salim (
Cibangban ) dan Nyimas Kafiyah ( Tanjungpura ) atau KH Muh.Nursa’id (
Sagaranten ). A7.KH. MUH. ARWAH ( CIKALIMENENG ) KH Muh. Arwah adalah putra
Sembah Nuryayi. Beliau tinggal di daerah Ckalimeneng ( sekarang termasuk Desa
Kec.Karangpawtan Garut ). Dari isteri pertamanya ( ? ), sebagaimana disampakan
oleh KH Makinadin atau Ceng Makin putra Ahmad Husaeri dan Kyai Aep Saeful
Millah putra buyut H. Sobandi , bahwa KH Moh. Ali Arwah dkaruniai 6 orang
putra,diantaranya Ali Mursad dan Ali Irsad. Dan dari isteri keduanya yang
bernama Ny.Onih, KH Muh. Arwah dikaruniai seorang putra, yaitu Ali Mustopa.
A7.1. ALI MURSAD Ali Mursad mempunyai 5 orang putra, diantaranya H.Ahmad Suja’i
dan H.Abdul Hamid. A7.1.1.H. AHMAD SUJA’I Dari Ny.Hj. Maemunah, H.Ahmad Suja’i
mempunyai 5 orang putra, yaitu : A7.1.1.1. H.Mansur Beliau adalah menantu KH
Suja’i putra Nyimas Marti ( Tanjungpura ). Ny. Hj.Maryamah putra KH. Suja’i
menikah dengan H.Mansur, setelah suami pertamanya ( Ahmad Husaeri saudaranya
H.Mansur ) wafat. Dari H.Mansur, melahirkan 5 orang putra, diantaranya : 1. KH.
Ahmad Mazen 2. H. Aam Amirudin KH Ahmad Mazen adalah sesepuh PP Sukaregang
Wetan Garut. A7.1.1.2. Ny. Eneh Suhanah Dari suaminya ( Nahrowi ), Ny. Eneh
Suhanah melahirkan 3 orang putra, diantaranya 1. Ma’sum. A7.1.1.3. Bah Uju Bah
Uju dengan isterinya ( Ma Tami ) mempunyai seorang putra,yaitu : 1. Ruhiyat.
A7.1.1.4. Bah Dabigi Bah Dabigi dengan isterinya ( Ma Iti ) mempunyai 3 orang,
diantaranya 1. Yuyu Wayudin. A7.1.1.5. Ma Andi Ma Andi dengan suaminya ( Bah Damhuri
) melahirkan 6 orang putra, diantaranya : 1. Oman Komar, 2. Abdul Kodir (
Sukaraja ) 3. Maman dan Abdul Hanan. A7.1.1.6. Ahmad Husaeri Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, bahwa Ny. Hj. Maryamah putra KH Suja’i, menikah pertama
kalinya dengan Ahmad Husaeri saudaranya H.Mansur. Ahmad Husaeri dengan Ny.
Hj.Maryamah dikaruniai 2 orang putra, yaitu : 1. Ny. Siti Nafisah ( Wafat
ketika masih bayi ) 2. KH Makinadin ( Ceng Makin ) A7.1.1.7. Ny.Jua Dari
suaminya ( Aceng H. Subki ) Ny.Jua melahirkan 3 orang putra semuanya perempuan,
yaitu : 1. Ny. Atikah, 2. Ny.Sa’adah 3. Ny.Hasanah. A7.1.1.8. Ny.Rogayah Dar
suaminya (Najmudin ), Ny.Rogayah melahirkan 6 orang putra, diantaranya : 1. H.
Holidin, 2. Fudholi dan 3. H. Endang. A7.1.2. H.ABDUL HAMID H. Abdul menikah
dengan Eyang Ciyut putra Nyimas Marti, saudaranya Eyang Ciol. Dari Eyang Ciyut,
H.Abdul Hamid, menurunkan seorang putra,yaitu 1. H. Sobandi. H. Sobandi
mempunyai putra, yaitu Ny. Edoh Jubaedah ( ibu dari Bapak Aep Saeful Milah
Tanjungpura). Para cucunya akan djelaskan di belakang. A7.2. ALI IRSAD Menurut
catatan putra beliau mempunyai 2 putra kembar, yaitu : 1. Hasan Zarqowi 2.
Hasan Jayadi A7.3. ALI MUSTOPA Menurut Ceng Makin, beliau adalah putra KH
Muh.Arwah dari Nyimas Onih. Dari isterinya ( ? ), Ali Mustopa menurunkan 5
orang putra,diantaranya. 1. H. Sulaeman. Seuweu siwi KH. Muh. Arwah dapat
dilihat pada Buku Rundayan Bani Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Aceng
Abdul Halim putra KH Saja - Kyai Aep Saeful Milah putra Moh Ondi (Tanjungpura
), -KH. Makinadin putra H. Amad Husaeri ( Cikalimeneng Kr.Pawitan ) -KH. Aceng
Aam Amirudin putra H.Mansur( PPSukaregang Garut). A8. NYIMAS KAFIYAH Nyimas
Kafiyah atau Nyai Tanjungpura adalah putra bungsu Embah Nuryayi dari Nyimas
Sompok. Beliau tinggal dan menetap di daerah Tanjungpura Karangpawitan. Menurut
riwayat, Nyimas Kafiyah menikah dalam usia muda dengan mendahului
saudara-saudaranya. Berdasarkan catatan KH Ejeb Burhanudin ( PP Cidahu ), bahwa
Nyimas Kafiyah menikah dengan Eyang Ali Muhammad putra Rd. Alipudin, cicit (
buyut – sd ) Rd. Sedakerti keturunan Sukapura dengan Nyimas Munah keturunan
Timbanganten. Dari Eyang Ali Muhammad putra Rd. Alipudin, Nyimas Kafiyah
melahirkan 13 putra, diantara adalah : 1. Hasan ( Aliyasan ) 2. Ny.Habasiyah 3.
Nyimas Junnah 4. Ny.Jammah 5. Nyimas Ruwiyah 6. Nyimas Seram 7. Eyang Ardasim
dll Putra - putra Nyimas Kafiyah ini masih saudara sepupu dari KH Rd. Abdul
Habib putra Eyang Muhammad Ali ( Khalifah Garut pada tahun + 1820 M ) dan KH.
Rd. Muh. Ilyas putra Eyang Raksa ( Imam Kaum Garut ). Catatan : KH. Rd. Abdul
Habib adalah ayah dari KH Rd. Moh. Yasin ( Imam Besar Kaum Garut ). Beliau
adalah kakek mertua dari H. Rd. Endo Trenggana ( mantan anggota DPRD Kab. Garut
). A8.1. H. HASAN ( ALI HASAN ) H. Hasan ( Alyasan ) adalah putra sulung Nyimas
Kafiyah dari Rd. Ali Muhammad. Dari Nyimas Hj. Jubaedah saudara sepupunya, H.
Hasan atau Alyasan mempunyai seorang putra perempuan, yaitu Nyimas Enol.
Menurut riwayat, karena kecantikannya banyak para “ pemuda “ , baik dari
kalangan biasa, para Dalem atau lainnya banyak yang menyukainya. Pada akhirnya,
Nyimas Enol ditikahkan dengan KH Musa asal Lumajang JawaTimur, yang terkenal
dengan sebutan KH Musa ( Ateken ) sebagaimana telah djelaskan di atas.
Sebagaimana diriwayatkan oleh KH Emuh Muh. Qudsi, bahwa Nyimas Hj. Jubaedah (
Ambu Waedah ) tidak lama berumah tangga dengan H. Hasan atau Alyasan putra
Nyimas Kafiyah, karena Aliyasan telah lama pergi ke Jawa Timur dan tidak pernah
kembali ke Suci ( Garut ). Menurut riwayat/sejarahnya, H.Hasan/Alyasan putra
Nyimas Kafiyah saat itu termasuk dalam istilah sekarang, ke dalam “ DPO “
atau Daftar Pencarian Orang dari pemerntahan Hindia Belanda di Batavia , karena
beliau termasuk salah satu “ pemuda “ yang disinyalir akan mengadakan pemberontakan
di daerah Suci Karangpawitan. Menurut sejarah Iokal atau nasional, memang bahwa
pada akhir abad 18 dan awal abad19, akibat dominasi kekuasan pemerintah
kolonialis Belanda atas penduduk pribumi, khususnya di Pulau Jawa, lebih -
lebih terhadap rakyat Priangan ( misalnya, tanam paksa, kerja paksa dlsb ),
bagi penduduk yang mempunyai “ghirah “ tentu saja akan mendorong mereka untuk
mengadakan perlawanan atau pemberontakan terhadap pemerintah Belanda. Itulah
yang memungkinkan “pemuda Hasan “ membenci terhadap perlakuan orang-orang
Belanda tersebut. Apalagi ketika pada tahun 1799 M, Gubernur Jenderal
Pemerintah Hindia Belanda pertama, yaitu Daendels yang sangat kejam
memperlakukan penduduk pribumi, bahkan pemerintahan penduduk pribumi, yang
semasa VOC masih diberi hak otonomi dalam mengatur tata pemerintahan
tradsionalnya, setelah diambil alih oleh pemerintahan Hindia Belanda ikut
mengatur ke dalamnya Misalnya “ pembubaran Kabupaten Limbangan, Parakanmuncang
dan Sukapura pada tahun 1811 M, dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Sehingga Gubenur Jenderal Daendels, Gubernur Jenderal Belanda saat itu oleh
penduduk priangan terkenal dengan sebutan “ Mas Galak “. Ketika itu ( 1811 M )
Kabupaten Limbangan telah dibubarkan oleh Gubernur Jenderal Daendels. Dan
sebagai Bupati Limbangan terakhir adalah Tumenggung Wangsakusumah II ( 1799 –
1811 M ). Sebagaimana menurut Sejarah Limbangan, bahwa pada tahun 1813
Kabupaten Limbangan dibentuk kembali, dengan ibu kotanya di Suci Karangpawitan.
Alasan utama pemerintahan Kabupaten Limbangan dipusatkan di daerah Suci,
menurut KH Emu Muhammad Qudsi, karena menurut “issue “ disinyalir , bahwa H.
Hasan atau Alyasan, cucu pertama Sembah Nuryayi, yaitu H. Hasan putra Nyimas
Kafiyah akan melakukan pemberontakan di daerah Suci. Ketika Kabupaten Limbangan
dibentuk kembali pada tahun 1813 M, dengan ibu kotanya ditempatkan di daerah
Suci. Sejak itulah (1813 M ) menurut riwayat, H. Hasan atau Alyasan putra
sulung Nyimas Kafiyah, pergi ke Jawa Timur meninggalkan isteri ( Nyimas Hj.
Jubaedah/ Ambu Waedah ) bersama seorang putrinya Nyimas Enol ). Dikabarkan
bahwa H.Hasan atau Alyasan menetap di Jawa Timur sampai wafatnya di sana.
Diriwayatkan, bahwa KH A.Emed Suhrowardi, sesepuh PP Santiong Cicalengka ( Mama
Santiong ) ketika masih ada, pernah berziarah ke makam Aliyasan (Hasan )
tersebut. Ada kemungkinan, karena alasan sebagaimana telah diuraikan di atas,
maka untuk selanjutnya Nyimas Hj. Jubaedah ( Ambu Waedah ) atas persetujuan
para kerabat dan sesepuh Suci, diijinkan untuk menikah kembali. A8.1.1. NYIMAS
ENOL Nyimas Enol putra Rd. H. Hasan/ Nyimas Hj.Jubaedah menikah dengan KH Musa
(Ateken ) yang berasal dari Lumajang Jawa Timur. KH. Musa ( Ateken ) pada
awalnya datang ke daerah Suci untuk “ masantren “, tetapi setelah menikah,
beliau terus menetap dan seuweu siwinya telah menyebar ke berbagai daerah,
sebagaimana nanti akan dijelaskan di bawah. Dari Nyimas Enol, KH Musa ( Ateken
) dikarunai 8 orang putra, yaitu yang menurut KH Emuh Muh. Qudsi urutanya
sebagai berikut : 1. KH Marjuki ( Cidahu ) 2. KH A. Jaenal Arif ( Sukaraja ) 3.
KH Ahmad Aslah ( Sindangkasih Cisaradan ) 4. KH A. Suyuti ( Suci ) 5. Ny. Iyut
6. Ny. Encoh 7. Ny. Hamidah 8. Ny. Eyoh A8.1.1.1. KH.MARJUKI KH Marjuki adalah
putra sulung KH Musa ( Ateken ) dari Nyimas Enol. Menurut catatan, bahwa KH
Marjuki adalah menantu Ambu Kisrah. Ambu Menot putra Ambu Kisrah dengan
suaminya KH Marjuki dikaruniai 8 orang putra, yaitu Nyimas Romlah, A. Sobandi,
KH. Idris, Nyimas Uti, Ny. Encoh, Ny.Liut, A.Emed dan Ny. Erum. I. NY.ROMLAH
Menurut riwayat, bahwa Ny. Romlah menikah dengan KH Abdul Habib putra Muhammad
Ali. KH Abdul Habib adalah saudara sepupu H. Hasan (Alyasan ) putra Ali
Muhammad/ Nyimas Kafiyah. Saat itu ( awal abad 19 M ), KH Abdul Habib adalah
sebagai Kalifah Kaum Garut Kab. Limbangan Garut . Dari KH Abdul Habib, Nyi.
Romlah melahirkan 7 orang putra, diantaranya : 1. Muhammad 2. Sadili Muhammad
putra Ny. Romlah dengan KH Abdul Habib, masih mempunyai saudara-saudara
seayahnya didaerah Cibolerang, diantaranya Muh. Buhori dan Muh. Ayeh, yang ibunya
adalah Nyimas Ubi saudaranya Nyimas Emong Sulwiah ( ibu KH Rd. Moh. Sayuti –
Mama Cibunar) putra Rd. Muh. Jaliam ( keturunan KH Rd. Abdul Barri putra Kyai
Syekh Wali Jafar Sidik Cibiuk ). Menurut catatan KH Abdul Habib ( Kalifah Kaum
Garut ) wafat tanggal 24 Jumadil awwal 1247 H. II. A. SOBANDI A. Sobandi putra
KH Marjuki dijadikan menantu oleh KH Rd. Moh. Syarif ( saudara sepupu Kyai Rd.
Moh. Jamhari/ Eyang Cmalaka Wanaraja ). A. Sobandi adalah saudara ipar dari
Mama Atori ( PP At Thoriyyah Karang Tengah Kr.Pawitan ). A. Sobandi putra KH
Marjuki dari Ny. Rukoyah putra KH Rd. Moh. Syarif dikaruniai 4 orang putra,
diantaranya adalah KH Saja dan Ny. Kanah, 1. KH Saja KH Saja adalah menantu H.
Holil putra KH Abdul Manan ( ktr. KH Muh. Salim Cibangban ) Dari Ny. Hamdanah
putra H.Holil, KH Saja dikaruniai 4 orang putra, salah satu diantaranya adalah
1 ). KH Abdul Halim AS ( Ceng Elim ) Beliau adalah sesepuh PP Sukarame
Kr.Pawitan. Dari KH Abdul Halim ( Ceng Elim ) penulis sempat pula mendapat
selintas riwayat Sembah Nuryayi. 2. Ny. Kanah Nymas Kanah dari suaminya ( M.
Harmaen ) melahirkan 3 orang putra, diantaranya : ( 1 ). Yaya ( 2 ). Arian.
III. H.IDRIS H. Idris adalah menantu Nyimas Baah putra Rd. Diyut. Dari
isterinya Ny. Hj. Ijah Hodijah, H. Idris dikaruniai 6 orang putra,diantaranya
Ny. Hj. Hadami ( Umi ). Liat no. 4. Ny. Hj. Hadami ( Umi ) adalah menantu
bibiknya ( Nyimas Uti )/KH Turmudi. IV. NYIMAS WUTI. Nyimas Wuti adalah menantu
Mama Mahali Cianjur. Nyimas Uti dari KH Turmudi putra Mama Mahali ( saudara
seayah dari KH Moh. Gozali - Cikarokrok ) melahirkan seorang putra, yatu KH
Toha. 1. KH. Toha KH Toha menikah dengan Ny. Hj.Hadami, saudara misannya, dan
dkaruniai 6 orang putra, diantaranya Ny. Hj. Nuroniyah dan KH Ejeb Burrhanudin.
1 ). Ny. H. Nuroniyah Ny. Hj. Nuroniyah dari H. Kasam Samsudin ( Copong )
melahirkan 5 orang putra, yaitu Ny. Hamimah, KH Muslim, Ny.Hj. Aat Atmilah, Ny.
Dawiyah dan H.Usman. ( 1 ). Ny.Hamimah Ny. Hamimah dari suaminya (Jamil ),
dikaruniai 7 orang putra, diantaranya Mansur, Momon, Ase, Amjah dan Ade. Ny.
Hamimah dan keluarga sekarang ( 2009 ) menetap di daerah Rawa Wetan
Karangpawitan. ( 2 ). KH Muslim KH Muslim tinggal di daerah Copong Sukamantri.
Dari beliaulah penulis menerima riwayat dan Silsilah Rundayan KH.Toha dan seuweu
siwinya. Dari isterinya ( Ny. Nurjanah) beliau dikaruniai 8 orang putra,
diantaranya Sahlan Mujahid, Fathul Munawar dan Suyupaloh. KH Muslim yang
memberikan petunjuk kepada penulis, untuk menghubungi paman beliau ( KH Ejeb
Burhanudin –Cidahu Kr.Pawitan ). ( 3). Ny.Hj.Aat Atmilah Ny. Hj.Aat Atmilah
tinggal bersama suaminya ( KH Holil Munawar ) di Kampung Copong Desa Sukamanti
Kec. Garut Kota. Bagi masyarakat Copong khususnya, dan umumnya masyarakat Garut
Kota mengetahui bahwa suaminya Ny.Hj. Aat Atmilah ( KH Holil Munawar ) adalah
salah satu tokoh / sesepuhnya, karena beliau sebagai Ketua Majelis Ulama Kec.
Garut Kota Kab.Garut. Pada bulan ramadhan tahun 2008, sempat penulis
bersilaturahmi ke rumah KH Holil Munawar di copong, karena beliau adalah salah satu
dari tokoh/ sesepuh Bani Nuryayi Suci Garut. Dari suaminya ( KH Holil Munawar )
melahirkan 4 orang putra, diantaranya : • Aceng AM Fikri SAg, Bupati Garut (
2009 – 2014 M ). 2 ). KH Ejeb Burhanudin KH Ejeb Burhanudin adalah salah satu
dari tokoh/sesepuh di lingkungan Bani Nuryayi dan beliau juga adalah sesepuh PP
Cidahu Kidul Karangpawitan. Pada bulan Ramadhan 2008, dalam perjalanan “
nyukcruk lembur mapay padesan “ penulis berkesempatan datang ke Cidahu dan
karena beliau saat itu sedang pergi ke Bandung, penulis diterima oleh putranya
(Ny.Iik Lina) dan isterinya ( Ny. Hj. Duduh Hindasah ). Dari Ny.Iik Lina putra
KH Ejeb Burhanudin, penulis mendapat penjelasan tentang keluarga KH Ejeb
Burhanudin dan seuweu siwinya. Penulis datang lagi setelah Lebaran ( 2008 ),
kebetulan KH Ejeb Burhandin menyambut kedatangan penulis. Dari beliau, penulis
menerima selintas riwayat Sembah Nuryayi. Dan dari beliau pula, penulis
menerima riwayat KH Musa ( Ateken ), Nyimas Hj.Jubaedah (Ambu Waedah ), Nyimas
Enol dan sesepuh-sesepuh lainnya seuweu putu Sembah Nuryayi. Ketika itu sempat
KH Ejeb Burhanudin meminjamkankan buku catatan Rundayan Sembah Nuryayi, yang
digunakan sebagai alat bantu yang digunakan sebagai standar dalam perjalanan
penelusuran seuweu siwi Bani Nuryayi. Dari buku itulah, ditambah
catatan-catatan silsilah dari Kyai Obon Sya’ban ( Cibangban ), Buku Kuno dari
KH Aceng Abdul Halim AS ( Berisi rundayan dari Dalem Pagerjaya Godog dll ),
Rundayan Silsilah Sembah Nuryayi ( khususnya KH. Muh. Nursa’id, Nyimas Dhomah dan
Eyang Arif Cimalaka Wanaaja ) atau sesepuh lainnya dari pelbagai daerah di
Karangpawitan, Sukaresmi, Bayongbong, Garut Kota, Wanaraja, Sucinaraja,
Pangatikan, Cibatu, Banyuresmi, Tarogong, Leuwigoong, Cibiuk dan Limbangan. KH
Ejeb Burhanudin dari isterinya ( Ny. Hj.Duduh Hindasah putra KH Abdullah )
dikaruniai 3 orang putra, yaitu : 1. Asep Hilman, 2. Yayan Sufyan 3. Ny.Iik
Lina. V. NY.ECOH Ny. Encoh putra KH Marjuki menikah dengan saudara misannya, M.
Dawami putra Ny. Eyoh. Lihat di bawah VI. NY. WALIUT Ny. Waliut putra KH
Marjuki menika dengan Encem, dikarunai 5 orang putra, diantaranya : 1 ). Jahman
2 ). Ono. VII. A. EMED A.Emed putra KH Marjuki adalah menantu KH Satibi putra
Nyimas Enol/ KH Musa ( Ateken ). Dari Nyimas Murta putra KH Satibi, Aceng Emed
dikaruniai 3 orang putra, diantaranya 1. KH Sasa Syarifudin ( Ceng Sasa ).
Ketika masih ada, beliau adalah sesepuh PP Nurul Abshor Cijambe Limbangan (Jl
Raya Limbangan ). Sekarang ( 2009 ) sebagai sesepuhnya adalah menantunya, yaitu
KH Yusuf ( Keturunan Biru asal Pasirwangi ). Menurut Ny. Hj. Maryam ( isteri KH
Sasa Syarifudin keturunan Kiaralawang ), bahwa KH Sasa Syarifudin putra A.
Emed, dikarunai 9 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Hj. Hodijah ( isteri KH
Yusuf ). 2 ). Aceng Ibrahim Di lingkungan PP Nurul Abshor Cijambe Limbangan,
selain diselengarakan penddikan dan pengajaran salafiyah, juga diselenggarakan
jenjang pendidikan Raudlatul Athfal ( RA ). VIII. Ny. ERUM Menurut catatan,
bahwa Ny. Erum putra KH Marjuki dari suaminya (?), mempunyai cucu H. Habib dari
putranya H. Pepe. Seuweu siwi KH Marjuki dapat dilihat pada Buku Rundayan Bani
Nuryayi Suci Garut. Sumber Data : - KH Aceng Abdul Halim - PP Sukarame
Kr.Pawitan - KH Muslim - Copong Garut. - KH Ejeb Burhanudin – PP Cidahu Kidul
A8.1.1.2. KH A. JAENAL ARIF Menurut catatan KH Ejeb Burhanudin, KH A. Jaenal
Arif saat itu sebagai sesepuh pesantren Sukaraja Karangpawitan. A.Jaenal Arif
menikah dengan Nyimas Ijut putra KH Moh. Roji. Dari A.Jaenal Arif, Ny. Ijut
melahirkan 6 orang putra, yaitu : I. KH Bajuri Menurut catatan KH Ejeb
Burhanudin, KH Bajuri adalah sesepuh pesantren Sukaraja, dan KH Bajuri terkenal
dengan sebutan Mama Sukaraja. II. H Sa’dulloh Tidak ada riwayatnya maupun
rundayan seuweu siwinya. III. A. Abdullah Tidak ada riwayatnya maupun rundayan
seuweu siwinya. IV. Ny. Hj. Aminah Tidak ada riwayatnya maupun rundayan seuweu
siwinya. V. Ny. Hj. Armisah Ny. Hj. Armisah menikah dengan dengan KH Abdurohim,
dan dikaruniai 3 orang putra, diantaranya : 1 ). Ny. Dewi. Ny. Dewi adalah
menantu dari Kyai A. Sayuti saudara misan ibunya. Seuweu siwinya akan
dijelaskan di bawah. VI. Ny. Hj. Saodah Ny. Saodah dari suaminya ( ? )
melahirkan 8 orang putra, diantaranya: 1 ). Muh. Samsudin 2 ). Muh. Yusuf dan 3
). Eon. A8.1.1.3. KH. MUH.ASLAH Menurut riwayat yang disampaikan oleh salah
seorang cucu beliau, yaitu Rd. Dimyati putra Rd. Engking Faqih di rumahnya (
Sindangkasih Kr.Pawitan Garut ), bahwa dahulu KH Rd. M. Asloh adalah sesepuh
pesantren Sindangkasih, yang banyak didatangi oleh para orang tua yang menitipkan
putra-putranya untuk menjadi santri di pesantren Sindangkasih. Apalagi setelah
dibantu oleh menantunya ( KH Rd. Ahmad Mahali ), yang tinggal bersamanya hampir
selama 8 tahun ( 1903 – 1911 M ). Tetapi pada tahun 1911 M, atas permintaan
para sesepuh Kampung Sumursari,yang saat itu termasuk Desa Sagaranten memohon
kepada KH Rd. Moh.Aslah, supaya mengijinkan menantunya untuk dijadikan sesepuh
bagi masyarakat Sumursari Desa Sagaranten. Lurah Desa Sagaranten saat tu,
adalah Rd. Moh.Yusuf putra Kyai Rd.Ali Munaram ( keturunan Sunan Cipancar dari
sekeseler Cinunuk ), yang ibunya sendiri ( Eyang Endong ) masih cicit ( buyut –
sd ) KH. Muh. Nursa’id putra Embah Nuryayi. Menurut “ riwayat singkat pesantren
Sumursari “ susunan KH Rd. Muhammad Mahali putra KH Rd. Ahmad Mahali ( cucu KH
Moh. Aslah ), bahwa pada saat menyambut kedatangan rombongan ayahnya ( KH
Rd.Ahmad Mahali ) ( + 300 orang ), telah hadir untuk menyambutnya para sesepuh
sumur diantaranya Lurah hormat Rd. Sutapraja dan saudaranya Lurah Bintang (Rd.Kartapraja
-pen ), KH Hasan Arif kakaknya Rd. Moh .Yusuf dlsb. Menurut penulis, ketiga
sesepuh/tokoh Desa Sagaranten ini adalah masih seuweu siwi Bani Nuryayi ( lihat
seuweu siwi KH Muh.Nursa’id – Sagaranten ). Kembali kepada KH Moh. Aslah putra
KH. Musa (Ateken ) dengan Nyimas Enol, saat itu 1911 M usianya sudah sepuh.
Diceritakan oleh Nyimas Safiyyah ( Nini Pipih – Pen ) putra KH Abdul Hanan
(cucu Eyang Muh. Ro’if yang juga cicit ( Buyut –sd ) Embah Nuryayi/ Nyimas
Bathiyah ) bahwa mesjid tua di depan rumah tempat tinggalnya, adalah mesjid
peninggalan KH Moh. Aslah. Untuk mengenang KH Moh. Aslah, rumah bekas tempat
beliau sekarang ( 2009 ) sedang direhab oleh para seuweu putunya. Kepada
penulis Nyimas Safyyah ( Nini Pipih ) beserta kakaknya (Nyimas Umamah ) yang
sudah sepuh ( usia + 92 tahun ), Eyang Mamah yang masih terbaring di tempat
tidurnya, mendo’akan dan memotivasi penyusun untuk meneruskan perjalanan
“nyukcruk lembur mapay padesan “. Dari Eyang Pipih dan Rd. Dimyati ( cucu KH
Mo. Aslah ) penulis mendapat penjelasan riwayat PP Sindangkasih dan Silsilah
Rundayan KH. Moh. Aslah. Seuweu siwi KH Moh. Aslah di Sumursari penulis
mendapatkan penjelasan riwayat dan silsilah Rundayannya dari Rd. Saad Alyuddin,
sesepuh PP An Najat Sumursari sekarang (2009). Dari Ny. Rd. Dewi Nursih putra
Kyai Rd.Jamhari, KH Moh. Aslah dikaruniai 11orang putra, diantaranya Ny. Rd.
Hj. Onoh Rohanah (menikah th 1903), Rd. Moh. Rifa’i dan Rd. Engking Fakih KH
Moh. Aslah + Ny. Rd. Dewi Nursih putra Kyai Rd.Jamhari, Dikaruniai 11orang putra,
diantaranya Ny. Rd. Hj. Onoh Rohanah, Rd. Moh. Rifa’i dan Rd. Engking Fakih.
K.H. Rd. Moh. Rifa’i +Jamsiah 1. Hj. Siti Suhara Hj. Siti Suhara (w. 2011) +
Ojo bin Maksudi (w. 1951) Melahirkan 6 orang anak diantaranya H. Haerudin yang
menikah dengan Hj. E. Kuraesin H. Haerudin + Hj. E. Kuraesin 1. Tajul Arifin,
Prof. Dr. Drs. MA 2. Apong Maesaroh 3. Jenal Asikin, H. Drs. 4. Enok Jubaedah,
Dra., M.Ag. 5. Enung Nurjannah 6. Noneng Solihah, S.Ag. 7. Syaroni 8. Misbah,
S.Ag. 9. Yayan Khaerul Anwar, H, SHI, M.Ag 10. Eunis Khoerunnisa, S.Ag. M.Ag.
11. Ajeng Sayyidah Ulfah